Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nadilah Salma; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Adang Bachtiar, Rasharul Sjahruzar
S-10001
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pramita Mandasari; Pembimbing: Helda; Penguji: Nasrin Kodim, Chita Septiawati
S-8861
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noer Syafiiah Tiarma; Pembimbing: Putri Bungsu; Penguji: Helda, Romadona Triada
S-9895
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ade Kurnia Wulandari; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Vivi Voronika
S-9901
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erlingga Prihandani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Triyanti, Diah Mulyawati Utari, Evi Fatimah, Tria Astika Endah Permatasari
Abstrak:
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan faktor gizi balita, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan terhadap pneumonia balita di pulau Kalimantan pada tahun 2018 serta melihat pola persebaran secara spasial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi ekologi. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data agregat dari Riskesdas 2018 dan BPS 2018. Unit analisis terdiri 56 kabupaten/kota di pulau Kalimantan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji statistik korelasi. Hasil dari penelitian ini, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan faktor gizi balita dengan prevalensi pneumonia balita dipulau Kalimantan. Berdasarkan analisis menggunakan pemetaan dengan teknik overlay menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan prevalensi pneumonia yang tinggi cenderung memiliki prevalensi faktor gizi balita yang tidak baik terdiri dari empat wilayah prioritas (Paser, Kotawaringin Timur, Bengkayang dan Sukamara). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial ekonomi dengan prevalensi pneumonia balita; persentase penduduk miskin (pvalue=0,006) dan kepadatan penduduk (pvalue=0,058) serta adanya hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan; persentase rumah tangga dengan ventilasi kurang (pvalue=0,048) terhadap prevalensi pneumonia pada balita.

This research discusses about the relationship between under-five nutritional factors, socio-economic factors and environmental factors towards under-five pneumonia on the island of Kalimantan in 2018 and looks at the pattern of spatial distribution. This research is a quantitative study using an ecological study design. The research used the aggregate data from Riskesdas 2018 and BPS 2018. The analysis unit consists of 56 districts/cities on the island of Kalimantan. The analysis used in this study is to use a statistical correlation test. This study found that that there was no relationship between under-five nutritional factors and the prevalence of under-five pneumonia on the island of Kalimantan. The analysis using mapping with the overlay technique, it is shown that districts/cities with a high prevalence of pneumonia tend to have a prevalence of poor nutritional factors for toddlers consisting of four priority areas (Paser, Kotawaringin Timur, Bengkayang and Sukamara). However, the result of this study showed significant relationship between socio economic factors and the prevalence of pneumonia among children under five of age; percentage of poor people (pvalue=0,006) and population desinty (pvalue=0,059) and there is a significant relationship between environmental factors; percentage of households with poor ventilation (pvalue=0,048) and prevalence of pneumonia in children under five.
Read More
T-6502
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fatharani Azmi Nadhira; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Putri Bungsu, Rizki Ekananda
Abstrak: Based on 2012 IDHS, neonatal mortality rate in Indonesia reached 19/1000 live births. This figure is still far from the SDGs target by 2030, i.e 12/1000 live births. Several studies have shown that government health budget allocations that are influenced by regional income and social determinants of health have a role in reducing neonatal mortality. This study aims to look at the description of regional income, health financing in the APBD, adequacy of health personnel, and social determinants of health and its correlation with neonatal mortality at the regency/city level in Indonesia in 2016. The method used for this study is ecological study by analyzing secondary data. The statistical test used is correlation for numerical variables and chi-square for categorical variables with 4 strata of area analysis, i.e national, city, regency, and rural area. The results of this study indicate that there is no significant correlation between local income level and neonatal mortality rate, but it is found a correlation trend between health budget allocation percentage and neonatal mortality rate. In addition, social determinants of health variable also has a tendency to correlate with the neonatal mortality rate, except for the unemployment rate variable.
Read More
S-9640
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tyas Ika Budi Setyowati; Pembimbing: Putri Bungsu; Penguji: Nuning Maria Kiptiyah, Jahanes Eko Kristiadi
Abstrak: Penyakit zoonosis telah menjadi ancaman global, salah satunya adalah rabies. ±150 negara di dunia terjangkit rabies dan 55.000 orang meninggal setiap tahunnya. Case Fatality Rate (CFR) rabies sebesar 100% dan belum terdapat obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Di Indonesia, terdapat 25 provinsi endemis rabies. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara faktor agen, pejamu dan lingkungan dengan prevalensi rabies di Indonesia Tahun 2015. Desain studi yang digunakan adalah korelasi dengan uji statistik regresi linier sederhana serta unit analisisnya adalah Provinsi. Terdapat korelasi antara spesimen positif (r=0,606, Pvalue=0,003), tingkat partisipasi angkatan kerja (r=0,435, Pvalue=0,004), dan cakupan vaksin anti rabies (r= -0,567 , Pvalue=0,041) dengan prevalensi rabies. Perlu penelitian lebih lanjut pada tingkat yang lebih kecil dengan variabel yang bervariasi. Kata Kunci: Rabies, korelasi, agen, pejamu, lingkungan, var Zoonotic diseases has become global threats, one of which is rabies. +-150 countries around the world contracted rabies and 55,000 people died every year. case fatality rate (CFR) of rabies is 100% and there is not yet an effective medicine to cure rabies. In Indonesia, there are 25 provinces of contracting rabies. The purpose of this research is to know the correlation between the factors of the agent, host, and environment with rabies prevelency in Indonesia by 2015.the study design used is correlation with simple linear regression statistical tests and analysis unit was provincial. There is a correlation between a positive specimens (r=0,606, pvalue =0,0003). labour force participation rate 9r=0,435, pvalue 0,004) and coverage of rabies vaccine 9r=-0,567, pvalue =0,041) with rabies prevelensi. Needs to be more research on a smaller level with variables that varied. Keywords : Rabies, agent, host, environment, var
Read More
S-9441
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sekar Ayudia Rahmadani; Pembimbing: Helda; Penguji: Renti Mahkota, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:
Stroke merupakan penyakit kardiovaskular penyebab kematian peringkat kedua di tingkat dunia. Stroke dapat dikategorikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Secara global, sekitar 4,6 juta kasus dari 12,2 kasus stroke baru tiap tahunnya merupakan stroke hemoragik. Jumlah kasus stroke hemoragik lebih sedikit dibandingkan stroke iskemik, namun memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi faktor risiko stroke hemoragik dengan kejadian stroke hemoragik di 34 provinsi Indonesia pada tahun 2019. Peneliti menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis populasi. Penelitian menggunakan data sekunder dari hasil Riskesdas tahun 2018, BPS, dan penelitian oleh Widyasari, Rahman, dan Ningrum (2023). Analisis bivariat menggunakan uji korelasi dan regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan incidence rate stroke hemoragik suatu provinsi berkorelasi dengan penurunan prevalensi hipertensi (ρ = -0,201), penurunan prevalensi diabetes mellitus (ρ = -0,291), penurunan proporsi obesitas (ρ = -0,161), dan peningkatan jumlah penduduk laki-laki (ρ = 0,250) provinsi tersebut. Peningkatan prevalensi stroke hemoragik suatu provinsi berkorelasi dengan peningkatan proporsi obesitas (R = 0,167) dan peningkatan jumlah penduduk laki-laki (R=0,308) provinsi tersebut. Akan tetapi, korelasi tersebut secara statistik tidak signifikan. Meskipun demikian, upaya pengendalian dan pencegahan faktor risiko dapat berperan dalam mengurangi kejadian stroke hemoragik.

Stroke is the second leading cause of death in the world. Stroke can be categorized into ischemic stroke and hemorrhagic stroke. Globally, about 4,6 million of 12,2 million new stroke cases are hemorrhagic strokes. Hemorrhagic stroke has a higher mortality rate than ischemic stroke despite having fewer cases. This study aims to determine the correlation of hemorrhagic stroke risk factors with hemorrhagic stroke occurrence in 2019 at 34 provinces of Indonesia. The research uses an ecological study design and secondary data from the 2018 Riskesdas, BPS, and research by Widyasari, Rahman, and Ningrum (2023). Bivariate analysis uses correlation and linear regression. Results showed that an increase of hemorrhagic stroke incidence rate in a province was correlated with a decrease in the prevalence of hypertension (ρ = -0.201), decrease in the prevalence of diabetes mellitus (ρ = -0.291), decrease in the proportion of obesity (ρ = -0.161), and an increase in the male population (ρ = 0.250). A province’s increase of hemorrhagic stroke prevalence is correlated with an increase in the proportion of obesity (R = 0.167) and the male population (R = 0.308). Correlation is not statistically significant, but controlling and preventing risk factors can still reduce hemorrhagic stroke occurrence.
Read More
S-11457
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vioreyna Towi; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Ahmad Syafiq, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak:
Penilaian konsumsi gizi/dietary assessment merupakan metode penilaian status gizi untuk mendapatkan informasi terkait pola makan, baik berupa jumlah, jenis, hingga frekuensi pangan yang dikonsumsi. Salah satu metode yang sering digunakan dalam penelitian dengan topik pangan dan kesehatan adalah metode semiquantitative food frequency questionnaires (SFFQ). Namun, SFFQ memiliki berbagai kelemahan, salah satunya yaitu daftar makanan dalam kuesioner tidak dapat ditanyakan seluruhnya kepada seluruh kelompok populasi, sehingga diperlukan adaptasi serta tes validitas. Bahan makanan dalam SFFQ disusun berdasarkan penelitian terdahulu, hasil uji coba, dan observasi lingkungan sasaran. SFFQ yang terbentuk terdiri dari 19 bahan makanan dan 135 jenis pangan. Perbandingan dilakukan kepada satu kali pengambilan SFFQ untuk mencatat asupan selama sebulan terakhir dengan dua kali pengambilan 24-hour food recall untuk mewakili weekday dan weekend sebagai real intake. Sebanyak 73 siswa kelas 11 dengan rentang usia 16-18 tahun ikut serta dalam penelitian. Hasil uji t berpasangan menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara asupan energi, karbohidrat, dan protein SFFQ dengan recall. Setelah dilakukan energy adjustment, hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan SFFQ dengan recall. Hasil uji validitas menunjukkan tingkat validitas sedang (fair) dengan catatan hasil recall weekend saja tidak dapat dianggap sebagai asupan rata-rata harian akibat variance yang terlalu besar.

Dietary assessment is a method used to evaluate nutritional status by collecting information on eating patterns, including the quantity, types, and frequency of foods consumed. One commonly used tool in public health nutrition research is the semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). However, SFFQ has several limitations, including the fact that its food list may not be universally applicable across different population groups, requiring cultural adaptation and validation. The food items included in SFFQ were selected based on previous studies, preliminary testing, and environmental observations of the target population. The finalized SFFQ consisted of 19 food groups and 135 food items. A single SFFQ reflecting intake over the previous month was compared against two 24-hour food recalls representing weekday and weekend as the real intake. A total of 73 eleventh-grade students aged 16–18 years participated in the study. Paired t-test showed significant differences in energy, carbohydrate, and protein intake between SFFQ and recalls. After energy adjustment, correlation analysis showed no significant associations between nutrients derived from SFFQ and those from recalls. The validation results indicated a fair level of validity. However, recall data from the weekend alone should not be considered representative of usual daily intake due to high variability.
Read More
S-11930
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Auliya Nanda Susmita; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Mona Lisa
Abstrak:
Kualitas tidur dan tingkat stres merupakan aspek penting kesehatan mahasiswa, yang berpotensi dipengaruhi salah satunya oleh siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara tingkat stres dan kualitas tidur berdasarkan siklus menstruasi pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 167 mahasiswa yang dipilih secara simple random sampling dari populasi 1070 mahasiswi. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Perceived Stress Scale (PSS-10) untuk tingkat stres, dan kuesioner menstruasi  secara online, kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square dan korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi memiliki kualitas tidur buruk (81,2%) dan tingkat stres sedang (88,6%). Dengan siklus menstruasi yang normal pada seluruh responden. Analisis Chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p-value = 0,347), antara tingkat stres dengan siklus menstruasi (p-value = 0,206), dan juga kualitas tidur dengan siklus menstruasi (p-value = 0,423). Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan negatif yang lemah namun signifikan secara statistik antara tingkat stres dan siklus menstruasi (korelasi = -0,170, p = 0,028), serta antara kualitas tidur dan siklus menstruasi (korelasi = -0,155, p = 0,04). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat stres dan penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perubahan pada siklus menstruasi, meskipun kekuatan hubungan tergolong lemah. Penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai interaksi antara stres, kualitas tidur, dan siklus menstruasi, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola tidur untuk mendukung kesehatan reproduksi mahasiswi, meskipun keterbatasan jumlah sampel dan metode survei online dapat memengaruhi hasil.  Penelitian lanjutan dengan desain yang lebih komprehensif disarankan untuk memvalidasi temuan ini.

Sleep quality and stress levels are essential aspects of student health, potentially influenced by the menstrual cycle. This study aims to analyze the relationship between stress levels and sleep quality based on the menstrual cycle in undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2024. The study used a cross-sectional design with a sample of 167 students selected by simple random sampling from a population of 1070 female students. Data were collected through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire for sleep quality, the Perceived Stress Scale (PSS-10) for stress levels, and an online menstrual questionnaire, then analyzed using the Chi-Square test and Spearman correlation using SPSS. The results of the descriptive analysis showed that the majority of female students had poor sleep quality (81.2%) and moderate stress levels (88.6%). With a normal menstrual cycle in all respondents. Chi-square analysis showed no significant relationship between stress levels and sleep quality (p-value = 0.347), between stress levels and the menstrual cycle (p-value = 0.206), and also sleep quality with the menstrual cycle (p-value = 0.423). However, Spearman's correlation test showed a weak but statistically significant negative relationship between stress level and menstrual cycle (correlation = -0.170, p = 0.028), and between sleep quality and menstrual cycle (correlation = -0.155, p = 0.04). These results indicate that increased stress level and decreased sleep quality are associated with changes in menstrual cycle, although the strength of the relationship is relatively weak. This study provides an initial overview of the interaction between stress, sleep quality, and menstrual cycle, emphasizing the importance of maintaining mental health and sleep patterns to support female students' reproductive health, although the limited number of samples and online survey method may affect the results. Further research with a more comprehensive design is recommended to validate these findings.
Read More
S-11851
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive