Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Citra Dewi Anggraini; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Sandra Fikawati, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Erni Kustiani, Rahmawati
Abstrak: Sugar Sweetened Beverages (SSBs) adalah minuman non alkohol yang di dalamnya mengandung gula tambahan (Bodo et al., 2016). Mengonsumsi SSBs secara berlebihan dapat memberikan dampak kelebihan berat badan pada remaja (Welsh et al., 2010; Welsh et al.,2011). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan konsumsi SSBs serta hubungan antara konsumsi SSBs dengan status gizi pada siswa di SMPN 2 Bandung tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2020 di SMPN 2 Bandung dengan jumlah responden 153 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, analisis bivariat chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Berdasar hasil analisis univariat diketahui 69,9% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi (>2 kali/hari). Hasil bivariat menunjukkan pendidikan ibu, ketersediaan SSBS di rumah, dan paparan media memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analasis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah pendidikan ibu setelah dikontrol oleh variabel paparan media, ketersedian SSBs di rumah dan aktifitas fisik. Responden dengan ibu berpendidikan rendah berpeluang 3 kali lebih tinggi mengonsumsi SSBs tingkat tinggi dibandingkan responden dengan ibu berpendidikan tinggi. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa konsumsi SSBs berhubungan dengan status gizi. Peneliti menyarankan siswa mengurangi kebiasaan mengonsumsi SSBs dengan cara mengganti SSBs dengan minuman yang lebih sehat seperti susu plain, pihak sekolah memasukkan hal-hal terkait SSBs pada salah satu mata pelajaran, dan orang tua membatasi ketersediaan SSBs di rumah
Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are non-alcoholic drinks contain added sugar (Bodo et al., 2016). Excessive consumption of SSBs can be associated with overweight in adolescents (Welsh et al., 2010; Welsh et al., 2011). This study aims to determine the factors most related to SSB consumption and the relationship between SSB consumption and nutritional status of students at SMPN 2 Bandung in 2020. This study conducted in February and March 2020 at SMPN 2 Bandung with a total of 153 respondents, using a cross sectional study design. Data is collected by anthropometric measurements and filling out the questionnaires. The data obtained were then analyzed univariate, bivariate chi square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. Based on the results of univariate analysis it was found that 69.9% of respondents consumed high levels of SSBs (> 2 times /day). Bivariate results show that maternal education, availability of SSBs at home, and media exposure have a significant relationship to SSB consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factors associated with SSBs consumption were maternal education after being controlled by media exposure variables, SSBs availability at home and physical activity. Respondents with low-educated mothers had a 3 times higher chance of consuming high-level SSBs compared to respondents with highly educated mothers. In this study it was also known that SSBs consumption was related to nutritional status. Researchers suggest students reduce their habits of consuming SSBs by replacing SSBs with healthier drinks such as plain milk, the school includes things related to SSBs in one subject, and parents limit the availability of SSBs at home
Read More
T-5975
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadhira Winindya Sari; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Neni Rohayati
Abstrak: ugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan minuman yang diberi tambahan gula sederhana yang menambah kandungan energi karena padat kalori dan tinggi gula, namun memiliki sedikit kandungan zat gizi lain sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi SSBs dengan berbagai faktor dan mengetahui faktor dominan konsumsi SSBs pada siswa SMAN 47 Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada bulan Maret-April 2022 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Data yang diambil adalah data primer dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil analisis univariat menunjukkan 90% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi. Hasil bivariat menunjukkan bahwa uang saku, paparan iklan dan media, serta ketersediaan SSBs di rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi gizi terkait dampak konsumsi SSBs berlebih, menyediakan tempat pengisian ulang air mineral, dan mengimbau orang tua siswa untuk menyediakan makanan sehat di rumah. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media intervensi, membatasi iklan minuman yang kurang sehat, dan menerapkan kebijakan pengenaan cukai SSBs
Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks that are added with simple sugar which can increase the energy content because they are calorie-dense and high in sugar, but low in other nutrients. Excessive consumption of SSBs can cause nutritional problems such as increasing the risk of overweight and obesity. This study aims to determine the relationship between SSBs consumption and various factors, also determine the dominant factor of SSBs consumption among students of SMAN 47 Jakarta in 2022. This study used a cross sectional study design conducted in March-April 2022 with 120 respondents. The data taken is primary data using the questionnaires. The data obtained will then be analyzed by univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression). Based on the results of univariate analysis, it was found that 90% of respondents consumed high levels of SSBs. Bivariate results show that pocket money, advertising and media exposure, and the availability of SSBs at home have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with SSBs consumption were availability of SSBs at home. The school is advised to provide nutrition education especially the impact of excessive consumption of SSBs, provide mineral water refills, and encourage parents to provide healthy food at home. The government is advised to use social media as a medium for intervention, limit advertising of unhealthy drinks, and implement a policy of imposing excise tax on SSBs
Read More
S-10937
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lusi Indah Pratiwi; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Evi Fatimah
Abstrak: Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) adalah minuman dengan gula tambahan dalam jumlah yang tinggi dan menambah kalori asupan serta mengandung sedikit atau tidak ada zat gizi sama sekali (Bogart et al., 2017; Haughton et al., 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja di SMA Islam PB Soedirman Jakarta Timur Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Mei 2019 di SMA Islam PB Soedirman Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 115 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner secara mandiri oleh responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda model prediksi. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui 62,6% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi (≥2x/minggu). Hasil bivariat menunjukan jenis kelamin, konsumsi SSBs ibu, konsumsi SSBs teman, ketersediaan SSBs di rumah dan ketersediaan SSBs di sekolah berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di sekolah. Responden yang menganggap SSBs tersedia di sekolah berpeluang 3,3 kali untuk mengonsumsi SSBs tingkat tinggi dibandingkan dengan yang tidak menganggap SSBs tersedia di sekolah. Peneliti menyarankan kepada siswa untuk selektif dalam memilih minuman dan membawa botol minum agar mengurangi konsumsi SSBs di luar rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi mengenai konsumsi SSB, mengedukasi kantin serta membatasi SSBs yang tersedia dikantin, membuat gerakan membawa botol minum, dan dapat menyediakan sarana isi ulang air minum untuk para siswa. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan jenis minuman yang tersedia di rumah dan memberikan contoh konsumsi minuman yang lebih sehat kepada anak.
Kata kunci: Ketersediaan SSBs, remaja, sugar-sweetened beverages.
Read More
S-10022
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rani Berlian Aderisa; Pembimbing: Putra, Wahyu Kurnia Yusrin; Penguji: Trini Sudiarti, Anna Fitriani
Abstrak: Konsumsi sugar sweetened beverages secara rutin dapat menyebabkan terjadinya obesitas, diabetes, penyakit kronis, dan kematian dini. Di Indonesia terjadi peningkatan perkembangan industri sugar sweetened beverages secara khusus untuk jenis minuman boba drinks yang mengalami peningkatan pemesanan sampai lebih dari 8.500% pada tahun 2018. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk melihat gambaran frekuensi konsumsi boba drinks dan menganalisis faktor yang berhubungan khususnya pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Data penelitian dikumpulkan secara primer pada bulan Mei hingga Juni tahun 2020 pada Mahasiswa FKM UI, Depok, Jawa Barat dengan jumlah responden 262 orang. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 20. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi boba drinks dengan aksesibilitas online, pengetahuan terkait sugar sweetened beverages, sikap terhadap sugar sweetened beverages, pengaruh teman, dan pengaruh keluarga namun belum dapat menunjukkan hubungan signifikan antara konsumsi boba drinks dengan jenis kelamin, pengeluaran untuk konsumsi, aksesibilitas langsung, pengaruh media massa, dan status gizi. Hasil penilitian menyarankan dilakukannya edukasi gizi serta penyediaan informasi gizi jajanan yang tersedia di lingkungan FKM UI. Peneliti juga menyarankan dilakukannya kampanye gizi yang melibatkan mahasiswa secara langsung.
Kata kunci: Boba Drinks; Mahasiwa; Remaja; Sugar Sweetened Beverages.

Regular consumption of sugar sweetened beverages contribute to the development of obesity, diabetes, chronic disease, and early death. In Indonesia, the sugar sweetened beverages industry has been developing drastically, especially for boba drinks which sales increase for more than 8.500% on 2018. The purpose of this study is to see the consumption pattern of boba drinks and associated factors especially on late adolescent. This study is a quantitative study using cross-sectional design. The data for this study was collected from May until June, 2020 on Student of Public Health Faculty, Universitas Indonesia, Depok, West Java with 262 sample. The data was statistically analyzed in univariate and bivariate with the help of IBM SPSS Statistics 20 software. This study found a significant relation between boba drinks consumption with online accessibility, knowledge regarding sugar sweetened beverages, attitude towards sugar sweetened bevarages, friends/peers influence, and family influence but can‟t find any significant relation between boba drinks consumption with sex, food expenses, direct accessibility, mass media influence, and nutritional status. The result from this study suggests to hold nutrition education and providing nutritional information for snacks sold around Public Health Faculty Universitas Indonesia. Researcher also suggests to hold a nutrition campaign involving students.
Key words: Adolescent; Boba Drinks; Sugar Sweetened Beverages; University Student.
Read More
S-10264
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Denny Susanto; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Sandra Fikawati, Fajrinayanti
Abstrak:
Sugar sweetened beverages merupakan minuman dengan berbagai macam gula tambahan. SSBs tinggi kalori, tetapi sangat rendah kandungan zat gizi lainnya. Konsumsi SSBs berlebihan menyebabkan kecanduan, beban glikemik tinggi, peningkatan berat badan dan risiko penyakit tidak menular, hingga gangguan psikologis. Remaja merupakan kelompok usia rentan dengan tingkat konsumsi SSBs tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi SSBs dan berbagai faktor yang berhubungan dengan konsumsi SSBs pada siswa/i SMA Kristen Karunia. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional pada bulan April 2024 dengan sebanyak 134 responden di SMA Kristen Karunia Jakarta Pusat yang diperoleh melalui total sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi square, dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan 49,3% siswa/i memiliki tingkat konsumsi SSBs tinggi (≥250 ml/hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan terkait SSBs (p-value 0,010; OR 2,778; 95% CI 1,329-5,807), ketersediaan SSBs di rumah (p-value 0,013; OR 2,588; 95% CI 1,274-5,256), dan pengaruh teman (p-value 0,000; OR 4,098; 95% CI 1,915-8,769) dengan konsumsi SSBs pada siswa/i SMA Kristen Karunia Jakarta Pusat. Faktor dominan konsumsi SSBs adalah pengaruh teman (OR=4,104). Siswa/i yang terpengaruh teman berpeluang 4,104 kali lebih tinggi memiliki tingkat konsumsi SSBs tinggi. Siswa/i disarankan membatasi konsumsi SSBs sehari-hari, mengganti konsumsi SSBs dengan air putih, serta saling mengingatkan teman untuk mengurangi konsumsi SSBs.

Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks with various types of added sugars. SSBs are high in calories but very low in other nutrient content. Excessive consumption of SSBs causes addiction, high glycemic load, weight gain, risk of non-communicable diseases, and psychological disorders. Adolescents are a vulnerable age group with high levels of SSB consumption. This study aimed to determine the description of SSB consumption and various factors associated with SSB consumption among students of Karunia Christian High School. The study design used was cross-sectional in April 2024 with 134 respondents at Karunia High School Central Jakarta, obtained through total sampling. Data collection was done through questionnaires. Data analysis was performed univariately, bivariately using Chi-square test, and multivariately using multiple logistic regression. The results showed that 49,3% of students had high levels of SSB consumption (≥250 ml/day). The bivariate analysis results showed that there was a significant relationship between knowledge related to SSBs (p-value 0,010; OR 2,778; 95% CI 1,329-5,807), availability of SSBs at home (p-value 0,013; OR 2,588; 95% CI 1,274-5,256), and peer influence (p-value 0,000; OR 4,098; 95% CI 1,915-8,769) with SSB consumption among students of Karunia High School, Central Jakarta. The dominant factor for SSB consumption was peer influence (OR=4.104). Students who were influenced by peers were 4,104 times more likely to have high levels of SSB consumption. Students are advised to limit their daily SSB consumption, replace SSB consumption with plain water, and remind each other to reduce SSB consumption.
Read More
S-11608
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patrisha Ramadhiani; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Sandra Fikawati, Fitri Hudayani
Abstrak:
Minuman kopi merupakan salah satu sugar sweetened beverages, dibuat dari bubuk kopi, gula dan air melalui proses pemanasan. Konsumsi minuman kopi yang tinggi berkaitan dengan kandungan gulanya yang dapat meningkatkan risiko obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan proporsi tingkat konsumsi minuman kopi berdasarkan karakteristik individu dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 181 mahasiswa aktif S1 non-kesehatan tahun 2023. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2023 melalui pengisian kuesioner secara mandiri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 52,5% responden memiliki tingkat konsumsi minuman kopi yang tinggi (≥ 3-4 kali seminggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan proporsi signifikan konsumsi minuman kopi berdasarkan perilaku merokok, pengaruh teman, ketersediaan, serta aksesibilitas (p-value < 0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pengaruh teman adalah faktor dominan yang mempengaruhi konsumsi minuman kopi mahasiswa. Peneliti menyarankan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak lingkungan pertemanannya untuk membatasi konsumsi minuman kopi. Peneliti juga menyarankan bagi institusi kesehatan untuk dapat memberikan edukasi dan informasi mengenai batas aman konsumsi.

Coffee drinks are sugar-sweetened beverages made from coffee powder, sugar, and water, through a heating process. High consumption of coffee drinks is associated with the sugar content, which can increase the risk of obesity. The aim of this study was to determine the differences in coffee drinks consumption levels based on individual characteristics and environmental factors among non-health undergraduate students at the University of Indonesia in 2023. This quantitative study used a cross-sectional design with a sample of 181 active undergraduate non-health students in 2023. Data were collected in June 2023 through self-administered. The results showed that 52.5% of the respondents had a high level of coffee drink consumption (≥ 3-4 times per week). Bivariate analysis revealed significant differences in coffee drinks consumption based on smoking behavior, peer influence, availability of coffee at home, and accessibility (p-value < 0.05). Multivariate analysis indicated that peer influence was the dominant factor influencing students' coffee drink consumption. The researchers suggest students increase their awareness and encourage their social circle to limit excessive coffee consumption. Additionally, relevant health institutions are advised to provide education, increase information about recommended limits of coffee consumption.
Read More
S-11413
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
M. Aadiyaat Dhafi Amstrong; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Sandra Fikawati, Anna Fitriani
Abstrak: Minuman boba merupakan minuman yang dibuat dari teh atau susu dengan suatu perisa atau pemanis yang kemudian ditambahkan boba atau topping lainnya. Minuman boba dan sejenisnya adalah salah satu dari minuman berpemanis gula atau sugar-sweetened beverages (SSBs) dan termasuk ke dalam hand-shaken sugar-containing drinks (HSDs). Minuman ini meningkat trennya di Indonesia pada tahun 2018 seiring dengan meningkatnya prevalensi diabetes dan obesitas di Indonesia pada tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan konsumsi minuman boba dan sejenisnya dengan berbagai faktor pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Lokasi kampus UI berada di dekat daerah pusat kuliner dan sebagian mahasiswa memiliki kebiasaan saling memberikan hadiah makanan atau minuman di antara sesama teman. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan melibatkan responden sebanyak 181 mahasiswa reguler angkatan 2018 dan 2019. Penelitian berlangsung pada pada bulan Mei?Juli 2022. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner metode daring yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square dan Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya pada mahasiswa UI didominasi oleh tingkat konsumsi rendah (90,1%). Analisis bivariat menemukan bahwa prestise tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya. Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya adalah pengaruh kelompok referensi, terutama teman (p-value = 0,044; OR = 3,373). Mahasiswa disarankan untuk mempertimbangkan baik dan buruk saran dari kelompok referensi. Pemerintah disarankan untuk membuat peraturan batasan gula dan mencantumkan label pangan pada minuman boba dan sejenisnya serta membatasi iklan minuman boba dan sejenisnya.
Bubble drink is a drink made from tea or milk with a flavor or sweetener, then added with boba or other toppings. Bubble drinks and its kind are one of sugar-sweetened drinks (SSBs) and included in hand-shaken sugar-containing drinks (HSDs). It has an increasing trend in Indonesia in 2018 along with the prevalence of diabetes and obesity in Indonesia in the same year. This study aims to determine the description and relationship of consumption of boba drinks and its kind on students from the University of Indonesia (UI). UI located near the culinary center area and some of student have a habit of giving gifts or drinks to each other among friends. This study used a cross-sectional study design and involved 181 regular students from class of 2018 and 2019 as respondents in May?July 2022. Data were collected through online questionnaires and then analyzed by univariate and bivariate using the Chi-square and Mann-Whitney U test. Univariate analysis showed that the level of consumption of beverages and its kind among UI students was dominated by low consumption rate (90.1%). Bivariate analysis found that prestige did not have a significant relationship with the level of consumption of boba drinks and its kind. The variable that has a significant relationship with the level of consumption of boba drinks and its kind is the influence of the reference group, especially friends (p-value = 0,044; OR = 3,373). Students are advised to consider the good and bad of the reference group advice. The government suggested to setting a sugar limit, adding food labels on boba drinks and its kind and limiting advertising on boba drinks and its kind.
Read More
S-11145
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khansa Zahroosita Fatikasari; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Achmad Syafiq, Evi Fatimah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 25 Jakarta. Pada penelitian ini, konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) merupakan variabel dependen, sedangkan pengaruh paparan media sosial, frekuensi online food ordering, konsumsi fast food, pengetahuan mengenai SSBs, screen time, pengaruh teman, uang jajan, dan jenis kelamin merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 226 siswa-siswi kelas 10, 11, dan 12 SMAN 25 Jakarta yang dipilih secara tidak acak. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 75,2% responden memiliki tingkat konsumsi yang tinggi yaitu mengonsumsi SSBs ≥ 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa pengaruh paparan media sosial, konsumsi fast food, dan screen time berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengaruh paparan media sosial sebagai faktor dominan yang memengaruhi konsumsi SSBs pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk dapat menambah edukasi kepada siswanya mengenai perilaku makan yang sehat khususnya dalam pemilihan jenis minuman yang sehat. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media untuk intervensi mengenai pemilihan jenis makan dan minuman yang sehat untuk remaja serta merancang regulasi untuk mencegah penyebaran konten maupun iklan mengenai SSBs agar remaja tidak terpapar oleh konten maupun iklan SSBs yang dapat memengaruhi konsumsi SSBs. Kata kunci: Sugar-sweetened beverages, remaja, siswa SMA, media sosial This study aims to determine factors associated with Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption and to determine the dominant factor among students of SMAN 25 Jakarta. The dependent variable in this study is Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption, and the independent variables are frequency of online food ordering, fast food consumption, knowledge about SSBs, screen time, peer influence, pocket money, and sex. Thisis a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in April 2020 at SMAN 25 Jakarta with a total of 226 respondents who were not selected randomly from the first grade until third grade. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 75,2% of the respondents had a high level of SSB consumption ie consuming SSBs ≥ 3 times per week. The results also show the influence of social media exposure, fast food consumption, and screen time related to the consumption of SSBs in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of social media exposure as a dominant factor influencing SSB consumption among adolescents. This study suggests to the school to be able to increase education to students about healthy eating behavior, especially in choosing healthier drinks. The government is advised to use social media as a medium for interventions regarding the selection of healthy foods and drinks for adolescents and to design regulations to prevent the distribution of content and advertisements regarding SSBs so that adolescents are not exposed to SSB content or advertisements that can affect SSB consumption. Keywords: Sugar-sweetened beverages, adolescents, high school students, social media
Read More
S-10515
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aiko Theophilia Wahyutomo; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Nur Fatayani
Abstrak:
Minuman berpemanis merupakan jenis minuman dengan berbagai bentuk gula tambahan. Peningkatan konsumsi minuman berpemanis dan dampaknya terhadap kesehatan perlu menjadi perhatian yang serius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia tahun 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri oleh 141 mahasiswa sarjana non kesehatan Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 (19,9%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang tinggi dan 113 (80,1%) mahasiswa memiliki tingkat konsumsi minuman berpemanis yang rendah. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi minuman berpemanis. Sedangkan, status ekonomi, aksesibilitas, literasi gizi, paparan media sosial, dan citra tubuh tidak menunjukkan adanya hubungan dengan konsumsi minuman berpemanis. Pemberian edukasi gizi serta pelibatan aktif mahasiswa dalam mempromosikan perilaku sehat sangat diperlukan sebagai upaya penurunan faktor risiko akibat konsumsi minuman berpemanis pada mahasiswa.

Sweetened drinks are a type of beverage with various forms of added sugar. The increase in consumption of sugar-sweetened beverages and its impact on health needs to be a serious concern. This research aims to determine the factors related to the consumption of sweetened beverages among non-health undergraduate students at the University of Indonesia in 2024. This research uses a quantitative approach with a cross-sectional research design. Research data was collected by completing questionnaires independently among 141 non-health undergraduate students at the University of Indonesia. The data was analyzed using the Chi-Square test to determine the relationship between the independent and dependent variables. The research results showed that 28 (19.9%) students had a high level of sweetened drink consumption and 113 (80.1%) students had a low level of sweetened drink consumption. This research also showed a relationship between gender and the consumption of sweetened beverages. Meanwhile, economic status, accessibility, nutritional literacy, exposure to social media, and body image did not show any relationship with the consumption of sweetened beverages. Providing nutritional education and active involvement of students in promoting healthy behavior is necessary to reduce risk factors due to the consumption of sweetened beverages in students.
Read More
S-11676
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Michelle Kim; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Yulianti Wibowo
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan kondisi akumulasi lemak berlebih di area perut (intra-abdominal fat) yang berperan sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik. Di Indonesia, termasuk wilayah Jakarta, prevalensi obesitas sentral menunjukkan tren peningkatan. Salah satu faktor yang diduga berkontribusi adalah pola konsumsi minuman berpemanis atau Sugar-Sweetened Beverages (SSB), yakni minuman yang mengandung pemanis berkalori tinggi seperti soda, minuman rasa buah, teh/kopi kemasan, dan sejenisnya. Konsumsi SSB meningkat seiring dengan kemudahan akses dan kecenderungan masyarakat menjadikannya sebagai pelarian saat stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian obesitas sentral pada kelompok dewasa di perusahaan X. Penelitian dilakukan pada bulan April 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan metode purposive sampling, melibatkan 86 responden. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi SSB (p=0,002), asupan energi (p=0,009), dan asupan karbohidrat (p=0,001) dengan kejadian obesitas sentral. Sementara itu, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan aktivitas fisik (p=0,536), jenis kelamin (p=1,000), pengetahuan mengenai SSB (p =0,647), asupan lemak (p=0,219), dan asupan serat (p=0,376). Temuan ini menunjukkan bahwa konsumsi SSB, asupan energi, dan karbohidrat perlu menjadi perhatian dalam upaya pencegahan obesitas sentral di kalangan dewasa pekerja.

Central obesity is a condition characterized by excessive fat accumulation in the abdominal area (intra-abdominal fat), which serves as a major risk factor for cardiovascular diseases and metabolic syndrome. In Indonesia, including the Jakarta area, the prevalence of central obesity continues to rise. One contributing factor is the pattern of consuming sugar-sweetened beverages (SSBs), which are drinks containing high-calorie sweeteners, such as soda, fruit-flavored drinks, packaged tea/coffee, and other sweetened liquid products. SSB consumption has increased due to easier access and the tendency for individuals to use these beverages as a coping mechanism during stress. This study aimed to examine the relationship between SSB consumption and the incidence of central obesity among adults in Company X. The research was conducted in April 2024 using a cross-sectional design and purposive sampling method, involving 86 respondents. The results showed a significant association between SSB consumption (p=0.002), energy intake (p=0.009), and carbohydrate intake (p=0.001) with the incidence of central obesity. Meanwhile, no significant association was found between central obesity and physical activity (p=0.536), sex (p=1.000), knowledge about SSB (p=0.647), fat intake (p=0.219), or fiber intake (p=0.376). These findings suggest that SSB consumption, energy intake, and carbohydrate intake are important factors to consider in efforts to prevent central obesity among working adults.
Read More
S-11921
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive