Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Widya Nurhidayah Tri Kusumah; Pembimibing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Trini Sudiarti, Sada Rasmada
Abstrak:
Stres dapat meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme saraf simpatis ataupun perilaku gaya hidup kurang sehat yang terinduksi akibat stres. Penelitian ini merupakan penelitian sekunder yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2024. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel stres dengan pengendalian darah setelah dikontrol variabel kepatuhan minum obat, kepatuhan diet DASHI, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka, Kota Depok. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sejumlah 156 orang pasien hipertensi berusia > 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi hipertensi tidak terkendali yang tinggi, yaitu 68,5%. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stres ataupun variabel confounding (kepatuhan minum obat, kepatuhan diet DASHI, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan kualitas tidur) dengan pengendalian tekanan darah. Namun, analisis sub pertanyaan kuesioner stres (PSS-10), ditemukan hubungan yang bermakna pada ‘marah karena sesuatu yang tidak terduga’ dengan frekuensi ‘sering’ dibandingkan frekuensi ‘tidak pernah’ (p = 0,003; OR= 4,955; 95% CI 1,724-14,242) dan ‘merasa tidak mampu mengontrol hal penting dalam hidup’ dengan frekuensi ‘sering’ dibandingkan frekuensi ‘tidak pernah’ (p = 0,007; OR= 4,955; 95% CI 1,724-14,242). Tidak ada hubungan antara stres dengan pengendalian tekanan darah. Kepatuhan minum obat mempengaruhi hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi tidak terkendali, setelah dikontrol oleh kepatuhan diet (p = 0,016; OR= 2,850; 95% CI 1,216-6,679).

Stress can increase blood pressure through sympathetic nervous mechanisms or unhealthy lifestyle behaviors that are induced by stress. This research is secondary research conducted in May-June 2024. This research aims to determine the relationship between stress and blood control after controlling medication adherence, DASHI diet adherence, smoking habits, physical activity, and sleep quality in hypertensive patients in the region works at Kemiri Muka Community Health Center, Depok City. The study design used was cross-sectional and purposive sampling technique with a total sample of 156 hypertensive patients aged > 18 years. The results showed that the proportion of uncontrolled hypertension was high, 68.5%. No significant relationship was found between stress or confounding variables (medication adherence, DASH diet adherence, smoking habits, physical activity, and sleep quality) and blood pressure control. However, analysis of the sub-questions of the stress questionnaire (PSS-10), found a significant relationship between 'getting angry because of something unexpected' with the frequency of 'often' compared to the frequency of 'never' (p = 0.003; OR= 4.955; 95% CI 1.724 -14.242) and 'feeling unable to control important things in life' with a frequency of 'often' compared to a frequency of 'never' (p = 0.007; OR= 4.955; 95% CI 1.724-14.242). There is no relationship between stress and blood pressure control. Medication adherence influenced the relationship between stress and uncontrolled hypertension, after controlled by diet adherence (p = 0.016; OR= 2.850; 95% CI 1.216-6.679). Key words: Stress, uncontrolled hypertension, unhealthy lifestyle
Read More
S-11764
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewi Janani Subhati; Pembimbing: Dwi Gayatri;Penguji: Rizka Maulida, Ridho Ichsan Syaini
Abstrak:
Penelitian mencakup aspek hipertensi sudah umum dilakukan, tetapi, penelitian yang berfokus pada kejadian hipertensi tidak terkendali, yaitu tidak tercapainya target tekanan darah (<140/90 mmHg) sesuai protokol hipertensi baik mono terapi atau terapi kombinasi serta penelitian mengenai faktor risikonya masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko hipertensi tidak terkendali pada pengguna obat antihipertensi usia ≥18 tahun di Indonesia dengan pendekatan teori HL.Blum yang terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah, lingkungan, gaya hidup, dan pelayanan kesehatan. Penelitian berdesain studi cross-sectional dengan model analisis regresi logistik. Sebanyak 4.143 responden studi memiliki karakteristik berikut: rata-rata usia 57 tahun (SD = ±11,33), berjenis kelamin perempuan (72,3%), mayoritas tinggal di perkotaan (63,8%), dan berpendidikan menengah (41,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi tidak terkendali sebesar 80,6%. Model regresi logistik memperlihatkan kondisi kebiasaan konsumsi natrium (faktor risiko gaya hidup) dengan frekuensi jarang (aOR: 2,445; 95% CI 1,225 – 4,884) dan sering (aOR: 2,051; 95% CI 1,059 – 3,970), tingkat pendidikan (faktor risiko lingkungan) responden yang tidak bersekolah (aOR: 2,053; 95% CI 1,479 – 2,848) dan pendidikan dasar (aOR: 1,956; 95% CI 1,495 – 2,559), tidak patuh minum obat antihipertensi (faktor risiko pelayanan kesehatan) (aOR: 1,502; 95% CI 1,161 – 1,942), tidak memiliki asuransi kesehatan (faktor risiko pelayanan kesehatan), (aOR: 1,407; 95% CI 1,068 – 1,854), IMT yang lebih tinggi (faktor risiko gaya hidup), (aOR: 1,022; 95% CI 1,004 – 1,03) berasosiasi dengan outcome penelitan kami. Selain itu, usia (faktor risiko yang tidak dapat diubah) (aOR: 0,990; 95% CI 0,983 – 0,998), tempat tinggal di perkotaan (faktor risiko lingkungan) (aOR: 0,764; 95% CI 0,639 – 0,913), memiliki komorbiditas (faktor risiko gaya hidup), (aOR: 0,709; 95% CI 0,567 – 0,874), dan mantan perokok (faktor gaya hidup), (aOR: 0,609; 95% CI 0,422 – 0,857) menunjukan hubungan protektif dengan hipertensi tidak terkendali. Tingginya kejadian hipertensi tidak terkendali dan faktor determinannya, terutama yang bersifat modifible sebaiknya menjadi pertimbangan kementerian kesehatan dalam merumuskan program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular di Indonesia.

Study on various aspects of hypertension is common, yet, studies that specifically focus on the incidence of uncontrolled hypertension —defined as the failure to achieve the target blood pressure (<140/90 mmHg) according to hypertension protocols, whether through monotherapy or combination therapy—and research on its risk factors remain limited. This study aims to identify risk factors of uncontrolled hypertension among antihypertensive drug users aged ≥18 years in Indonesia using HL. Blum theoretical framework, which consists of unmodifiable risk factors, environment, lifestyle, and healthcare services. This study used a cross-sectional study design with logistic regression analysis. Our 4,143 respondents had the following characteristics: an average age of 57 years (SD = ±11.33), a higher proportion of females (72.3%), lived in urban areas (63.8%), and had a secondary education (41.5%). The results of this study showed the prevalence of uncontrolled hypertension was 80.6%. Logistic regression model shows sodium consumption habits (lifestyle risk factor), infrequent (aOR: 2.445; 95% CI 1.225 – 4.884) and frequent (aOR: 2.051; 95% CI 1.059 – 3.970), education level (environmental risk factor) of respondents with no formal education (aOR: 2.053; 95% CI 1.479 – 2.848) and only primary education (aOR: 1.956; 95% CI 1.495 – 2.559), nonadherence to antihypertensive medication (healthcare risk factor) (aOR: 1.502; 95% CI 1.161 – 1.942), no health insurance (healthcare risk factor), (aOR: 1.407; 95% CI 1.068 – 1.854), a higher BMI (lifestyle risk factor), (aOR: 1.022; 95% CI 1.004 – 1.03) was associated with our study outcome. In addition, increasing age (non-modifiable risk factor) (aOR: 0.990; 95% CI 0.983 – 0.998), living in urban areas (environmental risk factor) (aOR: 0.764; 95% CI 0.639 – 0.913), having comorbidities (lifestyle risk factor), (aOR: 0.709; 95% CI 0.567 – 0.874), and being a former smoker (lifestyle risk factor), (aOR: 0.609; 95% CI 0.422 – 0.857) showed a protective association with uncontrolled hypertension. The high prevalence of uncontrolled hypertension and its determinants, especially those that are modifiable, should be taken into consideration by the Ministry of Health when formulating programs for the prevention and control of non-communicable diseases in Indonesia.
Read More
S-11882
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmiyati; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Helda, Sudijanto Kamso, Elsa Pongtuluran, Sumiatun
Abstrak:

Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius secara global dan berkontribusi besar terhadap beban penyakit kardiovaskular dan ginjal. Di Indonesia, tingkat kontrol hipertensi masih rendah, terutama di provinsi padat penduduk seperti Jawa Barat yang memiliki prevalensi hipertensi dan komplikasinya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkontrol pada individu yang telah terdiagnosis hipertensi di wilayah rural dan urban Provinsi Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional berdasarkan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Sampel terdiri dari 4.321 responden berusia ≥15 tahun yang telah terdiagnosis hipertensi. Analisis dilakukan untuk mengetahui prevalensi hipertensi tidak terkontrol serta faktor-faktor yang memengaruhinya di wilayah rural dan urban jawa barat. Hasil: Dari total responden, 13,5% (n = 584) berasal dari wilayah rural dan 86,5% (n = 3.737) dari wilayah urban. Prevalensi hipertensi tidak terkontrol tercatat sebesar 89,4% di wilayah rural dan 80,8% di wilayah urban. Di wilayah rural, faktor paling signifikan adalah obesitas sentral (AOR = 1,785; 95% CI: 1,05–3,04; p = 0,033). Faktor lain yang berpengaruh meliputi minum obat tidak teratur, konsumsi garam berlebih, jenis kelamin perempuan, dan usia lanjut. Di wilayah urban, faktor paling dominan adalah akses layanan kesehatan dasar (AOR = 2,023; 95% CI: 1,62–2,54; p < 0,001), disusul oleh kontrol rutin dan minum obat, obesitas sentral, tingkat stres tinggi, konsumsi buah dan sayur yang kurang, usia lanjut, serta pendidikan rendah. Kesimpulan: Prevalensi hipertensi tidak terkontrol di wilayah rural dan urban Jawa Barat sangat tinggi. Obesitas sentral menjadi faktor utama di rural, sementara akses layanan kesehatan dasar menjadi faktor dominan di urban. Intervensi harus difokuskan pada peningkatan akses layanan kesehatan, edukasi dan motivasi tentang kepatuhan minum obat dan kontrol tekanan darah secara rutin, pencegahan pengolahan obesitas sentral perbaikan pola makan sehat dan aktivitas fisik cukup (misalnya melalui diet DASH), serta regulasi nasional pengurangan konsumsi garam untuk menurunkan angka hipertensi tidak terkontrol dan komplikasinya.

Kata kunci: Hipertensi tidak terkontrol, faktor determinan, obesitas sentral, akses layanan kesehatan rural, urban, SKI 2023 Jawa Barat


Uncontrolled hypertension remains a major public health issue globally, contributing significantly to the burden of cardiovascular and renal complications. In Indonesia, hypertension control rates remain low, particularly in populous provinces such as West Java, where the prevalence of hypertension and its complications is high. The objective of this study to determine the prevalence and determinant factors associated with uncontrolled hypertension among diagnosed hypertensive individuals in rural and urban areas of West Java. This is a quantitative analytic study with a cross-sectional design, using secondary data from the 2023 SKI (Health Indicators Survey). The study included 4,321 respondents aged ≥15 years who had been diagnosed with hypertension. Data analysis was performed to assess the prevalence of uncontrolled hypertension and identify associated risk factors. Among the total respondents, 13.5% (n = 584) were from rural areas and 86.5% (n = 3,737) from urban areas. The prevalence of uncontrolled hypertension was 89.4% in rural and 80.8% in urban settings. In rural areas, the most significant determinant factor was central obesity (AOR = 1.785; 95% CI: 1.05–3.04; p = 0.033). Other associated factors included irregular medication intake, high salt consumption, female gender, and older age. In urban areas, the strongest determinant was limited access to primary healthcare services (AOR = 2.023; 95% CI: 1.62–2.54; p < 0.001), followed by irregular monitoring and medication intake, central obesity, high stress levels, low consumption of fruits and vegetables, older age, and lower education levels. The prevalence of uncontrolled hypertension in both rural and urban areas of West Java is alarmingly high. Central obesity in rural areas and inadequate access to primary healthcare in urban areas were the most significant predictors. Interventions should focus on improving healthcare access, promoting medication adherence and monitoring blood tension, preventive action for central obecity with dietary modifications (e.g., DASH diet), and national policies to reduce salt intake to help control hypertension and reduce associated complications. Keywords: Uncontrolled hypertension, determinant factor, central obesity, healthcare access in rural, urban,  SKI 2023 West Java

Read More
T-7376
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive