Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Laliyana; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Kusharisupeni, Diah Mulyawati Utari, lih Supiasih, Salimar
Abstrak:

Penelitian ini tentang analisis kandungan zat gizi dan uji hedonik cookies kaya gizi pada siswi SMPN 27 Pekanbaru. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kandungan zat gizi cookies kaya gizi dan tingkat kesukaaan remaja terhadap cookies kaya gizi. Pengumpulan data tentang kandungan zat gizi cookies menggunakan data hasil pemeriksaan laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan laboratorium gizi FKM UI Depok. Data uji hedonik cookies diperoleh dari hasil penilaian panelis (siswi kelas VIII) dalam panel konsumen uji hedonik yang meliputi penilaian warna, rasa, aroma dan tekstur terhadap tiga jenis cookies yaitu cookies plain, cookies kaya gizi tuna dan cookies kaya gizi non tuna. Analisa data untuk kandungan zat gizi cookies menggunakan analisa deskriptif, dan untuk uji hedonik menggunakan uji anova dan bonferroni test. Kandungan energi cookies kaya gizi berkisar antara 497.79-501.61 kkal/100g. Takaran saji cookies kaya gizi sebagai makanan selingan/camilan bagi remaja anemia agar memenuhi 10% kebutuhan energi remaja (235 kkal) adalah 4 - 5 keping per saji. Kandungan zat gizi lain dari cookies kaya gizi yang telah diketahui adalah lemak (24.47-25.41g/100g), protein (7.50-7.70g/100g), karbohidrat (60.53-61.89g/100g), kadar air (4.965.34g/100g), kadar abu (0.80-1.40g/100g), serat  kasar  (0.88-0.99g /100g), zat besi (4.07-8.67mg/100g), dan kandungan vitamin C (0.25-0.68mg/100g). Hasil penilaian hedonik dalam panel konsumen didapatkan bahwa rasa cookies kaya gizi tuna kurang disukai. Dan hasil penilaian aroma didapatkan bahwa aroma cookies kaya gizi tuna dan cookies kaya gizi non tuna kurang disukai. Namun secara keseluruhan baik dari segi warna, rasa, aroma, dan tekstur cookies secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p-value:0.330) kesukaan konsumen terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur dari cookies kaya gizi. Kata kunci : cookies, kandungan zat gizi, uji hedonic.


 

This study analyzes the content of nutrients and hedonic test of nutrient-rich cookies to the students of 27 Junior High School, Pekanbaru. The general purpose of this study is to describe the content of nutrients of nutrient-rich cookies and the level of preference of teenagers to the nutrient-rich cookies. The data collection over the nutrient content of cookies uses the data from the result of laboratory examination of Agricultural Technology Faculty Bogor Agricultural Institute and nutrition laboratory of Public Health Faculty University of Indonesia, Depok. The hedonic test data are obtained from the result of panelists’ assessment (eight-grade students) in the consumer panel of hedonic test over the assessment of color, flavor, aroma, and texture to three kinds of cookies namely plain cookies, tuna nutrient-rich cookies, and nontuna nutrient-rich cookies. The data analysis for nutrient content of cookies uses descriptive analysis, and for the hedonic test uses anova test and bonferroni test. The energy content of nutritious cookies is around 497.79 – 501.61 kkal/100 g. The serving portion of nutrient-rich cookies as snack for teenagers suffering from anemia should fulfill 10% of teenagers’ needs of energy (235 kkal) is 4 – 5 chips per serving. The other nutrients contained in the nutritious cookies are fat (24.47-25.41g/100g), protein (7.50-7.70g/100g), carbohydrate (60.53-61.89g/100g), water content (4.965.34g/100g), ash content (0.80-1.40g/100g), crude fiber (0.88-0.99g /100g), iron (4.078.67mg/100g), and vitamin C (0.25-0.68mg/100g). The result of hedonic test in consumer panel states that the flavor of tuna nutrient-rich cookies is less favored. And the result of aroma states that the aroma of tuna nutrient-rich cookies and non-tuna nutrient-rich cookies are less favored. However, the color, flavor, aroma, and texture of cookies statistically show no significant differences (p-value: 0.330) of the consumers’ preference to the color, flavor, aroma, and texture of nutrient-rich cookies. Keywords: cookies, nutrient content, hedonic test

Read More
T-3546
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lindayati; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Sandra Fikawati, Triyanti, Anis Irawati, Ida Ruslita
Abstrak:

Menstruasi pertama atau menarche adalah tanda dimulainya haid yaitu keluamya cairan darah berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Secara umum menarche merupakan dimulainya kematangan kapasitas reproduksi seorang wanita dengan ditandai berkembangnya karakteristik seksual sekunder seorang wanita. Keadaan ini menandakan kesiapan seorang wanita untuk berhubungan seksual, hamil dan melahirkan. Jika dalam usia remaja telah terjadi kehamilan maka akan terjadi kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan gizi antara kebutuhan untuk bertumbuh remaja itu sendiri dengan kebutuhan gizi untuk janin yang dikandungnya. Dengan demikian akan terjadi kekurangan gizi diantara keduanya, akan terjadi gizi kurang dan anemia untuk ibunya sedangkan untuk bayi akan lahir dengan berat badan rendah. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi tentang hubungan faktor berat badan lahir, status gizi (IM1) dan pola konsumsi iemak, persen lemak tubuh, sosial ekonomi orangtua, umur menarche ibu keterpaparan media massa dan aktivitas olahraga dengan umur menarche remaja putri 9- 15 tahun di Perunmas Kp Baru Kota Pariaman. Waktu penelitian pada bulan Maret - April 2007 dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik. Besar sampel sebanyak 255 remaja putri. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dari univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel status menarche (chi square) dan multivariat untuk mengetahui fuktor yang paling dominan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan dari 255 responden sebanyak 158 orang (61,9 %) telah menarche. Rata- rata umur menarche adalah 12,1 ± 0,91 tahun. Umur menarche termuda 9,2 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Berat badan lahir responden lebih besar atau sama dengan 2.500 gram (86,5 %), status gizi responden kategori normal (78,8 %), persen lemak tubuh kategori normal (62,4%) , FFQ konsumsi lemak dengan kategori sering berturut-turut !auk hewani, !auk nabati dan makananjajanan (53,3 %, 50,5% dan 52,6 %), pendidikkan orangtua SLTA (41,2 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan lahir, status gizi, persen lemak tubuh, Frekuensi lauk nabati, uang jajan, status pekerjaan ayah dan aktivitas olahraga dengan status menarche. Dari basil uji multivariat terdapat 4 variabel independen berhubungan secara be!lilllkna dengan status menarche yaitu variabel status gizi, frekuensi lauk nabati, berat badan lahir, dan persen lernak tubuh dengan status menarch. Status gizi rnerupakan faktor yang paling dominan. Rernaja dengan status gizi baik lebih cepat menarche 11,320 kali dibandingkan remaja dengan status gizi kurang setelah dikontrol oleh, persen lemak tubuh, berat badan lahir dan frekuensi !auk nabati. Oleh sebab itu disarankan untuk rneningkatkan program promosi kesehatan khususnya kebutuhan gizi remaja untuk menanggulangi kekurangan gizi yang berakibat teljadinya berat badan lahir rendah. Program promosi gizi dan kesehatan reproduksi sudah harus diberikan sedini mungkin, karena remaja mernerlukan persiapan gizi yang baik untuk menjadi calon ibu untuk dapat melahirkan anak dengan berat badan bayi lebih besar dari 2.500 gram.


First menstruation or menarche is a sign of menstruation started when blood drew from process of uterus partition shedding which have some blood vessel. In general menarche is a maturity of women's reproduction capacity which signed by women's secondary sexual grow. In this condition, women ready for sexual activities, pregnant and get birth. This a faster women get menarche the sooner they can do active sexual activities, pregnant and birth deliveri. If young girls had pregnant can be competition in nutrient need between young girl's needed and fetoes needed that hers pregnancies on the other hand. So can be malnutrition all of them, calories protein malnutrition and anemia for young girls and giving low birth weight for the baby. This research's aim to have some information about the relation of birth weight, nutrition status (BMI), body fat percentage, fat consumption, the girls snack cost, mother's menarche age, parent's social economic (education, occupation, income of parents,have children, nwnber of family size, cost of day food) explanted of information of adult's mass media and sport activities with menarche status of young girls 9 - 15 years old in Perumnas Kp Baru Pariaman City. Research Period on March - April 2007 by cross sectional design and descriptive analytic. The nwnber of samples are 255 young girls is taken randomly from the estate. The data analysis including univariate, bivariate (chi square) and multivariate (multiple logistic regression). The finding of result are found that 255 respondent, 158 samples (61,9 %) have menarche. The average of the age of menarche 12,1± 0,91 years. The youngest age of menarche 9,2 years old and the oldest is 14 years. Birth weight respondent 2.500 grams (86,5 %), nutrition status respondent in normal category (78,8 %), body fut percentage in normal category (62,4 %), Frequency fat conswnption with category often in succession animal fat, vegetables fut and snack (53,3 %, 50,5 %, and 52,6 %), parent's education categories are senior high school (41,2 %). Bivariat analysis result shows significant relation between birth weight, nutrition status, body fat percentage , Frequency of vegetable fat, the girls snack cost, father job's status and sport activities with menarche status. According to result of multivariate research, there's 4 independent variable that significant relation with menarche status that are birth weight, nutrition status variable, frequency of vegetable fat and body fat percentages with menarche status. The dominant factor is nutrition status because the Odds Ratio value of nutrition status is the highest than others variables. Young girls whose good nutrition status occurring of menarche 11,320 times than young girls whose under nutrition status after controlled birth weight, body fat percentages and frequency of vegetables fat variables. We suggest to promote teenager nutrient needs and the risks/ danger of food lack and teenager reproduction health information has known in earlier age,because young girls needs good nutrition preparing tobe good mother whose have a baby birth weight more than 2.500 grams.

Read More
T-2579
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Denny Nugraha; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyanti, Iman Sumarno, Yuswati
T-2641
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulia Astri Fitri Dwi Hapsari; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Pengji: Rita Damayanti, Enny Zuliatie
S-4812
Depok : FKM-UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cynthia Caroline; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Triyanti, Tri Hadiah Herawati
S-5464
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Woro Triastuti; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: H.E. Kusdinar Achmad, Ida Ruslita
Abstrak: Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambaran, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian dari kemasan pangan (PP No.9 tahun 1999). Pelabelan telah diperhatikan khusus pemerintah Indonesia. Hal ini telah dibuktikan dengan dikeluarkanya Undang-Undang tentang label makanan sejak tahun 1985, yang kemudian direvisi setelah melalui beberapa tahap dan kembali dipublikasikan sebagai acuan pelabelan untuk semua produk makanan atau minuman yang dijual di Indonesia yaitu dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan. Pangan kemasan harus memenuhi syarat keamanan, ini berarti proses pembuatannya perlu dilakukan secara berhati-hati dan wajib memenuhi standar keamanan pangan.
 
 
Obesitas adalah salah satu tantangan kesehatan yang paling menakutkan dari Abad 21 Hal ini terkait dengan 100-400.000 kematian per tahun. Antara 1986 dan 2000, prevalensi parah obesitas (indeks massa tubuh (IMT) 40 kg/m2) Empat kali lipat di Amerika. Dewasa dengan IMT 50 kg/m2 (Super-obesitas) meningkat pada tahun 2000. Anak-anak dan remaja mengalami nasib serupa karena tidak membaca label pangan sebelum membeli. Di masa lalu 30 tahun, prevalensi kelebihan berat badan pada kelompok usia anak telah hampir tiga kali lipat. Saat ini, 9 juta anak usia lebih dari 6 tahun usia dianggap obesitas (Walker, 2005).
 
 
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga melalui media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang tepat sehingga informasi ini dapat berkelanjutan. Metode yang digunakan pada intervensi ini yaitu pre eksperimental. Dimana sasaran mendapat perlakuan berupa penyuluhan untuk Ibu Rumah Tangga. Sebagai bagan evaluasi, diukur mengguakan pre test dan post test. Media yang digunakan berupa lembar balik bergambar, booklet, kartu simulasi (permainan ular tangga). Intervensi dilakukan selama 2 bulan (Oktober-November). Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan berdasarkan kesepakatan dengan ibu rumah tangga dimasing-masing RW.
 
 
Intervensi dilakukan pada 15 RW pada lingkungan perumahan (05, 07, 08, 13 dan 15) yang meliputi 5 posyandu dan pada lingkungan pemungkiman padat (01, 02, 03, 04, 06, 09, 10, 11, 12 dan 14) yang meliputi 11 posyandu. Ibu rumah tangga yang mengikuti penelitian sebanyak 155 orang, umur ibu rumah tangga dengan rata-rata (mean) 38 tahun lebih banyak 54% diatas 38 tahun, untuk distribusi status pekerjaan responden lebih banyak 79% responden yang tidak bekerja atau lebih banyak 77.4% matapencaharian responden sebagai ibu rumah tangga biasa, dan untuk distribusi pendidikan lebih banyak 56% responden tamat pendidikan > 9 tahun.
 
 
Untuk status gizi responden diketahui lebih banyak yang obesitas 62% setelah pengukuran IMT dan praktik membaca label pangan responden yang menjawab Ya hasilnya berdasarkan beberapa kriteria antara lain : pentingnya membaca label pangan secara keseluruhan sebelum membelinya sebanyak 89% ; pentingnya membaca informasi kegunaan produk pada label pangan sebanyak 89% ; pentingnya membaca informasi tanggal kadaluarasa produk pada label pangan sebanyak 17% ; pentingnya membaca informasi komposisi dan nilai gizi produk pada label pangan sebanyak 53% ; jenis zat gizi untuk pencegahan kegemukan dan obesitas pada zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) sebanyak 88% dan pada zat gizi mikro (mineral dan vitamin) sebanyak 10% dapat dilihat hasil rata-rata nilai pre-test ibu rumah tangga sebesar 5,46 ada 50% dan post test sebesar 7,57 ada 59% dan retensi ibu rumah tangga sebesar 7,65 ada 56%.
 
 
Kesimpulannya yaitu, adanya perubahan pengetahuan yang signifikan dari hasil pre-test ke pos-test pada responden dengan nilai P=0,001 atau P < 0.05 pada variabel pengetahuan artinya ada perbedaan yang signifikan pengetahuan antara hasil pre-test dengan hasil pos-test. Berarti ada perubahan pengetahuan dari hasil pre-test ke hasil pos-test mengalami peningkatan yang signifikan. Adanya perubahan pengetahuan yang signifikan dari hasil pos-test ke retensi pada responden dengan nilai P=0,032 atau P < 0.05 pada variabel pengetahuan artinya ada perbedaan yang signifikan pengetahuan antara hasil pos-test dengan hasil retensi. Berarti ada perubahan pengetahuan dari hasil pos-test ke hasil retensi mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk hubungan antara karakteristik (umur, status pekerjaan dan pendidikan) dengan pengetahuan (hasil pos-test) terhadap praktik membaca label pangan. Hasil uji statistik variabel umur dan status pekerjaan diperoleh nilai P>0.05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik (umur dan status pekerjaan) dengan pengetahuan (hasil pos-test) terhadap praktik membaca label pangan atau semua responden dengan perbedaan karakteristik yang dimiliki sama-sama mampu dalam membaca label pangan sebelum membeli. Untuk hasil uji statistik variabel status pendidikan diperoleh nilai P 9 tahun memiliki kemampuan lebih baik dan teliti dalam membaca label pangan sebelum membeli.
 

Food label is any information about the food in the form of images, text, a combination of both, or other form that is included in the food, entered into, affixed to, or is part of the food packaging (PP # 9 in 1999). Labeling has been specifically noted the Indonesian government. It has been proved by dikeluarkanya Law on food labels since 1985, which was then revised after going through several stages and re-published as a reference labeling for all food or beverage products sold in Indonesia is the Indonesian Government Regulation number 28 year 2004 concerning security, food quality and nutrition. Food packaging must meet the security requirements, this means that the manufacturing process needs to be done carefully and must meet food safety standards.
 
 
Obesity is one of the most daunting health challenges of the 21st Century 100-400000 This is related deaths per year. Between 1986 and 2000, the prevalence of severe obesity (body mass index (BMI) 40 kg/m2) Four times in America. Adults with a BMI of 50 kg/m2 (super-obese) increased in 2000. Children and adolescents experiencing a similar fate for not reading the food labels before buying. In the past 30 years, the prevalence of overweight children in the age group has nearly tripled. Currently, 9 million children aged over 6 years of age are considered obese (Walker, 2005). This study aims to increase knowledge through the media housewife Communication, Information, Education and Communication (IEC) is appropriate that this information can be sustained. The method used in the pre-experimental intervention. Where the target extension to be treated Housewife. As the chart evaluation, measured uses the pre test and post test. Media used in the form of pictorial flip chart, booklets, cards simulations (games snake ladder).
 
 
Interventions carried out for 2 months (October-November). Time and place of execution adjusted by agreement with housewives enter the respective RW. Interventions carried out at 15 RW on housing environment (05, 07, 08, 13 and 15) which includes 5 posyandu and the environment pemungkiman solid (01, 02, 03, 04, 06, 09, 10, 11, 12 and 14) that includes 11 posyandu. The housewife who follow the research as much as 155 people, aged housewife with an average (mean) 38 years 54% more over 38 years, for the distribution of employment status of respondents 79% more respondents who are not working or 77.4% more livelihood respondents as an ordinary housewife, and for more educational distribution 56% of respondents completed education> 9 years.
 
 
For the nutritional status of the respondents who are obese are more known to 62% after IMT measurement and practice reading the food label of respondents who answered Yes the results based on several criteria, among others: the importance of reading food labels before buying a whole as much as 89%; the importance of reading the usefulness of the information on labels of food products as much as 89%; the importance of reading the information on food labels kadaluarasa product on as many as 17%; the importance of reading the composition and nutritional value information on the labels of food products as much as 53%; kinds of nutrients for the prevention of overweight and obesity in macro nutrients (carbohydrates, proteins and fats ) as much as 88% and the micronutrients (minerals and vitamins) can be seen as much as 10% of the average value of the pre-test housewife there is 50% for 5.46 and 7.57 for post test there are 59% and retention of women household of 7.65 there is 56%.
 
 
The conclusion is, there are significant changes in knowledge of the pre-test to post-test on the respondent with a value of P = 0.001 or P 0.05 which means there is no significant relationship between the characteristics (age and employment status) with knowledge (post-test results) against the practice of reading the food label or all of the respondents held the same characteristic differences are both capable of reading food labels before buying. For the statistical test results obtained by educational status variable P value 9 years of age have better abilities and meticulous in reading food labels before buying.
Read More
S-6934
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Afiatul Rahmi Fatty; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Nurfi Afriansyah, Trini Sudiarti
S-7536
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
RR Hertisa Kusuma Putri; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Ida Ruslita
S-7004
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Habsah; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Nurfi Afriansyah, Ratu Ayu Dewi Sartika
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Mi basah merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
 
karena praktis, mudah diolah serta dapat disajikan dengan cepat. Kadar airnya
 
dapat mencapai 52% sehingga daya tahan simpannya relatif singkat. Boraks dan
 
formalin adalah bahan pengawet yang menjadi pilihan untuk mengawetkan mi
 
basah agar tahan lama, padahal sebenarnya penggunaannya dalam makanan
 
dilarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan pedagang
 
berpengaruh terhadap perilaku penambahan boraks dan formalin pada mi basah.
 
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross
 
sectional dan percobaan uji boraks dan formalin pada mi basah (mentah dan
 
matang) dilakukan di laboratorium gizi FKM UI. Gambaran karakteristik
 
pedagang di kantin sebanyak 55% berumur 41-65 tahun, 55% adalah laki-laki,
 
55% berpendidikan SMA, pada kelompok pedagang mi mentah dan matang
 
mempunyai rata-rata pengetahuan 74% meliputi pengetahuan mengenai BTP,
 
boraks dan formalin. Berdasarkan 20 sampel yang diperiksa, ditemukan 4 sampel
 
mi mentah positif mengandung boraks dan 7 mi matang positif mengandung
 
boraks dan formalin. Berdasarkan pengamatan ciri fisiknya, mi basah yang
 
mengandung boraks dan formalin mempunyai ciri yaitu teksturnya kenyal, lebih
 
mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus, bau menyengat, tahan disimpan
 
dalam suhu kamar. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
 
pedagang mi basah sudah mengerti tentang boraks dan formalin. Walaupun
 
demikian, masih banyak pedagang yang tetap menggunakannya, meskipun
 
penggunaan boraks dan formalin dalam makanan dilarang.
 

 
Abstract
 
 
Wet noodles is type food often consumed by people everyday because it is
 
daily practice, easily processed and can be served quickly. It contains water in
 
which can reach 52%, so that the durability is relative short. Borax and formalin
 
are preservative of choice for preserving wet for durability, when in fact they use
 
is prohibited in food. The aims of this study was determine whether knowledge of
 
wet noodle sellers affected the bahaviot of addition of borax and formalin in wet
 
noodles. This study is a quantitative study using cross sectional design. The result
 
of this study showed most characteristic features of respondents age 41-65 years
 
45%, 55% male, 55% high school education, good knowledge of food additives
 
46% for fresh noodle respondents and 56 for wet noodle respondents, being
 
knowledgeable about borax 100% for fresh and wet noodle respondents, good
 
knowledge of formalin 28,6% for wet noodles respondents. Based on 20 samples
 
af wet noodles are examined, 4 fresh noodles found contain borax and 7 wet
 
noodles contain borax and formalin. Based on abservation of physical
 
characteristics, wet noodles containing borax and formalin has a chewy texture,
 
more shiny, not sticky, and not broken easily. Pungent odor and can be retained
 
on temperature room. Conclusion this study proves level of knowledge of
 
behavior and from results of laboratory tests showed the persistence of wet
 
noodles seller sell wet noodles was contain borax and formalin.
 
Read More
S-7369
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Naharannisa Ayuningtyas; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Ratu Ayu Dewi sartika, Ida Ruslita
Abstrak: Makanan gorengan digemari karena memiliki rasa yang gurih serta cara pengolahan yang praktis. Rata-rata konsumsi lemak penduduk Indonesia sebanyak 47,2 gram per hari. Tempe merupakan bahan makanan yang cara pengolahannya sering digoreng. Jumlah minyak yang terserap dalam makanan gorengan khususnya tempe goreng perlu diperhatikan agar jumlah minyak/lemak yang dikonsumsi tidak melebihi dari anjuran 5 sendok makan per hari. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menganalisis persentase kehilangan berat dan kadar minyak pada tempe goreng berdasarkan faktor ketebalan yaitu tipis dan tebal, serta faktor teknik menggoreng meliputi shallow frying dan deep fat frying. Penelitian menggunakan metanol sebagai pelarut organik untuk mengukur kadar minyak/lemak. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan perentase kehilangan berat dan kadar minyak secara signifikan pada perlakuan. Namun, persentase kehilangan berat sebesar 16,2% dan kadar minyak sebesar 61,20% (wet basis) lebih besar pada tempe yang digoreng dengan perlakuan tipis-deep fat frying. Berdasarkan hasil ini, konsumen diharap memperhatikan jumlah dan dimensi makanan gorengan yang dikonsumsi serta teknik menggoreng yang dipakai. Kata kunci: Kehilangan berat, kadar minyak, tempe goreng, ketebalan, teknik menggoreng Fried foods still become favourable foods because of salty taste and simple food processing. Fat consume average of Indonesian people about 47,2 grams per day. Tempeh is one of food that is mostly fried. The amount of oil absorbed by foods especially tempeh is need to be calculated so that it is not over than 5 tablespoons of oil per day. This experiment study aimed to analyze weight loss and oil content on fried tempeh based on its thickness, thin and thick, and also frying technique which are shallow frying and deep fat frying. The experiment used methanol as organic solvent to measure oil content. As the result, there is no significant difference of weight loss and oil content by experiment. However, the weight loss for about 16,2% and the oil content for about 61,20% (wet basis) is much higher in thin-deep fat frying tempeh. Based on this result, consumer needs to pay attention for the amount and its dimension of fried foods consumed and frying technique used. Key words: Weight loss, oil content, fried tempeh, thickness, frying technique
Read More
S-8701
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive