Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Abstrak Bed occupancy rate merupakan salah satu indikator pelayanan kesehatan yang menunjukan seberapa jauh masyarakat memanfaatkan jasa rawat inap di rumah sakit. Angka bed occupancy rate yang rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan rawat inap yang berakibat kepada pendapatan rumah sakit menjadi rendah. Untuk dapat meningkatkan jasa rawat inap diperlukan strategi namun sebelumnya dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan pemanfaatan rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari faktor-faktor predisposing, enabling, reinforcing dan need terhadap pemanfaatan rawat inap di Rumah Sakit Tria Dipa. Keputusan seseorang dalam pemanfaatan rawat inap ini mengadopsi dari teori Andersen dan Lawrence Green. Pengukuran dilakukan melalui self administrated questionnaire menggunakan skala Likert dan Guttman dengan penilaian dari pasien yang dinyatakan harus dirawat inap oleh dokter. Penelitian ini mengambil pendekatan kuntitatif dengan rancangan cross sectional dengan 2 populasi, dengan responden sebanyak 112 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan, pendidikan, health belief 2, SDM 1, SDM 2, SDM 3, tarif 1, tarif 2, sarana dan prasarana 1, sarana dan prasarana 2, aksesibilitas 1 aksesibilitas 2, kelompok acuan, perceived dan evaluated terhadap keputusan pasien dalam pemanfaatan rawat inap di Rumah Sakit Tria Dipa. Faktor yang paling berpengaruh adalah evaluated. Salah satu saran dalam temuan ini adalah perlunya meningkatkan kualitas SDM penunjang medis dan peralatannya agar dapat memberikan hasil yang akurat dan cepat untuk mendukung diagnosa yang tepat. Kata kunci : Bed Occupancy Rate, Predisposing, Enabling, Reinforcing, Need, Pemanfaatan Rawat Inap. Daftar Pustaka : 43 (1975 - 2010)
Abstract Bed occupancy rate is one of indicator health service which how far people use hospital inpatient service. The number of the lowest bed occupancy rate show the minimum utilization of inpatient service which cause to the low income of the hospital. It needs a strategy to increase the hospital inpatient service, but before that it needs an information that related with the inpatient service utilization. This research aiming to find out the relation from predisposed, enabling, reinforcing, and need factors to hospital inpatient service in Tria Dipa General Hospital. The decision in hospital inpatient service utilization taken from Andersen and Lawrence Green theory. The Measurement is by self administrated questionare self administrated questionnaire using Likert and Guttman scale with the rating from the patient who's need to inpatient by Doctor. This research use quantitative approach with cross sectional designed in 2 population, with 112 correspondents. The results of this research shows that there still a significant relationship between a jobs, education, health belief 2, Human resources 1, Human resources 2, Human resources 3, rate 1, rate 2, Facilities and infrastructure 1, Facilities and infrastructure 2, an access 1, access 2, the group of reference perceived and evaluated to patient decision in hospital inpatient service at Tria Dipa General Hospital. The most influent factor is evaluated. One of the suggestion in this founding is need to increase the quality from the medical support human resources and the tools so will give a accurate results and fast to support the right diagnose. Key words: Bed Occupancy Rate, Predisposing, Enabling, Reinforcing, Need, hospital inpatient service utilization. Billiography : 43 (1975 - 2010).
Kata kunci : Faktor enabling; faktor needs; faktor predisposisi; penyandang disabilitas; utilisasi rawat jalan
Penelitian ini menganalisis utilisasi layanan rujukan peserta JKN dengan diagnosis TB di FKTP berdasarkan data sampel BPJS kesehatan Kontekstual TB pada FKTP tahun 2019–2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian ini sebanyak 36,5% kunjungan dirujuk, dengan peserta PBI lebih aktif dibanding non-PBI. Faktor predisposisi seperti usia (anak 0–14 tahun lebih sering dirujuk), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi), status perkawinan, dan wilayah FKTP memengaruhi rujukan. Faktor enabling seperti jenis dan tipe FKTP juga berperan; Puskesmas menangani banyak kasus, namun Klinik Pratama dan Dokter Umum lebih sering merujuk. Poli umum memiliki tingkat rujukan lebih tinggi dibanding poli TB dan paru.
This study analyzes the utilization of referral services by JKN participants diagnosed with TB at FKTP based on BPJS Health sample data on TB context at FKTP from 2019 to 2023. This study is a quantitative research with a cross-sectional design. Data collection used total sampling. The analysis employed in this study includes univariate and bivariate analysis. The results show that 36,5% of participants utilized referrals, with PBI participants more active than non-PBI. Predisposing factors such as age (children 0–14 years are referred more often), gender (males higher), marital status, and FKTP region influenced referrals. Enabling factors such as FKTP type and category also played a role; Puskesmas handled most cases, but Primary Clinics and General Practitioners referred patients more frequently. General outpatient clinics had higher referral rates compared to TB and pulmonary clinics.
Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan melakukan perilaku pencegahan anemia yang meliputi makan-makanan bergizi, rutin konsumsi tablet tambah darah, dan rutin melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC). Cakupan ANC di Puskesmas Kedungkandang dibawah standar Provinsi Jawa Timur (Cakupan K1 98,2% dan pada K4 89,93%) dan Kota Malang (Cakupan K1 89,10% dan pada K4 84,41%) yaitu pada K1 sebesar 88% dan cakupan K4 sebesar 84%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang Tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain cross sectional pada 115 ibu hamil yang diambil secara proportional random sampling dan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2023. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi: pengetahuan (P-value = 0,000) dan sikap (P-value = 0,000), faktor pemungkin: kelas ibu hamil (P-value = 0,012), dan faktor penguat: dukungan suami (P-value = 0,000) dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil. Untuk itu, diperlukan upaya peningkatan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil dengan peningkatan pengetahuan, sikap, keikutsertaan dalam kelas ibu hamil dan dukungan suami agar perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil semakin baik.
Anemia in pregnant women can be prevented by carrying out anemia prevention behaviors which include eating nutritious foods, routinely consuming blood-boosting tablets, and carrying out routine antenatal care (ANC) visits. ANC coverage at the Kedungkandang Health Center is below the standard for East Java Province (Coverage of K1 98.2% and in K4 89.93%) and Malang City (Coverage of K1 89.10% and in K4 84.41%), namely in K1 it is 88% and K4 coverage of 84%. This study aims to determine the factors related to anemia prevention behavior in pregnant women in the Working Area of the Kedungkandang Health Center, Malang City in 2023. This research is a quantitative study, cross-sectional design on 115 pregnant women who were taken by proportional random sampling and carried out in the month June-July 2023. Data collection was carried out through interviews using a questionnaire. The results showed that there was a significant relationship between predisposing factors: knowledge (P-value = 0.000) and attitudes (P-value = 0.000), enabling factors: class of pregnant women (P-value = 0.012), and reinforcing factors: husband's support ( P-value = 0.000) with anemia prevention behavior in pregnant women. For this reason, efforts are needed to increase anemia prevention behavior in pregnant women by increasing knowledge, attitudes, participation in classes for pregnant women and husband's support so that anemia prevention behavior in pregnant women is getting better.
