Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Honesty Fadhilah; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Mardiati Nadjib, Pujiyanto; Purnawan Junadi, Puguh Prasetyoputra
Abstrak: Di seluruh dunia, stroke adalah penyebab kematian nomor dua dan penyebab kecacatan nomor tiga. Selain faktor risiko utama stroke (hipertensi, kolesterol, diabetes), status sosial ekonomi sering dikaitkan sebagai faktor risiko yang memiliki peran penting terhadap kejadian stroke. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan faktor sosial ekonomi memiliki hubungan dengan penyakit stroke berdasarkan data IFLS Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, menggunakan pendekatan ekonometrika dengan uji Logit. Model logit digunakan untuk menentukan estimasi faktor risiko stroke. Analisis menunjukkan bahwa 309 (0,90%) responden menderita stroke, dengan presentase terbesar berada pada status sosial ekonomi kategori miskin (26.86%). Berdasarkan analisis bivariat status sosial ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian penyakit stroke. Berdasarkan analisis multivariat terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kejadian penyakit stroke setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Variabel sosial ekonomi kategori sosial ekonomi menengah dapat meningkatkan risiko sebanyak 1,53 kali lebih tinggi terhadap terjadinya penyakit stroke.
Read More
T-5764
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Indrastuty; Pembimbing: Pujiyanto; Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Kurnia Sari, Wahyu Pudji Nugraheni, Dakhlan Choeron
Abstrak: Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, tempat tinggal, sanitasi pembuangan kotoran manusia dan pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian balita stunting. Dampak stunting terhadap pendidikan anak ketika dewasa sebesar 2,3%, dampak stunting terhadap status pekerjaan sebesar 3,7% dan dampak stunting terhadap status ekonomi sebesar 8,3%.
Read More
T-5610
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofiya Rohmah Asyahida; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Achmad Arifurrohman
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Desember 2020-Januari 2021. HAsil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian antenatal di Indonesia sebesar 21,4%.
Read More
S-10559
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ina Poristinawati; Pembimbing : Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Diah Mulyawati Utari, Abas Basuni Jahari, Tiska Yumeiza
Abstrak:
ABSTRAK Nama : Ina Poristinawati Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Determinan Stunting Pada Balita Usia 6-23 Bulan Di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie kabupaten Pasaman Barat Tahun 2019 Pembimbing : Ir.Siti Arifah Pujonarti, MPH Stunting adalah kondisi kekurangan gizi pada balita yang bersifat kronik di masa awal pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan linier yang berhubungan dengan meningkatnya morbiditas, dan mortalitas. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui determinan stunting pada balita usia 6-23 bulan di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampelpenelitian adalah 127 pasangan ibu dan anak usia 6-23 bulan. Stunting diukur menggunakan indikator TB/U melalui pengukuran antropometri panjang badan, dan wawancara kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 33,9% balita usia 6-23 bulan mengalami stunting, 76,4% balita tidak mendapat ASI eksklusif. Hasil analisis chi-square menunjukkan ada hubungan antara sosial ekonomi (p-value 0,037), Minimum Dietary Diversity (MDD) (p-value 0,006), Minimum Acceptable Diet (p-value 0,05), dan riwayat infeksi (p-value 0,003) dengan kejadian stunting. Uji regresi logistik menunjukkan MDD merupakan faktor determinan terjadinya stunting pada balita usia 6-23 bulan setelah dikontrol dengan variabel sosial ekonomi, MAD dan riwayat infeksi (OR 3,646; 955CI: 1,421-9,366). Saran peneliti untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat adalah melakukan upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam praktik pemberian ASI, dan MPASI. Terutama untuk dapat memberikan makanan yang beraneka ragam dan cukup jumlahnya. Kata kunci: Stunting, sosial ekonomi, MDD, infeksi ABSTRACT Stunting is a condition of malnutrition in children who are chronic in the early stages of growth and development which is characterized by inhibited linear growth associated with increased morbidity and mortality. The purpose of this thesis is to determine the stunting determinants of toddlers aged 6-23 months in Sasak Subdistrict, Pasisie District, West Pasaman Regency in 2019. This research is a quantitative research with cross sectional design. The study sample was 127 couples of mothers and children aged 6-23 months. Stunting is measured using the HAZ indicator through body length anthropometric measurements, and questionnaire interviews. The results showed 33.9% of children aged 6-23 months had stunting, 76.4% of children under five did not get exclusive breastfeeding. The results of the chi-square analysis showed that there was a relationship between socio-economic (p-value 0.037), Minimum Dietary Diversity (MDD) (p-value 0.006), Minimum Acceptable Diet (p-value 0.05), and infection history (p-value 0.003) with the incidence of stunting. Logistic regression test showed MDD was a determinant of stunting in infants aged 6-23 months after being controlled by socioeconomic variables, MAD and history of infection (OR 3.646; 955CI: 1.421- 9,366). The suggestion of researchers for the West Pasaman District Health Office is to make efforts to increase the knowledge and abilities of mothers in the practice of breastfeeding and complementer feeding practice. Especially to be able to provide food that is diverse and sufficient in number Key word: Stunting, socioeconomic, MDD, infection
Read More
T-5741
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Parlin Dwijana; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Dewi Permaesih, C. Meti Dwiriani, Triyanti
T-3978
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kesmas-Vol.9/No.2
Depok : FKM UI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Raihan Rasyad Albiruni; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Budi Hartono, Edwin Nasli
Abstrak: Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit menular melalui saluran pernapasan yang menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berbagai faktor dapat mempengaruhi penyebaran penyakit TB paru. Penelitian ini akan menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi, gaya hidup, akses fasilitas kesehatan, dan kondisi rumah dan permukiman dengan prevalensi TB paru di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis provinsi dengan total 34 provinsi. Analisis data menggunakan uji korelasi dan regresi linier. Hasil studi menunjukan bahwa rata-rata prevalensi TB paru di Indonesia sebanyak 381 per 100.000 penduduk. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyebaran penyakit tuberkulosis paru adalah kemudahan akses ke puskesmas (p-value = 0,000, r = -0,631), kebiasaan membuka jendela kamar tidur setiap hari (p-value = 0,036, r = -0,361), luas ventilasi memenuhi syarat pada kamar tidur (p-value = 0,002, r = -0,517), ruang masak (p-value = 0,003, r = -0,495), dan ruang keluarga (p-value = 0,006, r = -0,464), dan tingkat pencahayaan kamar tidur memenuhi syarat (p-value = 0,001, r = 0,550). Faktor risiko utama penyebaran TB paru di Indonesia yaitu kemudahan akses ke puskesmas (B = -0,668, p-value = 0,007). Hasil tersebut mencerminkan bahwa proporsi kemudahan akses ke puskesmas lebih tinggi maka prevalensi TB paru lebih rendah. Pemerintah perlu mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan agar seluruh wilayah di Indonesia memiliki kemudahan dalam memperoleh kesehatan.
Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases through the respiratory tract which is the main cause of death worldwide. Various factors can affect the spread of pulmonary TB disease. This study will analyze the relationship of socio-economic factors, lifestyle, access to health facilities, and housing and settlement conditions with the prevalence of pulmonary TB in Indonesia in 2018. This study uses an ecological study design with a provincial unit of analysis with a total of 34 provinces. Data analysis used correlation test and linear regression. The results of the study show that the average prevalence of pulmonary TB in Indonesia is 381 per 100,000 population. The risk factors associated with the spread of pulmonary tuberculosis are the ease of access to the public health center (p-value = 0.000, r = -0.631), the habit of opening the bedroom window every day (p-value = 0.036, r = -0.361), the ventilation area meets requirements for bedrooms (p-value = 0.002, r = -0.517), cooking room (p-value = 0.003, r = -0.495), and family rooms (p-value = 0.006, r = -0.464), and bedroom lighting meets the requirements (p-value = 0.001, r = 0.550). The main risk factor for the spread of pulmonary TB in Indonesia is the ease of access to public health center (B = -0.668, p-value = 0.007). These results may reflect that the proportion of ease of access to the public health center is higher, the prevalence of pulmonary TB is lower. The government needs to accelerate the equitable distribution of health facility development so that all regions in Indonesia have easy access to health.
Read More
S-10957
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lasepa, Wanda / Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Yvonne Magdalena Indrawani, Adhi Darmawan
Abstrak: Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin dalam tubuh di bawah normal sehingga berkurangnya kadar kualitas dan kuantitas sel darah merah. Perempuan merupakan golongan yang rentan terkena anemia karena mengalami menstruasi setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi, sosial ekonomi, pengetahuan dan faktor lainnya dengan kejadian anemia pada mahasiswi RIK UI angkatan 2014. Variabel independen yang diteliti adalah sosial ekonomi (status tempat tinggal, pendidikan Ibu, pekerjaan orang tua, uang saku), menstruasi, pengetahuan anemia, prilaku konsumsi protein hewani, buah dan sayuran, prilaku konsumsi kopi dan teh serta asupan zat gizi (zat besi, vitamin C dan serat) dan status gizi. Desain studi penelitian yaitu cross sectional dengan analisis chi square. Penelitian ini dilakukan pada 136 responden dan pada bulan April 2014. Hasil penelitian menunjukkan 41.18% penderita anemia (anemia ringan (19.12%) dan anemia sedang (22.06%)). Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kejadian anemia adalah tempat tinggal, uang saku, pengetahuan tentang anemia, konsumsi protein hewani, konsumsi buah dan asupan zat gizi.
Read More
S-8753
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Datrianti Indah Savitri; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Putri Bungsu, Sumiati
Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat hampir di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan Incidence Rate (IR) tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2014. Penelitian ini menganalisis hubungan antara karakteristik demografi, sosial ekonomi, lingkungan fisik, dan perilaku pencegahan DBD dengan kejadian DBD di Jakarta Selatan. Data kejadian DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan variabel independen diperoleh dari Data Potensi Desa BPS 2014. Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang dengan uji Chi-Square. Populasi dan sampel adalah seluruh kasus DBD yang tercatat dan dilaporkan dari RS ke Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kasus terbanyak pada laki-laki (52.67%) dan pada kelompok umur 15-44 tahun (41.69%). Diperoleh hubungan kepadatan penduduk (p 0.007), jumlah keluarga di permukiman kumuh (p 0.008), jumlah rumah di bantaran sungai (p 0.015), jumlah permukiman di bantaran sungai (p 0.09), jumlah permukiman kumuh (p.0.018) yang menurunkan prevalensi kejadian DBD. Oleh karena itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara peningkatan kasus dengan variabel demografi, sosial ekonomi, lingkungan fisik, dan perilaku pencegahan DBD. Kata Kunci: DBD, Demografi, Sosial-ekonomi, Lingkungan, Podes Dengue Hemmorhagic Fever is a problem of public health in Indonesia, including Jakarta. South Jakarta where is the highest Incidence Rate of dengue in Jakarta Province in 2014. This research is to analyze relationship between demographic characteristics, socioeconomic, physical environment, and practice against dengue in South Jakarta. Data is collected from Surveilance of Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta and Badan Pusat Stastistik. This is an observational cross-sectional study with Chi-Square test. Population and sample are whole cases of dengue recorded and reported from Hospital to Surveilance Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. The results showed the highest proportion of cases is in men (52.67%) and on age group is in 15-44 years (41.69%). The relations of population density (p 0.007), number of family lived in slums (p 0.008), number of houses along the river (p 0.015), number of settlements along the river (p 0.09), number of Slums (p.0.018) which are reduce the prevalence of dengue incidence. therefore, not found a significant relationship between the increase in cases wtih demographic, socioeconomic, physical environment, and practice prevention against of dengue. Key Words: Dengue, Demography, Social Economy, Environment, PODES
Read More
S-9274
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patrisia Helena Saraswati; Pembimbing: Ascobat Gani; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Kurnia Sari, Yuliandi, Gertrudis Tandy
Abstrak: Indonesia telah memiliki komitmen untuk eradikasi penyakit menular dengan menjalankan Expanded Programme on Immunization (EPI) pada tahun 1977 dengan fokus pada 6 penyakit: TBC, difteri, tetanus, pertussis, campak dan polio. Hingga tahun 2017 angka cakupan imunisasi dasar anak di Indonesia masih bervariasi antar provinsi dimana sebagian provinsi masih dibawah target WHO 80% dan cakupan nasional masih dibawah angka target 90%. Banyak penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya hubungan antara faktor sosial dan ekonomi dengan keputusan imunisasi anak. Paper ini bertujuan untuk mengukur ketimpangan imunisasi dasar di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 dan melihat faktor social dan ekonomi yang mempengaruhi imunisasi dasar anak. Analisa dilakukan dengan menggunakan data Susenas KOR tahun 2017 dan Podes 2018 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Susenas adalah data survei rumah tangga yang representatif secara nasional, mewakili rumah tangga dari seluruh kelompok pendapatan., sementara Podes adalah data di tingkat desa yang berisi informasi infrastruktur desa. Ketimpangan akan diukur dengan metode Concentration Curve dan Concentration Index kemudian dengan metode regresi logistic akan dilihat faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap imunisasi. Pengukuran mengkonfirmasi secara signifikan bahwa kondisi ekonomi berpengaruh terhadap imunisasi di Indonesia. Concentration index imunisasi (CI=0,146) menunjukkan gradien imunisasi yang berpihak pada kelompok berpendapatan lebih tinggi. Concentration index untuk perkotaan lebih tinggi (CI=0,168) daripada perdesaan (CI=0,037). Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih tinggi, pendidikan ibu, tinggal di kota, anak- anak yang memiliki asuransi, rasio puskesmas, dokter, dan petugas kesehatan yang lebih baik terhadap populasi meningkat kemungkinan anak-anak mendapatkan vaksinasi. Puskesmas memiliki peran paling menonjol dalam meningkatkan cakupan imunisasi anak. Ketersediaan dokter dan petugas kesehatan untuk melakukan imunisasi serta mempromosikan manfaat imunisasi sangat penting untuk mendorong cakupan yang lebih tinggi. Imunisasi dasar anak lebih jarang ditemui pada rumah tangga berpendapatan rendah. Faktor supply side seperti rasio puskesmas, dokter dan nakes penting dan dominan dalam imunisasi dasar anak. Pemerintah Jawa Barat perlu memfokuskan pembangunan supply side ini sambil memperbaiki permintaan imunisasi melalui pemberian insentif, memperbaiki pendidikan ibu serta meningkatkan kepemilikan asuransi kesehatan anak
Read More
T-5819
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive