Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Khairunnisah; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Sandi Ilyanto, Aziz Sudarmo, Emmilya Rosa
Abstrak:

Abstrak

Program Bidan PTT bertujuan meningkatkan pemerataan distribusi tenaga kesehatandalam rangkamenurunkan AKI dan AKB. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran dan hubungan take home income dengan kinerja bidan PTT di Kabupaten Mukomuko. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan dua populasi dengan analisis univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa kinerja bidan adalah baik dengan rata-rata take home income bidan PTT adalah Rp.4.143.198 dan bidan PNS adalah Rp. 5.395.388. Ada hubungan yang signifikan antaratake home income dengan kinerja bidan PTT sementara untuk bidan PNS tidak berhubungan. Untuk meningkatkan kinerja bidan perlu dibuat suatu pola insentif baik material dan non material dengan mempertimbangkan aspek keadaan daerah.


The impermanent midwives Programme aims to improve equitable distribution of health workers in order to reduce the MMR and IMR. Research purposes to gain insight and take home income relationship with the performance of impermanent midwives in Mukomuko district. This study is a survey of the two populations with univariate and bivariate analyzes.

The results showed that the performance of midwives is well with the average take-home income is Rp.4.143.198 impermanent midwives and civil servants is Rp. 5.395.388. There is a significant relationship between the take home income with impermanent midwives performance while civil servants midwaves are not related. To improve the performance of midwives needs to be a good incentive pattern material and nonmaterial by considering local circumstances.

Read More
T-3974
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Takeo Fujiwara, Jun Ito, Ichiro Kawachi
Abstrak: The purpose of this study was to investigate the impact of income inequality and parental socioeconomic status on several birth outcomes in Japan. Data were collected on birth outcomes and parental socioeconomic status by questionnaire from Japanese parents nationwide (n = 41,499) and then linked to Gini coefficients at the prefectural level in 2001. In multilevel analysis, z scores of birth weight for gestational age decreased by 0.018 (95% confidence interval (CI): -0.029, -0.006) per 1-standard-deviation (0.018-unit) increase in the Gini coefficient, while gestational age at delivery was not associated with the Gini coefficient. For dichotomous outcomes, mothers living in prefectures with middle and high Gini coefficients were 1.24 (95% CI: 1.05, 1.47) and 1.23 (95% CI: 1.02, 1.48) times more likely, respectively, to deliver a small-for-gestational-age infant than mothers living in more egalitarian prefectures (low Gini coefficients), although preterm births were not significantly associated with income distribution. Parental educational level, but not household income, was significantly associated with the z score of birth weight for gestational age and small-for-gestational-age status. Higher income inequality at the prefectural level and parental educational level, rather than household income, were associated with intrauterine growth but not with shorter gestational age at delivery.
Read More
AJE Vol.177, No.10
Oxford : Oxford University Press, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jarvis T. Chen, Jason Beckfield, Pamela D. Waterman, Nancy Krieger
Abstrak: Although socioeconomic position is conceptualized by social epidemiologists as a multidimensional construct, most research on socioeconomic disparities in health uses a limited set of observable indicators (e.g., educational attainment, household income, or occupational class) and typically analyzes and reports gradients in relation to one measure at a time. Societal changes in economic structures over time, however, can lead to changes in distributions of and associations between socioeconomic indicators, as has occurred with income returns to education in the United States over the last 50 years. Consequently, temporal comparisons of socioeconomic disparities from repeated cross-sectional surveys can be affected, particularly when salient dimensions of socioeconomic position are unobserved. We discuss this phenomenon within the framework of measurement error and identify sources of variation that can make identification of socioeconomic change difficult. Using simulations, we explore the utility of the quantile, slope index of inequality, and relative distribution approaches to minimizing bias in temporal comparisons and find that these methods yield correct inferences about temporal change only under limited conditions. We contrast these approaches with the use of an imputation model when validation data for the unobserved socioeconomic indicator exist. We discuss implications for analyzing changing socioeconomic health disparities over time.
Read More
AJE Vol.177, No.9
Oxford : Oxford University Press, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indarwati Hikmawan; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Anhari Achadi, Ridho Lahiya
Abstrak: Dalam dunia asuransi semakin banyaknya peserta semakin baik dan sebaliknya, termasuk asuransi sosial yang dikenal sebagai Jaminan kesehatan Nasional seperti yang diterapkan di Indonesia. Namun faktanya, masih ada masyarakat yang belum menjadi peserta JKN dikarenakan mereka mengganggap mereka harus membayar iuran yang menurut mereka mahal setiap bulan, kemudian masih ada peserta yang belum mengetahui tentang JKN. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepesertaan mandiri di wilayah kerja BPJS Kesehatan kantor layanan operasional Kabupaten Bogor tahun 2015. penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang berarti pengukuran variabel dependen dan independen dilaksanakan pada satu waktu. jumlah populasi pada penelitian ini adalah 110 orang, menggunakan alat ukur kuisoner, analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statuistk chi-square. Hasil penelitian 6 (enam) variable signifikan berhubungan dengan kepesertaan mandiri yaitu pendidikan, pekerjaan, pandangan terhadap resiko, pendapatan, premi dan kegunaan dan 3 (tiga) variable tidak signifikan berhubungan dengan kepesertaan mandiri yaitu umur, jenis kelamin dan jumlah anggota keluarga Peneliti menyarankan kepada pihak BPJS KLO Kabupaten Bogor untuk melakukan sosialisasi kepada peserta terkait dengan cara, syarat pendaftaran dan manfaat menjadi peserta JKN agar dapat tercapainya cakupan semesta.
Kata kunci: Kepesertaan mandiri, Resiko sakit, Pendapatan, Premi, Kegunaan.
In the insurance world, the better the increasing number of participants and vice versa, including social insurance, known as the National Health Insurance as applied in Indonesia. But in fact, there are still people who have not joined the JKN because they assume they must pay dues according to their expensive every month, then there are participants who do not know about JKN. This thesis aims to determine the factors independently associated with participation in the work area BPJS Bogor district office operational services in 2015. This study uses a quantitative research with cross sectional design meaningful measurements of dependent and independent variables held at one time. the total population in this study were 110 people, using a questionnaire measuring devices, analysis is the analysis of univariate and bivariate with chi-square test statuistk. Results of the study six (6) variables significantly associated with the participation of independent education, employment, views on risk, income, premiums and usability and 3 (three) variables were not significantly related to the participation of self-such as age, gender and number of family members also suggested to KLO BPJS the Bogor Regency for dissemination to participants related to how, registration requirements and the benefits of being JKN participants in order to achieve universal coverage.
Keywords: Independent participation, risk of illness, income, premiums, Usability
Read More
S-8952
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Prieska Precilia; Pembimbing : Kusharisupeni; Penguji: Kusdinar Acmad, Triyani Kresnawan
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Pasien gagal ginjal terminal dengan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis dapat meningkatkan harapan hidupnya, namun kualitas hidup yang rendah pada pasien tersebut masih banyak ditemui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor risiko pada kualitas hidup terkait kesehatan pasien hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2014. Sebanyak 94 responden yang diteliti menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF dan ditemukan sebesar 51,1% responden memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk. Responden dengan kategori usia muda (75,5%), laki-laki (57,4%), berpendidikan tinggi (80,9%), berstatus tidak bekerja (66,0%), berpenghasilan rendah (61,7%), berstatus gizi baik menurut lingkar otot lengan atas (67,0%),memiliki komorbiditas (75,5%), dan dengan tingkat aktivitas fisik rendah (11,7%). Pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,024, OR=4,324). Pendapatan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,005, OR= 3,972). Ahli gizi dan staff dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi gizi terkait penyakitnya yang disesuaikan dengan pendapatannya, sehingga pasien dapat mempertahankan status gizinya dan meningkatkan kualitas hidupnya.Pasien gagal ginjal terminal dengan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis dapat meningkatkan harapan hidupnya, namun kualitas hidup yang rendah pada pasien tersebut masih banyak ditemui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor risiko pada kualitas hidup terkait kesehatan pasien hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2014. Sebanyak 94 responden yang diteliti menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF dan ditemukan sebesar 51,1% responden memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk. Responden dengan kategori usia muda (75,5%), laki-laki (57,4%), berpendidikan tinggi (80,9%), berstatus tidak bekerja (66,0%), berpenghasilan rendah (61,7%), berstatus gizi baik menurut lingkar otot lengan atas (67,0%),memiliki komorbiditas (75,5%), dan dengan tingkat aktivitas fisik rendah (11,7%). Pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,024, OR=4,324). Pendapatan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,005, OR= 3,972). Ahli gizi dan staff dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi gizi terkait penyakitnya yang disesuaikan dengan pendapatannya, sehingga pasien dapat mempertahankan status gizinya dan meningkatkan kualitas hidupnya.
 

 
ABSTRACT
 
 
ESRD patient with maintenance hemodialysis therapy can increase its life expectancy, but its quality of life is found relatively low in many patients. This research is objected to know the difference proportion of some factors of health related quality of life (HRQOL)in hemodialysis patients. Among 94 samples of hemodialysis patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo were participated in this crossectional study.Using WHOQOL-BREF questionnaire there wasfound 51,1% respondent havelow HRQOL. Respondent within the young age category is 75,5%, proportion of male respondent is 57,4%,higher education category is80,9%, unemployeed respondent is 66%, low income category is 61,7%, low nutrition status based on mid arm muscle circumference 67,0%, having comorbidity is 75,5%, and low activity level is 11,7%. Education has a significant relation with health related quality of life (p= 0,024, OR=4,324). Income has a significant relation with health related quality of life (p= 0,005, OR= 3,972). Dietitian and staff can help the patients toincrease their knowledge on nutrition therapy that fit with their disease condition and income, so that patients be able to maintain their nutritional status and increase their quality of life.
Read More
S-8256
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hadiyanti Eka Prasasti; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Kusharisupeni, Isnindyarti
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lingkar pinggang, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang, and faktor predominan lingkar pinggang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode purposive sampling pada 139 responden guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi lingkar pinggang, jenis kelamin, umur, pendapatan, pengetahuan gizi, kecukupan energi, kecukupan karbohidrat, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik.
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata lingkar pinggang pada perempuan 80,40 cm dan pada laki-laki 88,04 cm. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, dan pendapatan dengan lingkar pinggang. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, yaitu perempuan dan umur yang semakin meningkat menjadi faktor predominan lingkar pinggang. Asupan makanan yang tepat dan diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur diperlukan untuk mengontrol ukuran lingkar pinggang agar tidak melebihi cut off points.
 

The objective of this study was to determine the description of waist circumference, the association of risk factors and waist circumference, and predominant factor of waist circumference. This study use a cross sectional design research with purposive sampling among 139 elementary school teacher in Cilandak District, South Jakarta in year 2013. The data have been collected on this research included waist circumference, sex, age, income, nutrition knowledge, energy sufficiency, carbohydrate sufficiency, fat sufficiency, and physical activity.
 
The result of this study showed that the mean value of waist circumference in women was 80,40 cm and in men was 88,04 cm. In bivariat analyses, sex, age, and income was significantly related to waist circumference. The result of multivariat analyses showed that sex especially in women and older age were predominant factors of waist circumference. The correct food intake and balancing the physical activity is necessary to control waist circumference in order not to exceed the cut off points.
Read More
S-7880
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Entos; Promotor: Endang Laksminingsih Achadi; Kopromotor: Ahmad Syafiq, Minrto; Penguji: Anhari Achadi, Hardinsyah, Kusharisupeni, Trihono, Sunarno Ranu W, Diah Mulyawati Utari
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyimpangpositif positive deviants yang berhubungan dengan status gizi normal tidakstunting dan tidak wasting pada anak usia baduta dari keluaga termiskin, denganpendekatan penyimpangan positif positive deviance . Penelitian ini menggunakandata Riskesdas tahun 2010 dari Kementerian Kesehatan RI, dengan sampel anak usia0-11 bulan dan 12-23 bulan dari keluarga termiskin yaitu dengan pengeluaran perkapita per bulan pada 10 terbawah atau maksimal < Rp 176.009.-. Status gizididasarkan kepada TB/U untuk menentukan status gizi normal dan stunting pendek dan BB/TB untuk menentukan status gizi normal dan wasting kurus .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyimpang positif positivedeviants yang berhubungan dengan status gizi normal pada anak usia 0-11 bulan darikeluarga termiskin adalah : 1 pemberian ASI dengan frekuensi > 8 kali sehari;status gizi normal bayi diberikan ASI > 8 kali sehari 68,0 , dan < 8 kali sehari53,0 p = 0,03< 0,05 OR 1,88 1,09 ndash; 3,25 , dan 2 penimbangan berat badan diPosyandu setiap bulan; status gizi normal bayi ditimbang setiap bulan di Posyandu66,7 ,dan tidak setiap bulan 52,9 p = 0,05 = 0,05 OR 1,78 1,03 ndash; 3,10 .Faktor penyimpang positif positive deviants yang berhubungan denganstatus gizi normal pada anak usia 12-23 bulan dari keluarga termiskin adalah : 1 tingkat konsumsi energi > 70 AKG; status gizi normal konsumsi energi > 70 AKG 57,6 , < 70 AKG 39,8 p = 0,014 < 0,05 , OR 2.05 1,19 ndash; 3,54 , 2 kepemilikan sarana Buang Air Besar BAB ; status gizi normal keluarga yangmemiliki sarana BAB 48,4 , tidak memiliki 33,3 p = 0,01 < 0,05 , OR 1,88 1,17 ndash; 3,02 , 3 kualitas fisik air minum kategori layak; status gizi normal pada keluargatermiskin yang memiliki kualitas fisik air minum kategori layak 46,3 , tidak layak30 p = 0,03 < 0,05 OR 2,01 1,10 ndash; 3,67 , dan 4 riwayat sakit anak saatneonatal; status gizi normal pada anak tidak pernah sakit saat neonatal 66,0 , anakpernah sakit 47,5 p = 0,03 < 0,05 OR 2,14 1,10 ndash; 4,18 .Kata kunci: Status Gizi Normal, Penyimpang Positif Positive Deviants , KeluargaTermiskin.
Read More
D-356
Depok : FKM-UI, 2017
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Assyifa Restu Puteri; Pembimbing: Assyifa Restu Puteri; Penguji: Renti Mahkota, Suparmi
Abstrak:
ABSTRAK Nama : Assyifa Restu Puteri Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul : Faktor Determinan yang Berhubungan terhadap Kejadian Stunting pada Baduta Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Tangerang Tahun 2022 Pembimbing : Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, SKM, M.Sc Stunting atau pendek merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita yang ditandai dengan pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) berada di bawah (-2) standar deviasi menurut standar antropometri gizi. Tren stunting sejak tahun ke tahun selalu menjadi urutan paling tinggi dibandingkan masalah status gizi lainnya seperti wasting dan underweight. Prevalensi stunting balita di Indonesia sebesar 21,6 % dan lebih tinggi pada usia 12-23 bulan yaitu sebesar 22,4 %. Stunting masih menjadi fokus perhatian penurunan permasalahan di Kabupaten Tangerang dengan prevalensi sebesar 21,1 % pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi stunting dan faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan berdasarkan survei faktor determinan baduta malnutrisi di Kabupaten Tangerang tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah 2320 baduta. Data dianalisis secara univariate dan bivariate dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Tangerang berdasarkan survei faktor determinan baduta malnutrisi tahun 2022 adalah sebesar 35,3 %. Faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian stunting antara lain pendidikan ibu (PR = 1,412; 95% Cl: 1,262-1,580), penghasilan ayah (PR = 1,300; 95% Cl: 1,166-1,451), ASI eksklusif (PR = 0,085; 95% Cl: 0,731-0,986), dan sanitasi (PR = 1,242; 95% Cl: 1,048-1,472). Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya intervensi baik kepada pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat di Kabupaten Tangerang dengan faktor determinan tersebut sehingga dapat mempercepat angka penurunan stunting. Kata kunci: Stunting, Prevalensi Stunting, Faktor Determinan, Pendidikan, Penghasilan, ASI, Sanitasi. 

ABSTRACT Name : Assyifa Restu Puteri Study Program : Kesehatan Masyarakat Title : Determinant Factors Related to The Incidence of Stunting in Toddlers Aged 6-23 Months in Tangerang Regency in 2022 Counsellor : Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, SKM, M.Sc Stunting or short stature is a condition of growth and development disruption in toddlers characterized by height measurements for age (HAZ) falling below (-2) standard deviations according to nutritional anthropometry standards. The trend of stunting has consistently ranked highest over the years compared to other nutritional status issues such as wasting and underweight. The prevalence of stunting in Indonesian toddlers is 21.6%, with a higher rate at the age of 12-23 months, reaching 22.4%. Stunting continues to be a focal point for addressing nutritional challenges in Kabupaten Tangerang, with a prevalence of 21.1% in 2022. This research aims to determine the prevalence of stunting and determinant factors associated with stunting in toddlers aged 6-23 months based on a survey of determinant factors for malnutrition in Kabupaten Tangerang in 2022. The study utilizes a cross-sectional design with a sample size of 2320 toddlers. Data is analyzed through univariate and bivariate analyses using the chi-square test. The research findings reveal that the prevalence of stunting in Kabupaten Tangerang, based on the survey of determinant factors for toddler malnutrition in 2022, is 35.3%. Determinant factors associated with stunting include mother education (PR = 1,412; 95% Cl: 1,262-1,580), paternal income (PR = 1,300; 95% Cl: 1,166-1,451), exclusive breastfeeding (PR = 0,085; 95% Cl: 0,731-0,986), and sanitation (PR = 1,242; 95% Cl: 1,048-1,472) Therefore, concerted intervention efforts are needed involving the government, healthcare professionals, and the community in Kabupaten Tangerang to accelerate the reduction of stunting rates. Keywords : Stunting, Stunting Prevalence, Determinan Factors, Education, Income, Breastfeeding, Sanitation 
 
Read More
S-11511
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Early Vici Azmia; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Trini Sudiarti, Salimar
Abstrak:
Prevalensi balita wasting di Indonesia tahun 2022 sebesar 7,7%, menurut WHO masalah wasting ini sudah termasuk masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Wasting adalah masalah gizi pada balita yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2023, menggunakan desain cross-sectional, metode proportionate stratified random sampling dengan sampel penelitian 136 balita usia 6–59 bulan. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 9,6% balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023 menderita wasting, dan termasuk pada masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein, pengetahuan gizi ibu, dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan. Risiko wasting lebih tinggi pada balita dengan asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan gizi ibu yang kurang, serta pendapatan keluarga yang rendah.

The prevalence of wasting under five in Indonesia in 2022 is 7.7%, according to WHO this wasting problem is a bad public health problem. Wasting is a nutritional problem in toddlers that has an impact on morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with wasting in toddlers aged 6–59 months in Cimpaeun Village in 2023. This research was conducted in April–June 2023, using a cross-sectional design, proportionate stratified random sampling method with a research sample of 136 toddlers aged 6–59 months. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square. The results showed that 9.6% of toddlers aged 6–59 months in the Cimpaeun Village in 2023 were suffering from wasting, and this is a bad public health problem. The results showed that energy intake, protein intake, mother's nutritional knowledge, and family income were associated with wasting in toddlers aged 6–59 months. The risk of wasting is higher for toddlers with less energy and protein intake, less knowledge of mother's nutrition, and low family income.
Read More
S-11394
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Harry Trimurjatno; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Pujiyanto, Kemal Imran, Sodikin Sadek
Abstrak: RSP dr. Ario Wirawan Salatiga sangat mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah diluncurkan per tanggal 1 Januari 2014,yang jugamerupakan salah satu bentuk tantangan bagi dokter spesialis untuk tetapmelakukan pelayanan terbaik dalam rangka melayani kebutuhan dasar kesehatanmasyarakat yang layak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengandepth interview dan dari hasil wawancara terstruktur terungkap bahwa mayoritas belum merasa puas terhadap pembagian jasa pelayanan dan menginginkan transparansi administrasi keuangan para dokter spesialis, serta mengharapkan peningkatan sarana dan fasilitas yang ada. RSP dr. Ario Wirawan beserta paradokter spesialis sangat mendukung program BPJS.
dr. Ario Wirawan Lung General Hospital in Salatiga, very supportive to TheNational Health Insurance program which has been launched on January 1, 2014.This is one of the challenges for specialists to keep doing the best services inorder to serve the basic needs of public health and eligible. Research on specialists satisfactions have give a fairly good result on majority of the research variables.This study used a qualitative approach with a depth interviews and structured interviews revealed that the majority do not feel satisfied with the services division and wants transparency of financial administration specialists, as well asthe expected increase in facilities and existing facilities. dr. Ario Wirawan Lung General Hospital and spesialists were appreciated with BPJS program.
Read More
B-1664
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive