Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 314 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Huda Rahmawati; Pembimbing: Martya Rahmaniaty; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Al Asy'ari, Titi Sundari, Rosmarlina
Abstrak: TB RO telah memperparah keadaan penyakit TB dan menghambat program penanggulangan TB di Indonesia maupun dunia. Hal ini disebabkan karena angka kesembuhan pada pengobatan relatif lebih rendah, lebih sulit, mahal dan lebih banyak efek samping. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor risiko kejadian TB RO di RSPI Prof dr Sulianti Saroso Tahun 2017-2019 Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kasus kontrol, dimana perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1. Hasil penelitian yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan status HIV tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB RO. Status DM dan riwayat pengobatan TB sebelumnya memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB RO, dimana pasien dengan status DM memiliki risiko 3,3 kali lebih tinggi terjadinya TB RO (ORcrude 3,272; CI 1,244-8,749) dan riwayat pengobatan TB sebelumnya menjadi faktor paling berpengaruh terjadinya TB RO dengan ORadj=8,51; 95%CI (4,32-16,77). Kesimpulan penelitian dapat diberikan saran agar dapat disampaikan untuk memperhatikan, memberikan informasi dan dukungan pasien TB dengan DM ataupun TB saja kemungkinan terjadinya resistensi bila tidak melakukan pengobatan secara tuntas. Selain itu, sudah ada program bahwa setiap pasien TB harus diperiksa HIV dan DM,sehingga akan lebih awal mengetahui adanya komorbid pada pasien TB dan ini harus konsisten dilakukan
TB RO has exacerbated the condition of TB disease and hampered TB control programs in Indonesia and the world. This is because the cure rate on treatment is relatively lower, more difficult, expensive and has more side effects. The purpose of this study is to determine the risk factors for the incidence of TB RO at RSPI Prof dr Sulianti Saroso in 2017 - 2019 This study is a quantitative study with a case-control study design, where the ratio of cases and controls is 1:1. The results of the study, namely age, gender, occupation, education and HIV status did not have a significant relationship with the incidence of TB RO. DM status and history of previous TB treatment have a significant relationship with the incidence of TB RO, where patients with DM status have a 3.3 times higher risk of developing TB RO (ORcrude 3,272; CI 1,244-8,749) and history of previous TB treatment is the most influential factor. the occurrence of TB RO with ORadj=8.51; 95%CI (4.32-16.77). The conclusions of the study can be given suggestions so that they can be submitted to pay attention, provide information and support for TB patients with DM or TB only, the possibility of resistance if they do not complete treatment. In addition, there is a program that every TB patient must be tested for HIV and DM, so that it will be easier to find out if there are comorbidities in TB patients and this must be done consistently
Read More
T-6146
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Imam Syahputra Yamin; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Lalu Simbawara
Abstrak: Latar Belakang: Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan masalah kesehatan di Indonesia termasuk di Kota Mataram. Kasus DBD di Kota Mataram sejak tahun 2016 sampai tahun 2019 cenderung fluktuatif dimana sebagian besar pasien DBD dirawat di RSUD Kota Mataram. Kematian akibat infeksi DBD Sebagian besar terjadi pada DSS dan kematian akibat DSS dilaporkan 50 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien DBD tanpa DSS. Diagnostik yang cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu penentu penting untuk pencegahan dan pengendalian dengue, sehingga dengan mengetahui faktor risiko ini dapat mencegah/mengurangi kematian. Metode: Penelitian ini bersifat observasional dengan desain kasus control. Kasus adalah pasien DBD yang didagnosis Dengue Shock Syndrome oleh dokter yang merawat, sedangkan untuk kontrol adalah pasien DBD yang didiagnosis bukan Dengue Shock Syndrome oleh dokter yang merawat. Data penelitian diperoleh dari data rekam medis dan formular KD-RS yang dirawat di RSUD Kota Mataram dari bulan Januari 2016 sampai Desember 2020. Rancangan analisis ditujukan untuk memperoleh nilai odds ratio dilanjutkan dengan analisis multivariat untuk mengetahui faktor risiko yang dapat mendeteksi DSS lebih awal. Hasil Penelitian: Variabel yang signifikan secara statistic pada prediksi model akhir adalah variable peningkatan nilai hematokrit > baseline dengan OR= 17,1 (95% CI: 4,033-72,600), penurunan nilai trombosit < 100.000/µL dengan OR= 6 (95% CI: 2,30615,699), dan penurunan nilai leukosit < baseline dengan OR= 5,1 (95% CI: 2,20911,838). Sedangkan variabel yang paling dominan adalah variabel peningkatan nilai hematokrit > baseline dengan nilai OR= 17,1 (95% CI: 4,033-72,600) dan nilai p= 0,000.
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the Dengue virus which is a health problem in Indonesia, including in the city of Mataram. DHF cases in Mataram City from 2016 to 2019 tend to fluctuate where most of the DHF patients are treated at the RSUD Kota Mataram. Death due to DHF infection occurred mostly in DSS and mortality from DSS was reported to be 50 times higher than in DHF patients without DSS. Prompt diagnosis and appropriate treatment are important determinants for dengue prevention and control, so knowing these risk factors can prevent/reduce mortality. Methods: This study is an observational study with a case-control design. Cases are DHF patients diagnosed with Dengue Shock Syndrome by the treating doctor, while the controls are DHF patients diagnosed not with Dengue Shock Syndrome by the treating doctor. The research data were obtained from medical records and KD-RS formular data treated at the RSUD Kota Mataram from January 2016 to December 2020. The design of the analysis was aimed at obtaining the odds ratio value followed by multivariate analysis to determine the risk factors that could detect DSS early. Results: The variables that were statistically significant in the prediction of the final model were the increase in hematocrit value > baseline with OR= 17.1 (95% CI: 4.03372.600), decreased platelet value < 100.000/µL with OR= 6 (95% CI : 2,306-15,699), and decreased leukocyte value < baseline with OR= 5.1 (95% CI: 2,209-11,838). While the most dominant variable is the increase in hematocrit value > baseline with OR = 17.1 (95% CI: 4.033-72.600) and p value = 0.000
Read More
T-6191
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Warda Yussy Rha; Pembimbing: Milla Tejamaya; Penguji: Dadan Erwandi, Herni Susanti, Triyo Hartono, Dian Fitri Lestari
Abstrak: Perawat merupakan salah satu profesi yang berisiko mengalami distres. Distres pada perawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pada arena individu (jenis kelamin, usia, status pekerjaan dan masa kerja), arena kerja (ketaksaan peran, konflik peran, pengembangan karir, hubungan interpersonal, beban kerja dan lingkungan kerja), dan arena sosial (dukungan sosial dari supervisor dan dukungan sosial dari rekan kerja). Hal ini dapat memberikan dampak pada perawat seperti kelelahan, perilaku kasar, anxiety, peningkatan tekanan darah, kurangnya kepercayaan diri, penurunan efisiensi, dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah mengambarkan tingkat distres dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat distres pada perawat ruang perawatan di RSUD X Tembilahan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada Mei - Agustus 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang perawatan RSUD X Tembilahan. Distres diukur menggunakan kuesioner COPSOQ III dan NIOSH Generic Job. Data dianalisis menggunakan Chi-square dan regresi logistik ordinal. Ditemukan bahwa 28,9% perawat mengalami tingkat distres rendah, 68,9% perawat mengalami tingkat distress sedang, dan 2,2% perawat mengalami tingkat distress tinggi. Analisis regresi logistik ordinal menunjukkan bahwa perawat perempuan berisiko mengalami distres lebih tinggi dibandingkan perawat laki-laki (OR=4,03). Faktor risiko yang paling berpengaruh pada arena kerja dengan tingkat distress adalah konflik peran (OR=3,15) dan beban kerja (OR=3,8). Pengelolaan tingkat distres pada level organisasi dapat berupa melakukan pengawasan dalam pelaksanaan peraturan mengenai hak pekerja perempuan, memperhatikan deskripsi pekerjaan dan sumber daya manusia yang dibutuhkan, monitoring status kesehatan perawat, menyeimbangkan beban kerja dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki perawat, dan mengupayakan sistem reward baik berupa materi maupun apresiasi terhadap hasil kerja untuk meningkatkan motivasi bagi perawat. Sedangkan pada level individu dapat berupa melaksanakan strategi perawatan diri yang sehat, work-life balance, dan melakukan relaksasi. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah peningkatan tingkat distres pada perawat ruang perawatan di RSUD X Tembilahan
Nursing is one of the stressful professions. Distress emerged on nurses due to various factors such as in the individual arena (gender, age, marital status and work experience), the work arena (role ambiguity, role conflict, career development, interpersonal relationships, workload and work environment), and the social arena (social support from supervisors and social support from colleagues). This can have an impact on nurses such as fatigue, harsh behavior, anxiety, increase of blood pressure, lack of self-confidence, decrease in efficiency, etc. This study aims to describe the level of distress and to analyze the factors affected with the level of distress on nurse in the treatment room at X Hospital Tembilahan. This study uses a cross-sectional study design that was conducted in May-August 2022. The population in this study were all inpatient nurse in X Hospital Tembilahan. The distress level is measured using the COPSOQ III and NIOSH Generic Job questionnaires. Data are analysed using chi-square and multiple logistic regression. such as in the individual arena (gender, age, employment status and years of service), the work arena (role ambiguity, role conflict, career development, interpersonal relationships, workload and work environment), and the social arena (social support from supervisors and social support from colleagues). This can have an impact on nurses such as fatigue, rude behavior, anxiety, increased blood pressure, lack of confidence, decreased efficiency, and others. The purpose of this study was to describe the level of distress and to analyze the factors that influence the level of distress in nurses in the treatment room at X Tembilahan Hospital. This study used a cross-sectional study design which was conducted in May - August 2022. The population in this study were all nurses in the X Tembilahan Hospital. Distress was measured using the COPSOQ III and NIOSH Generic Job questionnaires. Data were analyzed using Chi-square and ordinal logistic regression. It was found that 28.9% of nurses experienced low levels of distress, 68.9% of nurses experienced moderate levels of distress, and 2.2% of nurses experienced high levels of distress. Ordinal logistic regression analysis showed that female nurses had a higher risk of experiencing distress than male nurses (OR=4.03). The most influential risk factors in the work arena with a level of distress are role conflict (OR=3.15) and workload (3.8). Management of the level of distress at the organizational level can be in the form of supervising the implementation of regulations regarding the rights of women workers, paying attention to job descriptions and human resources needed, monitoring the health status of nurses, balancing the workload with the capacities of nurses, and pursuing a reward system in the form of material as well as appreciation of work results to increase motivation for nurses. Meanwhile, at the individual level, it can be in the form of implementing healthy self-care strategies, work-life balance, and relaxation. This is needed to prevent an increase in the level of distress in nurses in the treatment room at X Tembilahan Hospital
Read More
T-6519
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nita Medy Ana; Pembimbing: Hendra; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Dede Dwicahyo Atmojo
Abstrak: Kelelahan kerja merupakan bahaya yang penting dalam berbagai sektor industri karena dampaknya yang memengaruhi kemampuan pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan aman. Sektor manufaktur, yang umumnya menerapkan sistem produksi 24 jam memiliki risiko kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan pekerja dan menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhinya di sektor manufaktur. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 110 orang pekerja pada bagian produksi di stamping plant milik PT. XYZ. Pengumpulan data akan dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner. Tingkat kelelahan pekerja akan diukur menggunakan subjective self rating test dari ifrc, data kualitas dan kuantitas tidur menggunakan kuesioner pittsburgh sleep quality index, data beban kelelahan akan menggunakan kuesioner nasa-tlx, sedangkan untuk data kebisingan akan menggunakan data sekunder perusahaan. Hasil penelitian didapatkan 47,3% dari seluruh responden mengalami kelelahan terkait dengan durasi kerja, beban kerja, kualitas tidur, dan kuantitas tidur.
Kata kunci: faktor risiko; kelelahan; manufaktur
Read More
S-9802
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natasia; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Putri Bungsu, Dian Kurnia Rabbani
S-10024
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Febrilia Dwi Lestari; Pembimbing: Helda, Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Felly Philipus Senewe, Ridho Ichsan Syaini
Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab terjadinya penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit jantung, stroke dan banyak penyakit lain yang menjadi penyebab kematian terbanyak di dunia. Hipertensi pada wanita harus mendapatkan perhatian yang serius karena mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dan dapat menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor dominan kejadian hipertensi pada wanita di daerah rural dan urban di Indonesia tahun 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey (IFLS 5 tahun 2014) dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 6.503 orang yang terdiri dari 3.675 wanita di daerah rural dan 2.828 wanita di daerah urban. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 3.675 wanita di di daerah rural terdapat 17,63% orang menderita hipertensi dan dari 2.828 wanita di daerah urban terdapat 18,14% orang menderita hipertensi. Setelah dilakukan analisis multivariat untuk melihat faktor dominan hipertensi pada wanita di daerah rural dan urban didapatkan bahwa umur sebagai faktor dominan di kedua daerah tersebut dengan masing- masing di daerah rural dengan PR= 3,16 (95%CI, 2,651-3,790) dan di daerah urban dengan PR= 3,41 (95%CI, 2,800-4,166).
Read More
T-5648
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhamad Taufik Zulfiqor; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Mila Tejamaya, Rama Devarie Likumahwa, Amori Setia
Abstrak: Penelitian ini dilakukan di PT Z dengan objek penelitian yaitu seluruh pekerja PT Z. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelelahan dengan melihat faktor risiko bukan terkait pekerjaan dan risiko terkait pekerjaan pada pekerja manufaktur di PT Z. Penelitian dilakukan pada 270 orang pekerja dengan menggunakan desian penelitian cross-sectional dengan melakukan observasi, pengisian kuisioner, melakukan pengukuran pencahayaan dengan lux meter, pengukuran kebisingan dengan sound level meter, pengukuran indeks masa tubuh dengan timbangan badan & staturmeter. Faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, indeks masa tubuh, jarak komuter, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, status kesehatan, kebiasaan merokok, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, kebiasaan olahraga, kualitas tidur, sleep hygiene), dan faktor terkait pekerjaan (shift, masa kerja, posisi / jabatan, durasi kerja, kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja panas, postur kerja janggal, tuntutan pekerjaan, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan rekan dan atasan di tempat kerja, kepuasan kerja, konflik pekerjaankeluarga, stres). Dua set kuesioner yang divalidasi digunakan untuk menilai kelelahan akut dan kronis. Tiga set kuesioner lainnya yang telah divalidasi digunakan untuk menilai kualitas tidur, psikososial, dan sleep hygiene. Sebuah model regresi logistik dikembangkan untuk setiap hasilnya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pekerja yang mengalami kualitas tidur buruk (2.84, 95% CI 1.249 - 6.481) memiliki hubungan signifikan terhadap terhadap munculnya kelelahan akut. Sedangkan kondisi pencahayaan (2.84, 95% CI 1.399 - 5.802) tempat kerja yang tidak standar dan adanya konflik pekerjaan-keluarga (3.86, 95% CI 1.086 - 13.769) berpengaruh signifikan terhadap kelalahan kronis yang dialami pekerja. Intervensi untuk mengurangi gejala kelelahan akut harus diterapkan pada faktor bukan pekerjaan (kualitas tidur), sedangkan intervensi pada kelelahan kronis harus dilalukan dengan berfokus pada faktor terkait pekerjaan (pencahayaan dan konflik pekerjaan-keluarga)
Read More
T-6423
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Christoffel Maranto
Abstrak: Kelelahan merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, termasuk industri transportasi dalam hal ini khususnya pada masinis KRL. Aktivitas yang dilakukan oleh masinis KRL memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja dikarenakan karakteristik pekerjaan dari masinis yang berisiko terpapar oleh faktor fisik (postur janggal), psikososial (usaha, peghargaan, overcommitment, pekerjaan monoton, dukungan social dari rekan kerja, atsan dan keluarga, stres kerja dan shift), dan faktor individu (umur, indeks massa tubuh, status merokok).Penelitian ini dilakukan pada masinis KRL UPT Crew Depok PT. KCI. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dangan pendekatan cross sectional. Penelitian sebelumnya terkait kejadian kelelahan kerja meneliti faktor risiko psikososial sedangkan masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko fisik. Selain itu penelitian terkait kelelahan kerja pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen kuesioner juga melakukan pengukuran secara objektif melalui pengukran Salivary Alpha Amilase (SAA) menggunakan cocorometer sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat stres dan menggunakan aplikasi sleep-2-peak untuk mengukur kelelahan kerja. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait gambaran kelelahan kerja serta mengalisis hubungan faktor fisik, psikososial, dan faktor individu terhadap kelelahan kerja pada masinis KRL PT. KCI tahun 2018.
Kata kunci: ix Universitas Indonesia Kelelahan, faktor risiko fisik, faktor risiko psikososial, masinis

Fatigue is a common occurrence in many industries, including the transportation industry in this case particularly in electric train drivers. Activities performed by commuter train drivers have the potential to cause fatigue due to job characteristics of train drivers are at risk of exposure to physical factor (awkward posture), psychosocial factores (effort, reward, overcommitment, monotonous work, social support from co-workers, supervisor and family, work related stress and shift), and individual factors (age, body mass index, smoking status). This research was carried out on the train drivers of UPT Crew Depok PT. KCI. The design of this research is quantitative observational with cross sectional approach. Previous studies have linked the incidence of work fatigue to psychosocial risk factors while only few studies have examined physical risk factors. In addition, the study related to work fatigue in general used questionnaire instrument while in this study in addition to using the questionnaire instrument also made an objective measurement through Salivary Alpha Amylase (SAA) using cocorometer as one of the indicators to measure stress levels and using sleep-2-peak applications to measure work related fatigue.This is the the background to conduct research related to the overview of work related fatigue as well as to analyze the relationship of physical factors, psychosocial, and individual factors to work related fatigue in train drivers of PT. KCI 2018.
Key word: Fatigue, physical risk factors, psychosocial risk factors, train drivers
Read More
S-9825
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Evelyn; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Muhammad Yuliansya Idul Adha
Abstrak: Skripsi ini membahas tentang analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dan nonpekerjaan terhadap kelelahan pekerja konstruksi di suatu proyek bangunan tingkat tinggidi wilayah Jakarta. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di sektorkonstruksi salah satunya kelelahan. Kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor risikopekerjaan maupun non pekerjaan. Analisis hubungan antara faktor risiko dengankelelahan yang terjadi menjadi penting sebagai baseline data dalam upaya mengurangikecelakaan di sektor konstruksi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desainpotong lintang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara faktor risiko pekerjaan: lama kerja, faktor psikososial (effort, Reward,dukungan sosial, kepuasan kerja, stress kerja) dan faktor non pekerjaan (kuantitas dankualitas tidur) terhadap terjadinya kelelahan pekerja konstruksi Proyek X.
Kata kunci:Kelelahan, konstruksi, faktor risiko pekerjaan, faktor risiko non pekerjaan
This thesis discusses the analysis of work related dan non work related risk factorstowards fatigue of construction workers in a high-rise building project in the Jakarta.Many factors that cause accidents in the construction sector, one of them is fatigue canbe affected by work and non-job risk factors. Analysis of the relationship between riskfactors and fatigue that occurs becomes important as a baseline of data in an effort toreduce accidents in the construction sector. This research is a quantitative research withcross sectional design. The results of this study indicate that there is a significantrelationship between occupational risk factors: duration of work, psychosocial factors(effort, Reward, social support, job satisfaction, work stress) and non-work factors(quantity and quality of sleep) to the fatigue of Project X construction workers.
Key words:Fatigue, construction, work related risk factor, non work related risk factor.
Read More
S-10146
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kurniasih Widayati, D.P. Putu Yuli Kurniati, G.A. Trisna Windiani
PHPMA-Vol.4/No.1
Denpasar : Universitas Udayana, 2016
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive