Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yoni Malinda
JKR Vol.3, No.2
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2012
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yoni Malinda; Pembimbing: Asri C. Adisasmita, Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Tri Yunis Miko Wahyono, Teti Tejayanti
Abstrak:

Fertilitas remaja masih menyumbang kontribusi yang besar terhadap fertilitas total di Indonesia. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Age-Specific Fertility Rate (ASFR) remaja usia 15 – 19 tahun pada tahun 2002 – 2003 dan tahun 2007 tidak mengalami perubahan yaitu 51 per 1.000 perempuan. Fertilitas remaja dapat menimbulkan masalah kesehatan, sosial-ekonomi, dan pertumbuhan penduduk. Adapun faktor umur kawin pertama dan penggunaan kontrasepsi berpengaruh terhadap fertilitas remaja. Untuk lebih lanjut, dilakukan penelitian dengan menganalisis data Riskesdas 2010. Desain studi penelitian adalah crossectional dengan jumlah populasi studi 760 remaja. Odds Ratio (OR) diperoleh pada tahap analisis bivariat dan pada tahap multivariat dengan menggunakan logistik regresi setelah dilakukan adjustment pada tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi. Diperoleh hasil bahwa umur kawin pertama tidak berhubungan secara signifikan dengan fertilitas remaja (p = 0,236). Sedangkan penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan fertilitas remaja (p = 0,000) dengan nilai OR = 76,24 yang artinya remaja yang menggunakan kontrasepsi meningkatkan resiko sebesar 76,24 kali untuk mempunyai anak satu atau lebih dibandingkan yang tidak menggunakan (36,10 – 161,04). Asas temporalitas pada penelitian ini tidak terpenuhi karena desain studi adalah crossectional sehingga arti dari hubungan ini adalah remaja yang menggunakan kontrasepsi adalah mereka yang fertilitasnya tinggi untuk mencegah fertilitas yang lebih tinggi lagi. Kata kunci: Fertilitas remaja, umur kawin pertama, penggunaan kontrasepsi.


Adolescent fertility still accounts for a major contribution to the total fertility in Indonesia. Based on data from Indonesia Demographic and Health Survey 2007, the Age-Specific Fertility Rate (ASFR) adolescents aged 15-19 years in 2002 to 2003 and in 2007 unchanged at 51 per 1,000 women. Adolescent fertility can cause health problems, socio-economic and population growth factors. The age of first marriage and contraceptive use affect adolescent fertility. Therefore, the research done by analyzing the data Riskesdas 2010. Design study is crossectional with a population of 760 adolescent studies. Odds Ratio (OR) obtained in the bivariate analysis stage and the stage of multivariate logistic regression using after the adjustment in region, education, employment, and economic status. The results indicate that age of first marriage did not significantly associated with adolescent fertility (p = 0.236). While contraceptive use associated with adolescent fertility (p = 0.000) with a value of OR = 76.24, which means teens are using contraceptives increase the risk by 76.24 times to have one or more children than those not using (36.10 to 161.04 ). The principle of temporality in the study was not met because the study design is crossectional so that the meaning of this relationship is the teens who use contraception are those of high fertility to prevent a higher fertility. Key words: Ado lescent fertility, age of first marriage, contraceptive use

Read More
T-3580
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Junaedi; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Mila Herdayati, Anindita Dyah Sekarpuri
Abstrak: Fenomena penurunan persentase perkawinan usia 15-19 tahun dan peningkatan median usia kawin pertama (UKP) dari data SDKI 1997, 2002-2003, dan 2007 menjadi anomali dengan masih adanya permasalahan kependudukan, termasuk dalam hal keluaran kesehatan reproduksi. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Praktek diduga mempengaruhi hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan membagi keluaran kesehatan reproduksi menjadi dimensi fisik dan sosial. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap dan praktek mengganggu hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi dengan begitu disarankan pemerintah tak hanya berfokus dalam UKP saja melainkan juga mempertimbangkan hasil temuan ini.
 

Phenomenon of reduction percentage of marriage aged 15-19 and the enchancement of the median of age at first marriage from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 1997, 2002-2003, and 2007 are anomaly of persistence population problems, one of them is outcome health reproduction. Knowledge, Attitude, and Practice influence are expected confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction. This study used IDHS’s data in 2007 by dividing the health reproduction outcome into physical and social dimensions. The results are Attitude and Practice confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction and suggested to the government to not only focused in age at first marriage but also the
Read More
S-7829
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuridista Putri Pratiwi; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Anindita dyah Sekarputri
Abstrak: Tingkat fertilitas merupakan salah satu indikator yang menjadi prioritas utama pencapaian MDGs Indonesia. Tingkat fertilitas di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Tingkat fertilitas di dalam data survei dapat diukur dengan menggunakan jumlah anak lahir hidup (ALH). Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas.Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur kawin pertama terhadap tingkat fertilitas wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Penelitian menggunakan kriteriainklusi wanita usia subur usia 15-49 tahun yang pernah menikah di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang pernah penikah di Provinsi Jawa Barat, mereka yang menikah di usia ≤ 18 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat fertilitas tinggi dibandingkan yang menikah di usia > 18 tahun setelah variabel lain dikendalikan. Variabellain yang turut berperan dalam tingkat fertilitas wanita usia subur yaitu umur, tempat tinggal,tingkat pendidikan istri, status pekerjaan istri, norma tentang besarnya keluarga, dan penggunaan alat kontrasepsi saat ini. Oleh karena itu, kegiatan KIE terkait program KB dan pendewasaan usia perkawinan, pemberdayaan wanita, serta pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan status ekonomi diperlukan sebagai upaya mencegah dan mengatasi permasalahan terkait fertilitas di kalangan wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Kata Kunci : Fertilitas, anak lahir hidup, wanita usia subur, Jawa Barat, pengaruh, umur kawin pertama.
Read More
S-8267
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive