Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ivan Paulus Gunata; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Ede Surya Darmawan, Amal C. Sjaaf, M. Fanani, Hanung Prasetya
Abstrak: LATAR BELAKANG Begitu tinggi kasus gangguan jiwa yang dialami oleh prajurit baik dalam masa pertempuran maupun pasca tempur atau post-combat, salah satunya adalah Gangguan Terkait Stres. Timbulnya masalah yang dialami oleh prajurit dengan gangguan ini menghambat pelaksanaan tugas pokok dan perintah yang harus dilaksanakan oleh prajurit, dan dapat merusak hubungan dengan atasan ataupun rekan kerja hingga menimbulkan terjadinya berbagai pelanggaran. Prajurit yang seharusnya berperan sebagai benteng negara, pelindung rakyat justru dapat menimbulkan keresahan dan ketakutan pada masyarakat akibat gejala atau gangguan yang dialaminya. Terdapat berbagai stresor yang dapat dialami oleh personel militer sebagai individu, dan telah lama dikaitkan dengan Gangguan Terkait Stres. Merupakan suatu kebutuhan (need) untuk menemukan adanya hubungan stresor dengan gangguan ini, dan perlunya kebijakan serta sistem manajemen dalam pengendalian stres pada prajurit atau Combat Stress Control (CSC), baik dalam pencegahan maupun penanganan di lingkungan satuan tempur hingga fasilitas kesehatan rujukan. METODE Studi ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang dipilih berdasarkan pusposive sampling dan penyaringan sesuai kriteria. Studi dilaksanakan selama 3 bulan dengan menggunakan instrumen Holmes and Rahe Stress Scale, Instrumen Penilaian Stres Psikososial, dan wawancara mendalam. HASIL Bertambahnya stresor dengan score total di atas 300 menurut Holmes and Rahe menyebabkan gangguan terkait stres pada prajurit. Stresor dapat menyebabkan stresor lain, dan memperlambat kesembuhan. Belum ada kebijakan dan sistem manajemen khusus Combat Stress baik di satuan tempur maupun di fasilitas kesehatan TNI dalam mengatasi hal ini. KESIMPULAN Perlu diminimalisir adanya stresor tambahan dalam kedinasan prajurit, terutama bagi prajurit yang mengalami Gangguan Terkait Stres. Cara meminimalisir melibatkan seluruh sektor baik dari kebijakan, sistem manajeman, hingga kemampuan personel dalam mengenali dan mengatasi stresor
Read More
B-2177
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atikah Dwi Kustianingsih; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dien Anshari, Sunersi Handayani
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui stressor, persepsi terhadap stressor, strategi coping yang digunakan untuk menghadapi stressor, dan efek langsung yang dirasakan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan coping. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap 5 orang tenaga kesehatan dan 1 orang Kasatpel Puskesmas. Hasil penelitian menunjukan bahwa stressor tenaga kesehatan selama pandemik COVID-19 berasal dari eksternal yaitu kekurangan SDM, kesulitan mencapai target SPM, berkaitan dengan pasien, penggunaan APD, pembuatan laporan, ketakutan menularkan COVID-19 ke keluarga, dan angka kematian COVID-19 yang tinggi. Sebagian besar menilai stressor tidak menghambat dan mengancam. Sedangkan sisanya menganggap bahwa stressor sebagai tantangan dan mengancam. Kemudian seluruh tenaga kesehatan merasa bahwa mereka mampu dan memiliki sumber yang cukup untuk mengatasi stressor. Sebagian besar menggunakan Emotion focused coping. Hasil jangka pendek yang dirasakan oleh informan setelah melakukan coping adalah perasaan positif yang menunjukan coping berhasil.
Read More
S-10806
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Ramdania; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah, Nina Septiana Dewi Indarti
Abstrak: Stres merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap berbagai masalah fisiologis dan psikologis, dimana pada sebagian besar individu stres dianggap menghambat fungsi optimalnya. Mahasiswa merupakan populasi yang rentan terhadap stres, baik dipicu oleh stresor akademik maupun stresor non-akademik. Adapun, coping dibutuhkan agar tekanan yang dialami dapat dikelola. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stresor dan strategi coping terhadap stres pada mahasiswa asal Kabupaten Lebak yang menempuh pendidikan tinggi di luar daerah. Studi potong lintang dilakukan pada 252 responden yang diperoleh melalui purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dilakukan dengan cox-regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami stres sedang/berat (57,5%); prokrastinasi, tuntutan/beban akademik, keseimbangan studi/hidup, lingkungan kampus, dan masalah finansial merupakan stresor yang paling umum dialami; 90,1% mahasiswa menggunakan problem-focused coping dan emotionfocused coping secara bersamaan; terdapat hubungan yang signifikan antara stresor dengan stres (p=0,000); dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara coping dengan stres (p=0,127). Berdasarkan hasil uji cox-regression, diketahui bahwa stresor merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap stres. Upaya dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk membantu mahasiswa mengelola stresor dan mengurangi tingkat stres yang dialami. Kata kunci: Stres, Stresor, Coping, Problem-focused Coping, Emotion-focused Coping, Mahasiswa Stress is a significant risk factor for various physiological and psychological problems, which in most individuals is considered to obstructs their optimal function. College students are vulnerable to stress, both triggered by academic stressors and non-academic stressors. Hence, coping is needed to manage the pressure experienced. The aim of this study is to determine the correlation between stressors and coping strategies toward stress on college students from the districts of Lebak who pursued higher education outside the region. An analytical cross-sectional study was conducted on 252 respondents obtained through purposive sampling. Bivariate analysis carried out with chi-square test, in the sequel multivariate analysis was performed with cox-regression. The results showed that the majority of students experienced moderate/severe stress (57.5%); procrastination, academic/coursework demands, study/life balance, university/college environment, and financial problems are the most common stressors experienced; 90.1% of students use problem-focused coping and emotion-focused coping concurrently; there is a significant relationship between stressors and stress (p=0.00); and there is no significant relationship between coping and stress (p=0.127). Based on the results of the cox-regression test, it is known that stressor is the most significant variable on stress. Efforts from various parties are needed to help students manage stressors and reduce their level of stress. Key words: Stress, Stressor, Coping, Problem-focused Coping, Emotion-focused Coping, College Students
Read More
S-10300
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adinda Safira Salsabiela; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Nindhita Priscillia Muharrani
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi stres, kecemasan, stresor perkuliahan, penggunaan media sosial, riwayat terkonfirmasi positif COVID-19 pada individu dan anggota keluarga, serta mindfulness dengan kejadian emotional eating pada 106 mahasiswi tingkat akhir S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia selama pandemi COVID-19.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,8% responden mengalami emotional eating. Terdapat perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara penggunaan media sosial (p-value = 0,029) dan observing facet (p-value = 0,032) terhadap emotional eating.
Read More
S-10715
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Nopa; Promotor: L. Meily Kurniawidjaja; Kopromotor: Besral, Dadan Erwandi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Ratna Djuwita, Corina D. Riantoputra, Hanny Handiyani, Harmein Nasution, Zulfendri
Abstrak:
Review menunjukkan koping religius merupakan salah satu koping yang banyak digunakan oleh perawat. Namun, bukti bahwa koping ini berpengaruh terhadap distress pada perawat masih terbatas dan dengan hasil yang variatif. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis mediasi koping religius dalam hubungan antara stresor kerja, religiusitas dan distres pada perawat. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi target penelitian ini adalah perawat di Kota Medan. Variabel dalam penelitian ini adalah 1) Variabel independen: demografi, religiusitas dan stresor kerja. 2) Variabel perantara: koping religius, dan 3) Variabel dependen: distres. Alat ukur dalam penelitian ini adalah modifikasi Expanded Nursing Stress Scale (ENNS)untuk menilai sumber stres kerja, The Centrality of Religiosity Scale untuk menilai religiusitas,The Brief R-COPE untuk menilai koping religius, dan The Patient Health Questionnaire Anxiety and Depression Scale (PHQ-ADS): untuk menilai distres. Data yang terkumpul akan dianalisis dengan Partial Least Square -Sturctural Equation Modelling (PLS-SEM). Koping religius positif memediasi total hubungan antara religiusitas dengan depresi dan ansietas. Sementara koping religius negatif hanya memediasi total hubungan antara religiusitas dan ansietas. Ada hubungan langsung antara stressor kerja dan koping religius positif. Tidak ada hubungan langsung antara stressor kerja dan koping religius negatif.Temuan penelitian mendukung pernyataan, religiusitas dapat memfasilitasi koping religius. Penelitian ini juga memperluasnya dengan menemukan religiusitas memfasilitasi koping religius positif dalam merespon stresor kerja dan mencegah distres. Oleh karena itu diperlukan fasilitas dan program peningkatan sumber daya religiusitas bagi perawat di tempat kerja yang tidak hanya berguna untuk perawatan pasien, tapi juga untuk perawatan diri sendiri.

Due to the high stressors at work, nurses are prone to suffering distress. Nurses use religious coping as one of their emotional coping mechanisms when dealing with stressful situations. However, evidence of this coping strategy's impact on nurses' distress is currently few and yields inconsistent findings. This study aims to examine how religious coping prevents nurse’s distress. A total of 309 nurses agreed to participate in this cross-sectional study. PLS-SEM was used to analyze the aim of the study. ICU unit nurses face the highest work stressors. Positive religious coping mediates the relationship between religiosity, depression, and anxiety. Meanwhile, negative religious coping only mediates the relationship between religiosity and anxiety. This research finds that religiosity facilitates positive religious coping in responding to nurses’ work stressors and preventing distress. Therefore, facilities and programs to increase religiosity resources for nurses in the workplace are needed.
Read More
D-522
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Komalasari; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Hendra, Yuni Kusminanti, Wida Riyanti
Abstrak:
Laboratorium merupakan tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi. Pekerja laboratorium dapat terpapar berbagai potensi bahaya faktor kimia berupa gas, uap, padatan dan cairan berbahaya, dan faktor bahaya lainnya seperti fisika, biologi, ergonomi dan psikososial. Kegiatan inti laboratorium terdiri dari pengujian, pengambilan contoh uji dan kalibrasi alat. PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengujian laboratorium lingkungan. PT X telah menerapkan identifikasi bahaya keselamatan kerja pada kegiatan intinya, namun belum mencakup bahaya terkait kesehatan. Terdapat 4 jenis Similar Group Exposure di PT X, yaitu Analis Laboratorium Kimia, Analis Laboratorium Mikrobiologi, Petugas Pengambil Contoh dan Petugas Administrasi. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko terkait kesehatan dari stresor lingkungan kerja di Laboratorium Lingkungan PT X perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko agar dapat dikendalikan dengan tujuan pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja. Hasil penilaian risiko pada keempat SEG tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai aktivitas yang memiliki potensi bahaya fisika, kimia, biologi dan ergonomi dengan tingkat risiko tinggi, sedang dan juga rendah. PT X perlu segera melakukan tindakan pengendalian tambahan pada aktivitas dengan risiko tinggi, dan mempertimbangkan pengendalian tambahan pada aktivitas dengan risiko sedang. Pemantauan berkala juga diperlukan pada aktivitas dengan risiko rendah untuk memastikan kondisi tempat kerja aman dan sehat bagi pekerja.

Laboratory is a workplace with high hazard potential. Laboratory workers can be exposed to various potential hazards of chemical factors such as dangerous gases, vapours, solids and liquids, and other hazardous factors such as physics, biology, ergonomics, and psychology. The core activities of the laboratory consist of testing, sampling, and calibration. PT X is an environmental laboratory testing service. PT X has implemented safety hazard identification in its core activities but has not yet included health-related hazards. There are 4 types of Similar Group Exposure at PT X, namely Chemical Laboratory Analysts, Microbiology Laboratory Analysts, Sampling Officers, and Administrative Officers. Hazard identification and risk assessment related to health from work environment stressors at the PT X Environmental Laboratory need to be carried out to determine the level of risk so that it can be controlled with the aim of preventing work-related diseases. The results of the risk assessment at the four SEGs show that there are various activities that have the potential for physical, chemical, biological, and ergonomic hazards with high, medium, and low levels of risk. PT X needs to immediately take additional control on high-risk activities and consider additional controls on moderate-risk activities. Periodic monitoring is also required for low-risk activities to ensure safe and healthy workplace conditions for workers.
Read More
T-6728
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuli Riviyanti; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Kurnia Sari, Mieke Savitri, Atik Waharti, Evi Susanti
Abstrak: Keinginan berhenti kerja (intention to quit) adalah keinginan karyawan untuk berhenti dari pekerjaan yang sekarang, hal tersebut bisa diakibatkan karena faktor pendorong (dari dalam organisasi) ataupun faktor penarik (dari luar organisasi). Apabila tidak terkelola dengan baik akan menyebabkan turnover secara nyata.Hal tersebut menjadi sangat penting karena tingginya angka turnover menunjukkan kurang stabilnya suatu organisasi. Mengingat banyaknya dampak yang akan terjadi yang berkaitan dengan turnover terutama terhadap pelayanan pasien, apabila banyak terjadi pada perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan berhenti kerja perawat RS An-Nisa Tangerang. Pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari 12 faktor, antara lain : (1) Umur, (2) jenis kelamin (3) tingkat pendidikan, (4) lama kerja, (5) unit kerja, (6) status kepegawaian, (7) jenjang karir, (8) pendidikan-pelatihan, (9) kompensasi, (10) stressor kerja, (11) komunikasi dan (12) supervisi/kepemimpinan. Penelitian ini bersifat kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian ini 89 perawat yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang didapat menggunakan kuisioner. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS An-Nisa Tangerang ditemukan bahwa perawat yang memiliki keinginan untuk berhenti kerja sebanyak 18%, angka ini apabila terjadi berarti angka turnover pada tahun 2017 sebesar 12,8% yang berarti menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya yang angkanya selalu mengalami kenaikan. Hasil analisa statistik ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh adalah lama kerja, dan kepemimpinan. Sedangkan faktor yang paling dominan adalah Kepemimpinan. Kata kunci : intention to quit, faktor karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, lama kerja, status kepegawaian, unit kerja dan tingkat pendidikan), faktor organisasi (jenjang karir, kompensasi, pendidikan-pelatihan, stressor kerja, komunikasi dan supervisi/kepemimpinan) The desire to stop working (intention to quit) is the desire of employees to quit their job now, this can be caused because the driving factor (from within the Organization) or towing factor (from outside the organization). If not managed properly will cause a turnover . It becomes very important because of the high turnover figures showed less relative of an organization. Given the large number of impacts that will occur with regard to turnover especially against patients, when a lot is happening on nurses. This research aims to know the factors that affect the desire to stop working nurses at RS An-Nisa Tangerang. Measurements in this study consists of 12 factors, among others: (1) Age, (2) gender (3) level of education, (4) long work, a work unit (5), (6) the status of staffing, (7)succession, (8) educationtraining, (9)compensation, (10) a work stressor, (11) communication and (12) supervision/leadership. The study is quantitative-qualitative design using cross sectional. The sample of this research 88 nurses who meet the inclusion criteria and ekslusi. Data obtained using questionnaire. Based on research conducted at RS An-Nisa Tangerang found that nurses who have a desire to stop working as much as 18%, this figure means in case of turnover in the year 2017 of 12.8% which means being better than the previous years that number is always rising. The results of the statistical analysis found factors that influential work is the length of work and leadership. While the most influential factor is work Leadership. Keywords: intention to quit, nurse characteristics factors (age, gender, employment status, work long, work units and levels of education), the organizational factors (succession, compensation, education-training, work stressor, communication and supervision/leadership)
Read More
B-1916
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive