Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Fransiska, Lilie ( et al )
JKR Vol.1, No.3
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Titik Kuntari ... [et al.]
KJKMN Vol.7, No.12
Depok : FKM UI, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Wahyuningtias; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Sri Muljati
S-6541
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anida Rahayu Adawiyah; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Ahmad Syafiq, Sintha Fransiske Simanungkalit
Abstrak:
Stunting merupakan merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia 0-59 bulan akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk kategori usianya dibanding anak lainnya. Kabupaten Tasikmalaya tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi keempat di Jawa Barat yang mengalami kenaikan sebesar 2,8 poin dibandingkan angka stunting di tahun 2021. Penelitian ini membahas determinan stunting anak usia 6-23 Bulan di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat menggunakan data SSGI 2022. Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini berjumlah 244 sampel subjek. Variabel independen yang diteliti antara lain, usia anak, jenis kelamin, riwayat kecacingan, riwayat diare, IMD, ASI eksklusif, kolostrum, keragaman pangan, konsumsi sayuran, susu formula, protein hewani padat, MPASI komersial, IDL, Suplementasi vitamin A, Pemanfaatan posyandu, usia kandungan saat melahirkan, konsumsi TTD, Tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan kerawanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting sebesar 20,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan yaitu protein hewani padat (p-value:0,042; OR: 0,448 , CI 95% 0,216-0,928) dan MPASI Komersial (p-value:0,044; OR:0,460; CI 95% 0,226-0,934). Hasil analisis multivariat menunjukkan determinan stunting adalah pendidikan ibu dengan nilai OR: 2,872. Ibu yang berpendidikan rendah berisiko memiliki anak stunting 2,872 lebih tinggi daripada ibu dengan pendidikan yang tinggi setelah dikontrol dengan variabel usia anak, keragaman pangan, usia kandungan, dan konsumsi TTD. Ibu yang mempunyai pendidikan yang baik akan lebih selektif dan kreatif dalam memberikan makanan bergizi bagi anaknya. Disarankan pemerintah menyediakan akses sekolah yang lebih baik untuk masyarakat. Lalu pemerintah juga disarankan untuk mengadakan program promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi anak.

Stunting is a condition of failure to thrive in children aged 0-59 months due to chronic malnutrition, especially in the first 1000 days of life, resulting in children being too short for their age compared to peers. Tasikmalaya Regency in West Java has the fourth highest prevalence of stunted toddlers, with a 2.8 point increase from 2021. This research examines the determinants of stunting in children aged 6-23 months in Tasikmalaya Regency, West Java Province, using SSGI 2022 data. The study, with 244 subject samples, analyzes various factors including maternal education, food diversity, and gestational age. The research found a 20.5% stunting rate, with solid animal protein and commercial MPASI showing significant associations. Maternal education emerged as a key determinant, indicating that mothers with lower education levels have a significantly higher risk of having stunted children. Educated mothers are more likely to provide nutritious food for their children. Recommendations include improving school access and implementing health promotion programs to enhance mothers' knowledge of children's nutrition. Keywords: Stunting, Maternal education, baduta, Tasikmalaya Regency
Read More
S-11768
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Kurniawati; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Asih Setiarini, Salimar
Abstrak: Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita usia 6-59 bulan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data survei Penilaian Status Gizi (PSG) dan Kadarzi 2012 di Kota Probolinggo. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 337 sampel keluarga. Hubungan antara status Kadarzi dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita dianalisis menggunakan uji T-Test Independen, uji Anova dan uji Korelasi. Uji multivariat yang digunakan adalah uji Regresi Berganda.
 
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 32,6% keluarga balita di Kota Probolinggo telah berperilaku Kadarzi. Persentase gizi kurang, pendek dan kurus pada balita masih di atas angka nasional. Nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita adalah -1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, dan -0,36±1,56 SD. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan antara konsumsi garam beryodium, pemberian vitamin A, usia balita, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan nilai z-score BB/U balita (p<0,005).
 
Terdapat hubungan signifikan antara pemberian vitamin A dan pengetahuan gizi ibu dengan nilai z-score TB/U balita (p<0,005). Terdapat hubungan antara usia balita dengan nilai z-score BB/TB balita (p<0,005). Uji Regresi Berganda menunjukkan bahwa pendidikan ibu adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/U balita. Konsumsi makanan beraneka ragam adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/TB balita di Kota Probolinggo. Pesan Kadarzi beserta indikatornya masih perlu disosialisasikan untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo. Masih perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan serta pengetahuan gizi ibu untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo.
 

This research is aimed to know the relationship between nutritional family awareness, called Kadarzi, and other factors with WAZ, HAZ and WHZ of children 6-59 months. The secondary data was used from survey PSG and Kadarzi 2012 in Probolinggo. This research uses the cross sectional study with 337 samples. The relationship betwees Kadarzi and other factor with WAZ, HAZ and WHZ were analized with Independent T-Test, Annova Test and Correlation Test. Linear Regression Test was used to multivariate analysis.
 
The result shown that 32,6% family in Probolinggo are Kadarzi. The percentage of underweight, stunting and wasting are above national rates. The mean of WAZ, HAZ and WHZ children are - 1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, and -0,36±1,56 SD. The statistical test shows that iodized salt consumption, vitamin A supplementation, children age, father's education and mother's education were associated with the mean of WAZ of children (p<0,005).
 
There are significantly association between vitamin A supplementation and mother's nutritional knowledge with the mean of HAZ of children (p<0,005). The children age was associated with the mean of WHZ of children (p<0,005). Linier Regression Test shows that mother's education is the most related factor for the mean of WAZ and food diversity consumption is the most related factor for the mean of WHZ of underfive children in Probolinggo. The inform about Kadarzi and its indicators are needed to decrease undernutrition problems in Probolinggo. Besides, up grading mother's education and nutritional knowledge are needed to decrease undernutrition in Probolinggo.
Read More
S-7846
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khalifah Abadini; Pembimbing: Siti Arifah Pudjonarti; Penguji: Triyanti, Rahmah Astuti
S-8029
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aulia Hardiningsih; Pembimbing: Kusharisupeni; Penguji: Wahyu Kurnia, Anies Irawati
Abstrak:
Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang remaja putri atau disebut menstruasi pertama. Penurunan usia menarche pada remaja putri diduga disebabkan oleh beberapa faktor seperti status gizi, genetik, asupan gizi, stimulan psikis, dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche pada siswi SD dan SMP Islam As-syafi’iyah Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 105 siswi kelas 4, 5 SD dan 1, 2 SMP. Data dianalisis dengan uji chi-square dan uji t independen.
 
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 53,3% responden sudah menarche dengan rata-rata usia menarche 11,24±0,85 tahun, dengan usia menarche termuda adalah 9,6 tahun dan usia menarche tertua adalah 13 tahun. Penelitian ini juga menunjukan bahwa status menarche berhubungan dengan status gizi (IMT/U) (p-value = 0,004), asupan serat (p-value = 0,01), keterpaparan media cetak (p-value = 0,01), keterpaparan media elektronik (p-value = 0,002), pendidikan ayah (p-value = 0,01), dan pendidikan ibu (p-value = 0,011). Disarankan adanya program pendidikan kesehatan reproduksi remaja dimulai dari sekolah dasar dan diawasi oleh sekolah dan orang tua.
 

Menarche was first bleeding from uterus that occurs in adolescent girl called first menstruation. Decrease the age of menarche in adolescent girl thought to be caused by several factors such as nutritional status, genetic, nutrition intake, mental stimulant, and socio-economic. The purpose of this study was to determine the factors that associated with menarche status in adolescent girls at As-Syafi’iyah moslem elementary school and junior high school Bekasi. This study was conducted using cross-sectional study design, sampling technique using a total sampling methods. The study sample consisted of 105 students grades 4, 5 elementary school and 1, 2 junior high school. Data were analyzed by chi-square test and independent t test.
 
These results indicate that 53.3% of respondent had menarche at an average age of menarche is 11.24 ± 0.85 years, with the youngest age of menarche was 9.6 years and the oldest age of menarche was 13 years. This study also showed that menarche status associated with nutritional status (p-value = 0.004), fiber intake (p-value = 0.01), print media exposure (p-value = 0.01), electronic media exposure (p-value = 0.002), father's education (p-value = 0.01), and mother’s education (p-value = 0.011). Suggested the existence of adolescent reproductive health education program starting in primary school and supervised by the school and parents.
Read More
S-7834
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive