Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Lutviah Sari; Pembimbing: Martya Rahmaniati; Penguji: Besral; Rahmadewi
Abstrak:
Penelitian ini membahas mengenai faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal di wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kematian perinatal dan faktor apa saja yang memengaruhi kematian perinatal di perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah desain studi potong lintang (cross-sectional). Data dianalisis menggunakan analisis chi-square dan regresi logistik.
Read More
S-10556
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ayu Anisadiyah; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Tria Astika Endah Permatasari
Abstrak:
Composite Index of Antropometric Failure (CIAF) merupakan indikator penilaian status gizi komposit (BB/U, PB/U, BB/PB) untuk menggambarkan seluruh masalah gizi yang dialami balita. Masalah gizi, tingkat pengangguran, dan kemiskinan Provinsi Banten cukup tinggi serta pendapatan penduduknya rendah. Desa Karangkamulyan adalah desa tertinggal dengan wilayah pertambangan. Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak tahun 2020. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan menganalisis data primer penelitian ?Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan pada Balita di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak Tahun 2020?. Sampel penelitian adalah 141 balita berusia 24-59 bulan. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menemukan balita dengan masalah gizi berdasarkan CIAF berjumlah 36,2%. Variabel yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF, yaitu ASI Eksklusif (p-value 0,026), asupan energi (p-value 0,026), dan kebiasaan konsumsi protein nabati (p-value 0,003). Variabel pendidikan ibu, penghasilan keluarga, jenis kelamin, berat lahir, panjang lahir, asupan balita (protein, karbohidrat, lemak) kebiasaan konsumsi (protein hewani, sayur dan buah), dan riwayat penyakit (ISPA, diare) tidak berhubungan dengan status gizi balita. Dengan kondisi ini, pelaksanaan penanggulangan gizi dari orang tua, puskesmas, dan dinas kesehatan diharapkan dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi balita.
Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is an indicator of composite nutritional status assessment (WAZ, HAZ, WHZ) to describe all nutritional problems experienced by toddlers. In 2020, malnutrition, unemployment, poverty in Banten Province is high, and the income of the population tends to be low. Karangkamulyan Village is an underdeveloped village with mining areas. This study aims to determine the factors related to Toddler nutritional status based on CIAF in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020. The study used a cross-sectional study design by analyzing primary data from the study "Factors Associated with the Incidence of Worms in Toddlers in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020". The research sample was 141 toddlers aged 24-59 months. Data were analyzed by univariate and bivariate using the chi-square test. The results found that toddlers experienced nutritional problems based on CIAF were 36.2%. Variables related to the nutritional status of toddlers, is exclusive breastfeeding (p-value 0.026), energy intake (p-value 0.026), and vegetable protein consumption habits (p-value 0.003). The variables of mother's education, family income, gender, birth weight, birth length, toddler's intake (protein, carbohydrates, fat), consumption habits (animal protein, vegetables, and fruit), and disease history (ARI, diarrhea) were not related to toddler nutritional status. With this condition, the implementation of nutrition control from parents, public health centers, and the health office hoped to be carried out to overcome the toddler nutritional problems.
Read More
Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is an indicator of composite nutritional status assessment (WAZ, HAZ, WHZ) to describe all nutritional problems experienced by toddlers. In 2020, malnutrition, unemployment, poverty in Banten Province is high, and the income of the population tends to be low. Karangkamulyan Village is an underdeveloped village with mining areas. This study aims to determine the factors related to Toddler nutritional status based on CIAF in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020. The study used a cross-sectional study design by analyzing primary data from the study "Factors Associated with the Incidence of Worms in Toddlers in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020". The research sample was 141 toddlers aged 24-59 months. Data were analyzed by univariate and bivariate using the chi-square test. The results found that toddlers experienced nutritional problems based on CIAF were 36.2%. Variables related to the nutritional status of toddlers, is exclusive breastfeeding (p-value 0.026), energy intake (p-value 0.026), and vegetable protein consumption habits (p-value 0.003). The variables of mother's education, family income, gender, birth weight, birth length, toddler's intake (protein, carbohydrates, fat), consumption habits (animal protein, vegetables, and fruit), and disease history (ARI, diarrhea) were not related to toddler nutritional status. With this condition, the implementation of nutrition control from parents, public health centers, and the health office hoped to be carried out to overcome the toddler nutritional problems.
S-11056
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nabila Novania Hermansyah; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Milla Herdayati, Ning Sulistyowati
S-10249
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eldora Nadellia Althoofani; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Besral, Guspianto
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel wanita usia subur (15-49 Tahun) yang telah menikah /tinggal bersama dengan pasangan dan melahirkan anak terakhir secara normal dalam kurun waktu 5 tahun sebelum survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendidikan suami/pasangan, pengetahuan terkait tanda-tanda bahaya saat persalinan status ekonomi kepemilikan jaminan kesehatan, kelengkapan kunjungan ANC, dan persiapan persalinan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia.
Read More
S-10640
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nabilah Alifia Firdauzy; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Endang Laksminingsih, Agus Triwinarto
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan minimum dietary diversity pada balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2020. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder. Sampel penelitian ini adalah 210 balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan. Analisis data univariat dan bivariat berupa uji Chi Square dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa sebagian besar balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan memiliki minimum dietary diversity yang kurang (78,6%).
Read More
S-10631
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fajar Firdawati; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Mardiati Nadjib, Adang Bachtiar, Eni Gustina, Lovely Daisy
Abstrak:
Read More
Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah.
The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (pvalue=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region.
T-6523
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rangga Pusmaika; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Flourisa Julian Sudrajat, Linda Siti Rohaeti
Abstrak:
Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja (SDKI-KRR) tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65%, hubungan seksual pertama kali 42,67% dilakukan di rumah (rumah sendiri dan rumah pasangan), 90,27% melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94% remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko (cOR 0,82; OR; 0,95). Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja.
Kata kunci: Pedesaan, Perilaku Seksual Remaja, Perkotaan.
Read More
Kata kunci: Pedesaan, Perilaku Seksual Remaja, Perkotaan.
T-4969
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dian Fatma Kader; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Bamabang Siswanto, Achmad Naufa Azhari
Abstrak:
Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia bagian tengah yangmasih endemis malaria baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Prevalensikejadian malaria cenderung meningkat dari 2,12% pada tahun 2010 menjadi 10%di tahun 2013 dengan angka API di tahun 2013 adalah 6,4% lebih tinggi dari angkaAPI nasional 1,38%. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah pedesaandibandingkan perkotaan dan terbanyak di usia dewasa. Penelitian ini bertujuanuntuk mendeterminasi faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria diwilayah perkotan dan pedesaan menggunakan desain cross sectional, sumber dataadalah data sekunder Riskesdas 2013 yang dianalisis menggunakan uji statistikregresi logistik terhadap sampel masyarakat usia produktif sebanyak 7381 sampeldiwilayah perkotaan dan 8489 sampel di wilayah pedesaan. Penelitianmenemukan bahwa prevalensi malaria di perkotan sebesar 2,4% dan di pedesaansebesar 5,8%. Ditemukan adanya hubungan antara plafon rumah serta jeniskelamin di wilayah perkotaan dan pedesaan, sementara di wilayah pedesaantingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan penggunaan obat semprot insektisidaberhubungan terhadap kejadian malaria. Faktor yang paling dominan memilikihubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah di wilayah perkotaan(nilai p=0,005; OR 2,6 95% CI 1,28-5,26) dan penggunaan insektisida di wilayahpedesaan (nilai p=0,019; OR 2,77 95% CI 1,19-6,47)Kata kunci : Malaria, usia produktif, perkotaan, pedesaan
North Sulawesi is one of the provinces in the central part of which is still endemicmalaria in urban and rural areas. The prevalence of malaria incidence is increasefrom 2,12% in 2010 to 10% in 2013 with the Annual Paracite Index (API) in 2013were 6,4% higher than the national API about 1,38%. Prevalence was highest inrural areas rather than urban areas and highest in adulthood. This study aims todeterminant associated incidence of in the region of urban and rural areas withcross-sectional design, the data source is a secondary data of Riskesdas 2013 wereanalyzed using statistical test of logistic regression on samples of reproductive ageas many as 7381 samples in urban area and about 8489 samples in rural area. Theresult of study showed that prevalence of malaria in urban is about 2,4% andabout 5.8% in rural areas. There were association between the ceiling of the houseand sex in urban and rural areas, level of education, type of work and the behaviorof insecticide sprays in rural areas were related to malaria incidence. The mostdominant factor has a relationship with the incidence of malaria is the ceiling ofthe house in urban areas (0,05; OR 2,6 95% CI 1,26-5,26) and the use ofinsecticides in rural areas (p = 0,019; OR 2,77 95% CI 1,19-6,47)Keywords: Malaria, productive age, urban, rural
Read More
North Sulawesi is one of the provinces in the central part of which is still endemicmalaria in urban and rural areas. The prevalence of malaria incidence is increasefrom 2,12% in 2010 to 10% in 2013 with the Annual Paracite Index (API) in 2013were 6,4% higher than the national API about 1,38%. Prevalence was highest inrural areas rather than urban areas and highest in adulthood. This study aims todeterminant associated incidence of in the region of urban and rural areas withcross-sectional design, the data source is a secondary data of Riskesdas 2013 wereanalyzed using statistical test of logistic regression on samples of reproductive ageas many as 7381 samples in urban area and about 8489 samples in rural area. Theresult of study showed that prevalence of malaria in urban is about 2,4% andabout 5.8% in rural areas. There were association between the ceiling of the houseand sex in urban and rural areas, level of education, type of work and the behaviorof insecticide sprays in rural areas were related to malaria incidence. The mostdominant factor has a relationship with the incidence of malaria is the ceiling ofthe house in urban areas (0,05; OR 2,6 95% CI 1,26-5,26) and the use ofinsecticides in rural areas (p = 0,019; OR 2,77 95% CI 1,19-6,47)Keywords: Malaria, productive age, urban, rural
T-4673
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wulan Sari; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Anies Irawati
S-6805
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ayu Ratih Chaerunisa; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Poppy Yuniar, Telly Purnamasary
Abstrak:
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan tempat tinggal terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di daerah perdesaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat (faktor risiko). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang tinggal di rumah tidak permanen memiliki risiko 1,45 kali lebih besar untuk mengalami malaria klinis setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, ibu hamil yang di sekitar rumahnya tidak ada ternak memiliki risiko 1,62 kali lebih kecil untuk mengalami malaria klinis setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, dan ibu hamil yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan/petanu memiliki risiko untuk terkena malaria klinis 1,58 kali lebih besar daripada responden yang berkerja selain bertani/nelayan.
This study was made in order to determine the relation between neighboorhood factors in the incidence of malaria in pregnant women at rural areals in Indonesia. This study uses data Riskesdas 2010 with univariate, bivariate, and multivariate analysis (risk factors). The results showed that pregnant women who stay at home do not permanent 1.45 times greater risk for experiencing clinical malaria once controlled by work variables, pregnant women arround the house there are no cattle had 1.62 times the risk of developing clinical malaria once controlled by the occupation variable, and pregnant women who have jobs as fisherman/farmers are at risk for clinical malaria is 1.58 times greater than the respondents who worked in addition to farmers/fishermen.
Read More
S-7831
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
