Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Lisma Ningsih; Pembimbing: Besral; Penguji: R.Sutiawan, Wenita Indrasari, EliWinardi
Abstrak:
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko tertular HIV pada pria potensial risti di Indonesia Tahun 2011. Metode: Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) di Indonesia Tahun 2011. Sampel penelitian adalah pria potensial risti yang terpilih menjadi sampel penelitian STBP, dengan kriteria responden seseorang yang secara biologis laki-laki berumur ≥15 tahun. Besar sampel 4.895 responden. Analisis multivariat dilakukan untuk menguji model yang paling sesuai yang menggambarkan perilaku berisiko tertular HIV pada pria potensial risti dengan menggunakan aplikasi structural equation modeling. Hasil: Penelitian ini menunjukkan masih tingginya perilaku berisiko tertular HIV seperti hubungan seks dengan WPS (43%) dan wanita lain selain istri/pasangan tetap atau WPS (13%). Faktor yang berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko tertular HIV adalah persepsi risiko tertular HIV (koeff path=0,30), demografi (koeff path=0,62), pengetahuan (koeff path=-0,20), ketersediaan sumber/fasilitas kesehatan (koeff path=0,74) dan dukungan sosial (koeff path=-0,25). Kesimpulan: Perilaku berisiko dapat diturunkan jika pengetahuannya baik, mendapat dukungan sosial yang memadai, persepsi yang salah tentang risiko tertular HIV dikurangi, dan ketersediaan sumber/fasilitas kesehatan dipenuhi. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diharapkan bekerjasama dengan LSM dalam kegiatan penjangkauan dengan cara mendampingi, berdiskusi tentang cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS dan mendorong untuk berperilaku aman.
Objective: to determine the determinants of HIV risk behaviors among potential high risk men in Indonesia in 2011. Methods: cross sectional study using secondary data Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) in Indonesia in 2011. The sample was a man who elected as a potential high risk IBBS study sample, with a criterion is a person who is biologically male aged ≥ 15 years. The sample size was 4,895. Multivariate analyzes were performed to examine the most appropriate model that describes HIV risk behaviors among potential high risk men using structural equation modeling applications. Results: This study shows the high HIV risk behaviors such as sex with female sex workers (43%) and nonregular partner (13%). Factors significantly associated with HIV risk behavior is the perception of risk of HIV (koeff path = 0.30), demographics (koeff path = 0.62), knowledge (koeff path = -0.20), the availability of source / health facilities (koeff path = 0.74) and social support (koeff path = -0.25). Conclusion: Risk behavior can be reduced if knowledge is good, adequate social support, a false perception the risk of HIV is reduced, and the availability of resources / health facilities. Cooperation with NGOs in outreach activities by assisting, discuss ways of transmission and prevention of HIV / AIDS and encouraged to behave safely.
Read More
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko tertular HIV pada pria potensial risti di Indonesia Tahun 2011.
Objective: to determine the determinants of HIV risk behaviors among potential high risk men in Indonesia in 2011.
T-3781
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ardhi Arsala Rahmani; Promotor: Dewi Susanna; Kopromotor: Tris Eryando; Penguji: Besral, Ririn Arminsih Wulandari, R. Azizah, Suwito, Ermi Ndoen
Abstrak:
Read More
Latar belakang: Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui vektor nyamuk Anopheles. Kedua organisme tersebut merupakan makhluk hidup dengan daya tahan hidup dan kapasitas yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, termasuk iklim. Oleh karena itu, berubahnya iklim akibat pemanasan global telah diasosiasikan dengan distribusi malaria global. Tujuan: Penelitian ini mengeksplorasi seberapa jauh hubungan antara faktor iklim dan kejadian malaria di kota dan kabupaten di Indonesia selama periode 2000-2020 untuk menginformasikan kebijakan pengendalian malaria yang berketahanan iklim. Metode: Dengan membangun variabel laten atau konstruk iklim yang terdiri dari indikator meteorologi yaitu suhu, curah hujan, kecepatan angin, dan kelembapan relatif yang didapatkan dari data NASA Langley Research Center (LaRC), serta menggabungkan variabel perancu sosiodemografis (pengeluaran rumah tangga, IPM, tingkat urbanisasi) dan geografis (Normalized Difference Vegetation Index, dan topografi), studi ini menawarkan analisis komprehensif tentang asosiasi mereka terhadap kejadian malaria (dari data Malaria Atlas Project dan Kementerian Kesehatan) melalui Structural Equation Modeling (SEM). Hasil: Temuan penelitian menunjukkan asosiasi antara iklim dan malaria. Kendati demikian, analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang digunakan penelitian ini menunjukkan bahwa bobot faktor untuk iklim relatif kecil dan menunjukkan bahwa hubungannya tidak substansial dibandingkan dengan variabel lain. Analisis tambahan yang berfokus pada peristiwa cuaca ekstrem, yang diidentifikasi oleh nilai ekstrem indikator iklim, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut secara signifikan mempengaruhi kasus malaria. Kesimpulan: Hal ini menekankan pentingnya mempertimbangkan cuaca ekstrem dalam perancangan dan pelaksanaan program pengendalian dan eliminasi malaria. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun kondisi iklim umum memiliki efek langsung yang terbatas pada kejadian malaria, peristiwa cuaca ekstrem memainkan peran penting.
Background: Malaria is a diseases caused by the parasite Plasmodium and spread by a vector, the Anopheles mosquito. The two independent organisms capacity to infect and survival are independently affected by their environmental surroundings, including climate. Therefore, the global warming induced climatic change have previously been associated with the changing global distribution of malaria. Aims: This research explores the extent of the relationship between climatic factors and malaria incidence in cities and regencies in Indonesia over the period 2000-2020 to inform malaria control policies that are climate-resilient. Methods: By constructing a climate construct as latent variable consisting of meteorological indicators such as temperature, precipitation, wind speed, and relative humidity from the NASA Langley Research Center (LaRC), and incorporating sociodemographic confounders (household expenditure, HDI, urbanization rate) and geographic confounders (Normalized Difference Vegetation Index and topography), this study offers a comprehensive analysis of their association with malaria cases (using data from the Malaria Atlas Project and Ministry of Health) through Structural Equation Modeling (SEM). Results: The study findings show an association between climate and malaria, with maximum and average climate constructs showing a negative association with malaria incidence, while minimum climate constructs show a positive association. That being said, the Structural Equation Modeling (SEM) analysis used in this research indicates that the factor loadings for climate are relatively small, indicating that the relationship is not substantial compared to other variables. Additional analysis focusing on extreme weather events, identified by extreme values of climate indicators, shows that these events significantly affect malaria cases. Conclusion: This underscores the importance of considering extreme weather in the design and implementation of malaria control and elimination programs.This research concludes that while general climatic conditions have limited direct effects on malaria incidence, extreme weather events play an important role.
D-525
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wendri Herman; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Dewi Susana, Emita Ajis, Ananta Rahayu
T-4135
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Natalia Suzana; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Wachyu Suilistiadi, Vetty Yulianty Permanasari, Made Koen Virawan, Ida Ayu Oka Purnama Wati
Abstrak:
Keselamatan pasien merupakan hal yang sangat mendasar dalam pelayanankepada pasien di rumah sakit. Sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkankeselamatan pasien di rumah sakit adalah dengan mengukur budaya keselamatanpasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepemimpinantransformasional, kerjasama tim, dan kesadaran individual dengan budaya keselamatanpasien di Rumah Sakit Prima Medika (RSPM) Denpasar. Metode yang digunakanadalah metode campuran (mix method). Pendekatan kuantitatif menggunakan jenispenelitian potong-lintang (cross-sectional). Kuesioner dibagikan kepada sampelsebanyak 218 responden. Pada pendekatan kualitatif dilakukan penelusuran lebih lanjutterhadap hal-hal yang dirasa masih belum terjawab, untuk melengkapi penjelasan hasilpenelitian kuantitatif. Analisis statistik menggunakan Structural Equation Modelling(SEM), dengan program STATA-SE 12.1. Wawancara mendalam dilakukan denganDireksi RSPM dan pegawai yang terkait, untuk konfirmasi hasil penelittian. Hasilanalisis menunjukkan variabel independen yang saling berhubungan yaituKepemimpinan Transformasional, Kesadaran Individual, dan Kerjasama Tim, danketiganya berhubungan secara bemakna dengan variabel dependen BudayaKeselamatan Pasien (p<0,001). Variabel kesadaran individual mempunyai hubunganpaling besar (77,8%) dengan budaya keselamatan pasien dibandingkan variabel lainnya.Disarankan untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien di RSPM, maka perludiadakan pelatihan keselamatan pasien secara rutin, meningkatkan komunikasi yangefektif, kompetensi dan kewaspadaan terhadap risiko, belajar dari kesalahan, danevaluasi beban kerja, agar tercipta budaya keselamatan pasien yang diinginkan.Kata kunci: budaya keselamatan pasien, structural equation modeling, kepemimpinantransformasional, kerjasama tim, kesadaran individual.
Patient safety is very basic in the service to patients in the hospital. As a firststep in improving patient safety in hospitals is by measuring the patient's safety culture.The purpose of this research is to know the relationship of transformational leadership,teamwork, and individual awareness to patient safety culture at Prima Medika Hospital(RSPM) Denpasar. The method used is mix method. The quantitative approach usescross-sectional research. Questionnaires were distributed to a sample of 218respondents. In a qualitative approach, further searches on things that remainunanswered, to complement the explanation of the results of quantitative research.Statistical analysis using Structural Equation Modeling (SEM), with STATA-SE 12.1program. In-depth interviews were conducted with the RSPM Board of Directors andrelevant employees, to confirm the results of the study. The results of the analysis showthat the independent variables are Transformational Leadership, Individual Awareness,and Team Cooperation, and all three are related significantly to the dependent variableof Patient Safety Culture (p <0.001). The individual consciousness variable had thegreatest relation (77,8%) with patient safety culture compared to other variable. It isrecommended to improve patient safety culture in RSPM, it is necessary to conductroutine patient safety training, improve effective communication, risk competence andawareness, learn from mistakes, and evaluate workload, in order to create desiredpatient safety culture.Keywords: patient safety culture, structural equation modeling, transformationalleadership, teamwork, individual awareness.
Read More
Patient safety is very basic in the service to patients in the hospital. As a firststep in improving patient safety in hospitals is by measuring the patient's safety culture.The purpose of this research is to know the relationship of transformational leadership,teamwork, and individual awareness to patient safety culture at Prima Medika Hospital(RSPM) Denpasar. The method used is mix method. The quantitative approach usescross-sectional research. Questionnaires were distributed to a sample of 218respondents. In a qualitative approach, further searches on things that remainunanswered, to complement the explanation of the results of quantitative research.Statistical analysis using Structural Equation Modeling (SEM), with STATA-SE 12.1program. In-depth interviews were conducted with the RSPM Board of Directors andrelevant employees, to confirm the results of the study. The results of the analysis showthat the independent variables are Transformational Leadership, Individual Awareness,and Team Cooperation, and all three are related significantly to the dependent variableof Patient Safety Culture (p <0.001). The individual consciousness variable had thegreatest relation (77,8%) with patient safety culture compared to other variable. It isrecommended to improve patient safety culture in RSPM, it is necessary to conductroutine patient safety training, improve effective communication, risk competence andawareness, learn from mistakes, and evaluate workload, in order to create desiredpatient safety culture.Keywords: patient safety culture, structural equation modeling, transformationalleadership, teamwork, individual awareness.
B-1971
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
