Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurul Kartikasari, Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Purnawan Junadi, Sonya Priyadharsini, M. Nicky Nurfajri
Abstrak:
Rumah sakit dalam menjalankan operasional layanannya mempunyai bentuk risiko yang bisa disebabkan oleh jumlah dan ragam profesi yang memberikan pelayanan, sistem/fasilitas yang digunakan dalam pemberian layanan, kompleksitas alur layanan dan faktor eksternal. Semakin banyak volume layanan yang diberikan, bentuk risiko operasionalnya harus dapat dikenali dengan jelas dan dalam kendali rumah sakit untuk memperkecil kemungkinan kerugian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bentuk risiko operasional di unit rawat jalan Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI dan menentukan bentuk pengendaliannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus melalui wawancara mendalam, telaah dokumen, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit belum memiliki regulasi, struktur pelaksana, sistem komunikasi dan pelaporan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan risiko operasional layanan unit rawat jalan. Dampaknya adalah ditemukan kejadian risiko yang dapat membahayakan pasien hingga menghentikan operasional layanan unit rawat jalan, diantaranya kecelakaan kerja pada SDM, BHP kadaluarsa di ruangan pelayanan dan penggunaan alat medis yang sudah tidak layak pakai. Pemicu dari kejadian risiko operasional di layanan rawat jalan adalah belum adanya sistem yang memadai (32%), kesalahan/kegagalan SDM (29%), dan kegagalan/kesalahan dalam kombinasi SDM dan metode/sistem layanan yang sudah berjalan (26%). Berdasarkan metode House Of Risk, pemicu risiko dengan skor ARP terbesar adalah tidak adanya sistem logistik yang baik, rumah sakit belum menggunakan SIRS yang terintegrasi dan kekurangan SDM untuk memberikan layanan. Bentuk pengendalian pemicu risiko belum adanya sistem logistik yang baik adalah sistem informasi inventori obat berbasis web/lokal hosting yang dapat mengidentifikasi jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan riwayat penggunaan BHP yang dapat diakses oleh unit layanan, bagian pembelian, dan pihak manajemen. Bentuk pengendalian pemicu risiko belum adanya SIRS yang terintegrasi adalah penyusunan strategi sistem informasi value chain, membuat diagram aktivitas kerja bisnis (business work-flow) untuk memetakan seluruh proses yang terjadi dalam proses layanan rawat jalan.

Hospitals carrying out their service operations have a form of risk that can be caused by the number and variety of professions providing services, the systems/facilities used in providing services, the complexity of service flows, and external factors. The greater the volume of services provided, the greater the operational risk that the hospital must identify and control to minimize potential losses. This research was conducted to analyze the form of operational risk in the outpatient unit of YARSI Dental and Oral Hospital and determine the form of its control. This study uses a qualitative approach with a case study design through in-depth interviews, document reviews, observation, and focus group discussion (FGD). The results showed that the hospital did not yet have regulations, implementing structures, communication, and reporting systems to identify and control the operational risks of outpatient unit services. The impact was the discovery of risk events that could endanger patients and stop the operation of outpatient unit services, including work accidents in medical personnel, expired logistics in the outpatient room, and the use of medical devices that were no longer suitable for use. The triggers for operational risk events in outpatient services were the absence of an adequate system (32%), human errors/failures (29%), and failures/errors in the combination of HR and existing service methods/systems (26%). Based on the House Of Risk method, the risk trigger with the largest ARP score is the absence of a good logistics system, the fact that the hospital has not used an integrated SIRS, and a lack of human resources to provide services. In the absence of a good logistics system, a web-based or locally hosted drug inventory information system that can identify the type, quantity, expiration date, and history of logistic usage and can be accessed by the service unit, purchasing department, and management is a form of risk-trigger control. In the absence of an integrated SIRS, risk trigger control takes the form of developing a value chain information system strategy, which entails creating business workflow diagrams to map all processes that occur during the outpatient service process.
Read More
B-2312
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tri Adi Sugiarto; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Fariz Zuvil Argnanata, Emyliana Manurung
Abstrak:
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyerang sistem pernafasan dan dapat ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Covid-19 telah dinyatakan sebagai bencana non-alam berupa wabah atau pandemik sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan termasuk penguatan fungsi laboratorium yang berfungsi melakukan pemeriksaan spesimen, untuk menjamin kesinambungan pemeriksaan screening spesimen Coronavirus Disease 2019, sehingga diperlukan jejaring laboratorium pemeriksaan COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi hierarki pengendalian risiko dalam pencegahan penularan Covid-19 pada pekerja di Laboratorium Biomolekular PT X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif . Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder, wawancara dan observasi. Penelitian dilakukan dari November 2021-Juli 2022. Hasil penelitian menunjukkan proses kerja di PT. X terdiri dari: (1) Pengambilan dan pengumpulan sampel dari pasien, (2) Penerimaan dan penilaian sampel, (3) Pengujian Sampel, (4) QA dan QC hasil analisa, (5) Pencatatan hasil dan data manajemen, (6) Pelaporan ke instansi terkait, (7) Pelaporan ke pasien. Masing-masing proses memiliki risiko masing-masing dalam pekerjaannya, dimana risiko tertinggi pada petugas pengambilan sampel. Pengetahuan dan perilaku pekerja terhadap hirarki pengendalian risiko dapat dikatakan sangat baik. Perilaku pencegahan Covid-19 yang dilakukan oleh pekerja di PT. X sudah ada upayanya, seperti mereka paham pentingnya bekerja dengan SOP dan menggunakan alat pelindung diri. Namun terkadang ada kecenderungan mereka lelah menggunakan Alat Pelindung Diri yang dirasa tidak nyaman oleh pekerja. PT.X telah mengimplementasikan hirarki pengendalian risiko meliputi pengendalian teknis seperti memberi pembatas dan pengaturan ventilasi, pengendalian administrasi seperti pembuatan SOP dan pengaturan shift kerja, dan penggunaan alat pelindung diri seperti masker, baju gown, sarung tangan, dsb. Terkait implementasi pengendalian risiko pada Laboratorium ada dua hal yang belum terpenuhi yaitu tidak adanya pengelolaan limbah padat B3 dan tidak ada manajemen biosecurity secara mandiri. Adapun saran yang dapat direkomendasikan adalah perlu memberikan edukasi, sosialisasi, maupun pelatihan secara berkala terkait manajemen pengendalian risiko pada khususnya dan manajemen K3 secara umum agar pekerja selalu ingat untuk menerapkan budaya K3 di tempat kerja. Dan melakukan upaya pengelolaan limbah B3 sendiri mengacu pada peraturan kementerian kesehatan untuk keamanaan baik para pekerja dan pelanggan yang berkunjung ke PT.X.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) which attacks the respiratory system and can be transmitted either directly or indirectly. Covid-19 has been declared a non-natural disaster in the form of an epidemic or pandemic, so it is necessary to carry out mitigation efforts including strengthening the laboratory function that functions to examine specimens, to ensure the continuity of the 2019 Coronavirus Disease specimen screening examination, so that a network of COVID-19 examination laboratories is needed. This study aims to analyze the implementation of the risk control hierarchy in preventing the transmission of Covid-19 to workers at the Biomolecular Laboratory of PT X. This study uses qualitative research methods. Data was collected through secondary data, interviews and observations. The study was conducted from January to July 2022. The results showed that the work process at PT. X consists of (1) Taking and collecting samples from patients;(2) Sample acceptance and assessment; (3) Sample Testing; (4). QA and QC analysis results;(5) Recording of results and management data;(6) Reporting to related agencies; (7) Reporting to patients. Each process has its own risks in its work, where the risk is highest for the sampling officer. Knowledge and behavior of workers on the hierarchy of risk control can be said to be very good. Covid-19 prevention behavior carried out by workers at PT. X has made an effort, as they understand the importance of working with SOPs and using personal protective equipment. However, sometimes there is a tendency for them to get tired of using Personal Protective Equipment which is felt uncomfortable by workers. PT.X has implemented a risk control hierarchy including technical controls such as providing barriers and ventilation settings, administrative controls such as making SOPs and setting work shifts, and the use of personal protective equipment such as masks, gown clothes, gloves, etc. Regarding the implementation of risk control in the laboratory, there are two things that have not been fulfilled, namely the absence of B3 solid waste management and no biosecurity management. The suggestions that can be recommended are that it is necessary to provide education, socialization, and periodic training related to risk control management in particular and K3 management in general so that workers always remember to apply OHS culture in the workplace. And make efforts to manage B3 waste referring to the regulations of the ministry of health for the safety of both workers and customers who visit PT.X. Keyword: Risk Control Hierarchy, Biomolecular Laboratory, Covid-19.
Read More
T-6483
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Teguh Yulian Timor; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Ridwan Zahdi Sjaaf, Dadan Erwandi, Ajeng P. Pramayu, Devie Fitri Octaviani
Abstrak: Proses pengemasan merupakan kegiatan utama dalam industri manufaktur yang melibatkan banyak pekerja. Interaksi antara pekerja dan mesin pengemas memiliki bahaya yaitu anggota badan terjebak antara 2 benda (terjepit) yang porsinya mencapai 50% dari jenis kecelakaan kerja yang terjadi di area pengemasan, dengan penyebab langsung adalah perilaku tidak aman. Pemantauan terhadap penerapan pengendalian risiko pada proses pengemasan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya menekan potensi kecelakaan kerja. Dari hasil kajian pada proses pengemasan di PT. XYZ diperoleh hasil bahwa pengendalian dilakukan pada sisi mesin dengan penggunaan safety cover, penyediaan tombol emergency stop dan penggunaan simbol peringatan bahaya pada mesin. Pengendalian pada sisi mesin memerlukan perhatian karena dalam observasi ditemukan beberapa mesin tidak memiliki safety cover dan simbol peringatan bahaya. Pengendalian pada sisi manusia (pekerja) berupa praktik perilaku aman berupa mematikan mesin jika terjadi permasalahan pada mesin dan anjuran menerapkan prosedur pengoperasian mesin. Informasi mengenai proses pelatihan formal dalam pengoperasian mesin sangat minim diperoleh dari penelitian ini. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan jari terjepit adalah terjadinya penumpukan kerak pada sisi horizontal sealer, dan target produksi. Pengaturan suhu sealer perlu dipertimbangkan untuk menghindari terjadinya penumpukan kerak yang berpotensi menyebabkan sachet gagal turun dan target produksi sebaiknya diimbangi dengan kinerja mesin pengemas.

The packaging process is a major activity in the manufacturing industry involving many workers. Interaction between the worker and the packaging machine has a danger that the limbs are trapped between 2 objects (pinched) that portion reaches 50% of the type of work accidents occurring in the packaging area, monitoring the implementation of risk control in the packaging process is a factor that is very influential on efforts to suppress the potential of occupational accidents. From the results of the study on the packaging process at PT. XYZ obtained the result that the control is done on the side of the machine which required attention because in observation found some machines do not have safety cover and warning symbols. Control on the human side (workers) in the form of safe behavior practices and the suggestion to apply the operating procedures of the machine. Information on the formal training process in machine operation was minimal obtained from this study. Factors causing the occurrence of pinched finger crash is the occurrence of crust buildup on the horizontal side of the sealer, and production targets. Sealer temperature settings should be considered, and production targets should be considered to engine reliability.
Read More
T-4928
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kurnia Fadyanti; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Djunaedi, Zulkifli; Rangkuti, Bal`an Kamali
Abstrak: Skripsi ini membahas tentang proses pembuatan pagar teralis di Bengkel LasSampurno yang memiliki berbagai hazard yang ada di area kerja sehinggaterdapat berbagai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada proses kerjanya.Untuk itu, dibutuhkan penilaian risiko pada tiap tahapan proses pembuatan produkuntuk mengetahui tingkat risiko kerja sehingga kedepannya dapat dilakukanpengelolaan dan pengendalian risiko tersebut dengan baik sesuai dengan risikoyang ada. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional.Analisis yang digunakan yaitu analisis risiko kualitatif. Hasil penelitian inimenyarankan bahwa pada proses pembuatan pagar teralis besi di BL Sampurnomemiliki tingkat risiko yang berdampak pada pekerja sehingga diperlukanpengendalian risiko khususnya untuk risiko yang tidak dapat diterima (tinggi danekstrim) untuk menekan terjadinya kecelakaan pada pekerja.Kata kunci:Penilaian risiko, analisis risiko kualitatif, pengendalian risiko
The focus of the study is the process of making iron rail in Bengkel Las Sampurnowhich has a variety of hazards in the work area so that there are a variety of safetyand health risks in the working process. Therefore, the required risk assessment atevery stage of the product creation process to determine the level of risk to do thework so that future risk management and control of the well in accordance withthe existing risks. This research uses descriptive observational method. Theanalysis is qualitative risk analysis. The results of this study suggest that theprocess of making iron trellis fence in BL Sampurno have a level of risk thatimpact on workers so that necessary risk control in particular to an unacceptablerisk (high and extreme) to suppress the occurrence of accidents to workers.Keywords:Risk assessment, qualitative risk analysis, risk control.
Read More
S-9218
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hadi Setiyoko; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Susilowati, Indri Hapsari; Adenan; Irawan, Agung Surya
Abstrak: Abstrak

Kecelakaan atau kerugian yang muncul pada industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di lepas pantai sangat besar, mulai dari dampak pada pekerja (orang) yaitu meninggal dan cidera, kehancuran/kerusakan fasilitas (peralatan/property), pencemaran air laut (lingkungan/environment) dan citra/reputasi negatif perusahaan.

Heinrich (1931) mengatakan bahwa kecelakaan/kerugian disebabkan 88 persen tindakan tidak aman/unsafe act, 10 persen disebabkan kondisi tidak aman/unsafe condition dan 2 persen disebabkan yang lain. Peneliti melakukan penelitian tentang penilaian risiko pada pekerjaan operator produksi pada pengoperasian FPSO.

Kolluru (1996) mengatakan bahwa risiko adalah kombinasi antara tingkat konsekuensi (consequence)yang terjadi dengan tingkat kemungkinan (probability) kecelakaan/kerugian terjadi. Menurut proses manajemen risiko (mengacu pada ISO 17776 dan AS/NZ 4360), proses manajemen risiko diawali dengan menentukan kontek risiko ,Perusahaan bertujuan mendapatkan keuntungan bisnis dengan melakukan manajemen risiko dengan mencegah atau mengurangi perkiraan kerugian atau kecelakaan yang sangat besar (dampak pada korban jiwa atau cidera pekerja/people, kerusakan fasilitas/peralatan/property, kerusakan atau pencemaran lingkungan (laut) dan reputasi atau citra negatif perusahaan) pada pengoperasian FPSO.

Langkah awal adalah mengenali atau kegiatan identifikasi bahaya di FPSO, FPSO mempunyai potensi bahaya dari fasilitas/proses/peralatan/property, bahaya dari tindakan atau pekerjaan pekerja/orang dan lingkungan/kondisi cuaca. Identifikasi Bahaya di penelitian ini berfokus pada pekerjaan operator produksi menggunakan analisa bahaya pekerjaan/JHA, kemudian hasil identifikasi bahaya ini dihitung risikonya dengan menggunakan metode analisa risiko semikuantitatif atau tabel matrik risiko semikuantitif. Peneliti merekomendasi langkah-langkah pengendalian atau pengurangan risiko dari rekayasa engineering, administratif dan penggunaan Alat Pelindung Diri.


Accident or loss impact which occurrence on industrial exploration and production of oil and gas in offshore is very large, ranging from the impact on workers (people) are dead and injured, destruction / damage to facilities (equipment / property,explosion and fire), seawater pollution (environment) and image / reputation of the company negatively.

Heinrich (1931) said that the accident / harm caused 88 percent of unsafe acts , 10 percent due to unsafe conditions / unsafe condition and the other 2 percent is due. Researchers conducted the study on risk assessment to operation production task on the operation of the FPSO.

Kolluru (1996) said that the risk is a combination of the level of consequence (consequence) which occurs with the probability (probability) accidents / losses occurred. According to the risk management process (refer to ISO 17 776 and AS / NZ 4360), the risk management process begins with determining the context of risk, the Company aims to gain a business advantage by conducting risk management to prevent or reduce the estimated loss or a huge crash (impact on fatalities or injury of workers / people, damage to facilities / equipment / property, damage or pollution of the environment (marine) or a negative image and reputation of the company) on the operation of the FPSO.

The initial step is to recognize or hazard identification activity in FPSO, FPSO has the potential dangers of facility / process / equipment / property, the dangers of the job action or labor / people and the environment / weather conditions. Hazard identification in this study focuses on the production operator jobs using job hazard analysis / JHA, then the results of the hazard identification risk is calculated using a semiquantitative risk analysis or risk matrix table semiquantitative. The researcher recommends control measures or risk reduction of engineering , administrative, and use of Personal Protective Equipment.

Read More
T-3890
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Repelita; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Ridwan Z. Sjaaf, Adenan, Irma Setiawaty
Abstrak:

Fumigasi adalah suatu kegiatan memasukkan/melepaskan pestisida (fumigan) kedalam ruangan tertutup/kedap udara selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membasmi tikus dan serangga sebagai vektor penyebab penyakit menular. Pekerjaan fumigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pemberantasan vektor dikapal dan pesawat dengan menggunakan fumigant methyl bromide. Dari revew 542 literatur (Budnik et al., Environmental Health 2012), termasuk in vitro dan studi epidemiologi pajanan untuk studi epidemiologi pestisida methyl hidrokarbon, terutama efek beracun (kronik) atau karsinogenik dari penggunaan methyl bromide antara tahun 1990-2011, ditemukan 91 kasus toksisitas methyl bromide dan 29 menggunakan istilah ?karsinogenik, neoplastik atau mutagenik".

Tiga studi epidemiologi dievaluasi, menilai suatu kemungkinan hubungan antara kanker dan methyl bromide. Methyl bromide dianggap sebagai bahan karsinogen potensial di dasarkan pada penelitian terhadap hewan yang telah menunjukkan potensi karsinogenik dari senyawa ini (J. Donald Millar, M.D., D.T.P.H., NIOSH, 2003). Penelitian Saragih (2009), aktivasi kolinesterase darah pada petugas fumigasi kapal pada 66 responden, sebanyak 25,8% yang mempunyai tingkat aktivasi kolinesterase darah yang termasuk dalam kategori keracunan dan 74,2% mempunyai tingkat aktivasi kolinesterse darah. Data Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Pinang, 2012, didapat dua orang kasus terpajan methyl bromide dengan kerusakan kulit berat.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat resiko terpajan methyl bromide pada pekerja fumigasi kapal di wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam dan Tanjung Pinang, tahun 2013. Analisis resiko dilakukan secara semi-kuantitatif berdasarkan Australian Standar/New Zealand Standar 4360 Risk Management yang terdiri dari nilai kemungkinan (Likehood), nilai dampak (consequence) sehingga diperoleh tingkat resiko (Level Of Risk) dengan cara analisa matrik W.T Fine. Dari hasil analisa matrik terhadap dua metode fumigasi tersebut ditentukanlah suatu prosedur atau kontrol dalam mencegah atau menanggulangi resiko bahaya fumigasi kapal.


Fumigation is an activity insert/release pesticide (fumigant) into a closed room/airtight during a certain time in order to eradicate rodents and insects as vectors of disease-causing infectious. Fumigation on ships and aircrafts has been programmed by government to eradicate vectors such as rodents and insects used the fumigants i.e. methyl bromide. Based on 542 of review literatures (Budnik et al, Environmental Health, 2012), including in vitro and epidemiological studies of pesticide exposure for epidemiological studies methyl hydrocarbon, especially toxic effects (chronic) at or carcinogenic methyl bromide of use between the years 1990 - 2011, found 91 cases of toxicity methyl bromide and 29 used in term ?carcinogenic, neoplastic or mutagenic?.

Then, three epidemiological studies evaluated, assessing a possible link between cancer and methyl bromide. Methyl bromide considered as a potential carcinogen based on animal studies that have demonstrated the carcinogenic potential of this compound. (J. Donald Millar, MD, DTPH, NIOSH, 2003). Saragih (2009) studied activation of blood cholinesterase ship fumigation officer on 66 respondents, 25.8% have blood cholinesterase levels of activation were included in the category of poisoning and the remaining 74.2% have an activation of blood cholinesterase. According the data in Tanjung Pinang Port Health Office, 2012, acquired two cases of methyl bromide exposed to severe skin damage.

In this dissertation aims to analyze the level of risk in workers exposed to methyl bromide fumigation of ships in the Port Health Office of Batam and Tanjung Pinang, in 2013. Risk analysis performed semi-quantitatively based on Australian Standard/New Zealand Standard 4360 Risk Management consisting of the value of probability (likelihood), the value of impact (consequence) in order to obtain the level of risk analysis by matrix WT Fine. Based on the analysis of the matrix for two methods of fumigation were revealed a procedure or control in preventing or overcoming hazards ship fumigation.

Read More
T-3737
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Christina Ratnasari; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Mila Tejamaya, Guruh Rusdiyanto
Abstrak: Proses kerja pada area Hydro Cracking Complex HCC memiliki risiko bahaya kesehatan kimia dan fisika bagi pekerja. Penelitian ini menilai gambaran bahaya risiko kesehatan dan Health Risk Assessment HRA dengan menggunakan metode semi kuantitatif untuk menentukan skor durasi, eksposure, konsekuensi, dan likelihood yang selanjutnya akan dihitung dalam Risk Assessment Matriks RAM . Pedoman yang digunakan untuk menghitung yaitu International Petroleum Industry Environmental Conservation Association IPIECA dan International Association of Oil Gas Producers OGP tahun 2006.
 
 
Berdasarkan hasil perhitungan proritas pengendalian risiko di area HCC bahaya kesehatan fisika dan kimia berada pada 4 tingkat yaitu: tidak perlu dilakukan tindakan segera, prioritas pertama, kedua, dan ketiga untuk dilakukan tindakan.Penilaian HRA menunjukkan terdapat bahaya fisika berupa bahaya pencahayaan, heat stress, dan bising. Sedangkan bahaya kimia yang ditemukan yaitu uap Hidrocarbon, Fuel Gas CO, Fuel Gas H2S, Fuel Gas CO2, Ammonia NH3 , Benzene Toluene Xylene BTX , Soda Api NaOH , Katalis, Steam H2, Ceceran fuel oil, N2, SO2, LPG, Indoor Air Quality CO, CO, O2,Nox, SOx , dan Lube oil. Tingkat risiko bahaya kesehatan dapat dikurangi dengan melakukan hirarki kontrol, yaitu dengan mengeliminasi bahaya, menambah intensitas cahaya, pembatasan area kerja, rotasi pekerja, penggunaan APD yang sesuai, dan perhitungan kadar paparan bahan kimia.
 

Working processess at Hydro Cracking Complex HCC have chemical dan physical hazards for the workers. This study asssessed about health risk hazard and Health Risk Assessment HRA by using semiquantitative method to determine score, exposure, consequence, and likelihood, then we rsquo ll calculate them into Risk Assessment Matriks RAM . The guideline that we use is from International Petroleum Industry Environmental Conservation Association IPIECA and the International Association of Oil Gas Producers OGP.
 
 
Based on the calculation we found 4 level of risk hazard control for chemical dan physical hazards, there are, no need immediate action, first, second, and third priority of action.HRA result shows there are some physical hazards, lighting, heat stress and noise. There were also found chemical hazards, they are Hidrocarbon, Fuel Gas CO, Fuel Gas H2S, Fuel Gas CO2, Ammonia NH3 , Benzene Toluene Xylene BTX , NaOH, Katalis, Steam H2, fuel oil, N2, SO2, LPG, Indoor Air Quality CO, CO, O2,Nox, SOx , and Lube oil. The level of risk can be reduced by applying control of hierarchy, such as eliminating hazard, increasing light intensity, limiting working area, worker rotation, using appropriate PPE, and measure chemical hazard exposure.
Read More
S-9614
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gumelar Indra Wibawa; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Candra Satrya, Devie Fitri Octaviani
Abstrak: RS X dalam aktivitas kerjanya memiliki bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, bahaya lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi,tertusuk jarum suntik, dan risiko yang berhubungan dengan listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja incinerator, instalasi sterilisasi sentral, unit laundry, dan ruang hemodialisa di Rumah Sakit X tahun 2013. Analisis penelitian ini bersifat semi-kuantitatif berdasarkan pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan untuk penentuan tingkat risiko dengan menggunakan Skoring Fine (1971).
 
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat risiko yang didapat pada pekerja di unit Incinerator Prioritas 1 sebanyak 8 risiko, dan substansial sebanyak 11 risiko. Instalasi Sterilisasi Sentral tingkat risiko prioritas 1 sebanyak 2, dan substansial sebanyak 4 risiko. Pekerja di Instalasi Laundry didapat prioritas 1 sebanyak 12, dan subtansial sebanyak 4 risiko. Ruang Hemodialisa tingkat risiko yang didapat substansial sebanyak 2 risiko. Pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh pihak rumah sakit yakni penyediaan alat-alat pelindung diri untuk bekerja, standar operasional prosedur, dan engineering control.
 

Activities in the hospitals could poses a physical, chemical, biological,ergonomic, and also environmental hazard to workers. Amongst the risk to workers include infectious blood and bloody fluids, needle stick injuries and electric shock related. The purpose of this study was to identify and conducting risk assessment at incinerator, CSSD, laundry and hemodialysis unit at X Hospital in 2013.This study was semi-quantitative study which was conducted based on AS/NZS 4360:2004 Standard. Risk identification methods used was Job Hazard Analysis (JHA) and Risk level was determined based on Skoring Fine (1971).
 
The result of this study shows that the level of risk was obtained by worker at incinerator Unit who had risk level priority 1 was 8 and risk level substantial was 11. The level of risk was obtained by worker at CSSD unit who had risk level priority 1 was 2 and Substantial Risk level was 4. At laundry unit, workers obtained risk level priority 1 was 12 and substantial risk level was 4. Level of risk contained in the hemodialysis unit is as much as 2 substantial risk. Risk controls that have been implemented by the hospital is to provide personal protective equipment for work, standard operating procedures, and engineering control.
Read More
S-7978
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Otto Berhen Kawanda; Pembimbing: Syahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, L. Meily Kurniawidjaja, Sapto, Rizki Ardiansyah
T-3442
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifqi Razaqi Rajab; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Bambang Setyo Utomo, Pradana Anugrah Sejati
Abstrak:
Penerapan manajemen risiko menjadi kunci dalam implementasi kesalamatan dan kesehatan kerja. PT.XYZ merupakan perusahaan kontraktor EPC dibidang konstruksi yang sudah menerapkan manajemen risiko dalam proses bisnisnya. Berdasarkan hasil evaluasi OHSE Objective PT.XYZ pada tahun 2023, terdapat 7 (tujuh) dari 20 (dua puluh) kriteria leading indicator yang tidak tercapai. Ketidaktercapaian parameter tersebut memberikan kesenjangan yang berkaitan erat dengan implementasi dari manajemen risiko yang telah dilakukan PT.XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penerapan manajemen risiko keselamatan di PT.XYZ. Peneliti menggunakan desain penelitian secara deskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dan telaah dokumen (dokumentasi) Peneliti bertindak sebagai alat pengumpul data utama. Metode kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran serta menggali informasi lebih dalam tentang penerapan proses manajemen risiko keselamatan di PT.XYZ tahun 2024. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 25 orang First-line Manager terhadap tahapan komunikasi dan konsultasi terdapat 32% informan yang menyatakan bahwa penerapan pada proses ini tidak diterapkan secara baik dan 68% lainnya menyatakan penerapannya sudah baik, lalu pada tahapan penetapan konteks risiko terdapat 52% informan yang menyatakan bahwa penerapan pada proses ini tidak diterapkan secara baik dan 48% menyatakan penerapannya sudah baik, pada tahapan identifikasi bahaya terdapat 60% informan yang menyatakan bahwa penerapan pada proses ini tidak diterapkan secara baik dan 40% informan lainnya menyatakan penerapannya sudah baik, pada tahapan penilaian dan pengendalian risiko terdapat 60% informan termasuk kedalam kelompok yang menyatakan bahwa penerapan pada proses ini tidak diterapkan secara baik dan 40% sisanya menyatakan penerapannya sudah baik, lalu pada tahapan pemantauan dan peninjauan terdapat 64% informan menyatakan bahwa penerapan pada proses ini tidak diterapkan secara baik dan 36% lainnya menayatakan proses ini sudah baik. Penerapan manajemen risiko pada beberapa proses seperti pada tahapan komunikasi dan konsultasi risiko, penetapan konteks risiko serta pemantauan dan peninjauan risiko belum dilakukan secara baik, namun untuk proses tahapan lainnya seperti identifikasi bahaya serta penilaian dan pengendalian risiko sudah sesuai dengan konsep esensial manajemen risiko.

The implementation of risk management is key in the implementation of occupational health and safety. PT.XYZ is an EPC contractor company in the construction sector that has implemented risk management in its business processes. Based on the evaluation results of PT.XYZ OHSE Objective in 2023, there are 7 (seven) out of 20 (twenty) leading indicator criteria that are not achieved. The non-achievement of these parameters is closely related to the implementation of risk management that has been carried out by PT.XYZ. This research aims to analyze the implementation of safety risk management at PT.XYZ. Researchers used a descriptive research design by conducting in-depth interviews and document review (documentation) Researchers acted as the main data collection tool. The qualitative method aims to obtain an overview and explore deeper information about the implementation of the safety risk management process at PT.XYZ in 2024. Based on the results of interviews with 25 first-line managers on the stages of communication and consultation, 32% of informants stated that the application of this process was not implemented properly and 68% stated that the application was good, then at the stage of determining the risk context there were 52% of informants who stated that the application of this process was not implemented properly and 48% stated that the application was good, At the stage of hazard identification, 60% of informants stated that the application of this process was not implemented properly and 40% of other informants stated that the application was good, at the stage of risk assessment and control, 60% of informants belonged to the group stating that the application of this process was not implemented properly and the remaining 40% stated that the application was good, then at the monitoring and review stage, 64% of informants stated that the application of this process was not implemented properly and the other 36% stated that this process was good. The application of risk management in several processes such as the stages of risk communication and consultation, determining the risk context and monitoring and reviewing risks has not been carried out properly, but for other stages of the process such as hazard identification and risk assessment and control are in accordance with the essential concepts of risk management.
Read More
T-7052
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive