Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Thresya Febrianti; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah Masjkuri; Penguji: Renti Mahkota, Kardinah, Niken Wastu Palupi
T-4209
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Okta Wismandanu; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah Masjkuri; Penguji: Helda, Renti Mahkota, Selma Arsit Selto Siahaan
Abstrak: Praktik swamedikasi antibiotik dapat menimbulkan masalah kesehatanmasyarakat seperti munculnya efek samping yang tidak diinginkan akibatkesalahan pengobatan serta masalah resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui prevalensi swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yangmenyimpan obat di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan denganswamedikasi antibiotik di Indonesia.Studi ini merupakan studi cross sectional yang diambil dari Riskesdas 2013.Analisis dilakukan dengan cox regresi untuk mengetahui nilai hubungan (PRR)antara area tempat tinggal, waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, kepemilikanasuransi dan status ekonomi dengan praktik swamedikasi antibiotik pada rumahtangga di Indonesia.Prevalensi praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpanobat di Indonesia adalah 57,3%. Berdasarkan analisis multivariate, faktor-faktoryang berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik adalah area tempattinggal, jarak ke fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan meskipunnilai hubungan ini sangat kecil dengan nilai PRR 0,894 (95% CI 0,876-0,912).0,931, 95% CI 0,931-0,969 dan 1,085, 95% CI 1,063-1,107) secara berturut-turut.Status ekonomi rumah tangga tidak berhubungan dengan praktik swamedikasiantibiotik.Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan mengenai obat dan penggunaannyasecara tepat perlu dilakukan terutama untuk masyarakat agar perilaku praktikswamedikasi antibiotik tidak lagi dilakukan.Kata Kunci: Swamedikasi, Antibiotik, RISKESDAS, Cross Sectional, CoxRegresi.
Read More
T-4582
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leny; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah Masjkuri; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Evie Martha, Eulis Wulantari, Christina Widaningrum
Abstrak: Abstrak

Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.

Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.

Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).


Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.

Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate

Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).

Read More
T-3850
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nipsyah Lega; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah Masjkuri; Penguji: Asri C. Adisasmita, Mohammad Baharuddin, Rusmiyati
Abstrak:

ABSTRAK

BBLR merupakan indikator multidimensi yang penting untuk mengukur masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia, prevalensi BBLR mengalami penurunan yang lambat padahal BBLR memberi beban ekonomi yang tinggi bagi negara. Komplikasi kehamilan dianggap sebagai determinan penting terjadinya BBLR di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komplikasi kehamilan terhadap kejadian BBLR pada anak terakhir yang lahir hidup di Indonesia tahun 2007 setelah dikontrol seluruh confounding. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional seperti desain sumber data SDKI 2007. Populasi sumber penelitian ini diambil dari 33 provinsi yang diambil dengan metode stratified two stage cluster sampling, sehingga peneliti melakukan analisis Complex sampling. Study participants dalam penelitian ini sebanyak 9.339 responden (11.839 responden sebelum dilakukan pembobotan).

Hasil analisis

diketahui prevalensi BBLR sebesar 5,3%, prevalensi komplikasi kehamilan 11,5% (1,3% mules sebelum 9 bulan, 2,2% perdarahan, 0,6% demam tinggi, 0,1% kejang dan pingsan, 5,8% komplikasi lainnya, dan 1,2% mengalami lebih dari 1 komplikasi kehamilan), dan prevalensi BBLR pada ibu yang mengalami komplikasi kehamilan sebesar 11,5%. Analisis multivariat Logistic regression didapatkan adanya peningkatan PR komplikasi kehamilan terhadap BBLR sebesar 3,184 (CI 95% 1,058 - 4,112) setelah dikontrol variabel confounder umur ibu saat melahirkan, jarak kelahiran, status paritas, riwayat BBLR, pendidikan ibu, tempat tinggal, lahir kembar dan jumlah kunjungan ANC serta mempertimbangkan interaksi antara komplikasi kehamilan dengan status paritas. Jenis komplikasi kehamilan yang paling mempengaruhi terjadinya BBLR adalah demam yang tinggi (POR 6,098 CI 95% 0,4206 ? 7,3606), mules sebelum 9 bulan (POR 5,113 CI 95% 0,22984 ? 6,05784).


ABSTRACT

Low birth weight is an important indicator to measure multidimensional health problems in the community. In Indonesia, the prevalence of low birth weight decreased slowly while LBW become a high economic burden for the country. Complications of pregnancy considered as an important determinant of the LBW in developing countries. This study aimed to determine the effect of pregnancy complications to LBW in Indonesia on 2007 after controlling all confounders. This study use cross-sectional design as the data source IDHS 2007. The source population of this study were taken from 33 provinces which drawn with a two-stage stratified cluster sampling, so the researchers conducted an analysis Complex sampling to prevent bias. Study participants in this study were 9.339 respondents (11.839 respondents prior to weighting).

Results of analysis

show LBW prevalence was 5.6%, 11.5% prevalence of pregnancy complications (1.3% abdominal contraction before 9 months, 2.2% bleeding, 0.6% of high fever, 0.1% seizures and fainting, 5,8% other complications, and 1.2% had more than one pregnancy complication), and 11.5% LBW in women with pregnancy complications. Pregnancy complications were associated with low birth weight. Multivariate logistic regression analysis showed that pregnancy complications women were 34 times more likely to delivered LBW (POR 2,507, 95% CI 1,982-3,173). LBW also associated with maternal age, birth interval, previous abortion, maternal education, wealth index, twins and antenatal visit. Types of pregnancy complications that mostly affecting the LBW are high fever (POR 6,098 CI 95% 0,4206 ? 7,3606), abdominal contraction before 9 months (POR 5,113 CI 95% 0,22984 ? 6,05784).

Read More
T-3862
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dedeh Syaadah; Pembimbing: Nuning MK Masjkuri; Penguji: H E Kusdinar Achmad, Evi Martha, Wisnu Hidayat, Alih Germas
Abstrak:

Dalam rangka mewujudkan desa siaga, Propinsi Jawa Timur awal tahun 2007 melatih tenaga kesehatan Pos Kesehatan Desa (Poskcsdes) yang diselenggarakan di masing-masing kabupaten, dengan menggunakan standar berupa km-ikulzun hasil revisi dari kurikulum nasional yang diterbitkan Pusat Pendidikan dan Peiatihan SDM Kesehatan (Pusdiklat). Pelatihan yang dilaksanakan sebelum dilakukan Qualify Control sehingga belum diketahui penerapan standar oleh masing-masing angkatan Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan penerapan standar pada faktor input dan proses terhadap hasil evaluasi peserta pelatihan tenaga kesehatan Poskesdes di Propinsi Jawa Timur. Desain penelitian berupa porong lintang pada 62 angkatan pelatihan tenaga kesehatan Poskesdes yang dilaksanakan di 19 kabupaten wilayah Propinsi Jawa Timur. Analisis data menggunakan kai kuadrat, anova dan regresi linear ganda. Hasil penelitian didapat bahwa baru 71% angkatan yang dapat menerapkan standar sesuai ketentuan pada faktor input, dan 61,3% yang dapat menerapkan standar sesuai ketentuan pada faktor proses. Faktor output (hasil evaluasi) yaitu berupa selisih rata-rata nilai post dan pre test per-angkatan mempunyai nilai mean (rata-rata) sebcsar 12,17, median (nilai tengah) sebesar I 1,23 dengan standar deviasi sebesar 5,52. Sedangkan nilai minimunmya 2,67 dan maksimumnya sebesar 24,97. Hasil analisis hubungan antara faktor inpuf dan proses terbukti signifikan (nilai p = 0,021) dengan OR = 3,75 berarti setiap angkatan yang mempunyai faktor input sesuai ketentuan mempunyai peluang 3,75 proses pelatihannya pun akan sesuai ketentuan. Hasil evaluasi (jaktor out 'put) tertinggi (16,18) diperoleh oleh angkatan yang faktor input dan prosesnya sesuai ketentuan. Variabel yang berpengaruh terhadap faktor out put (hasil cvaiasi) adalah metode pelatihan, dinamika kelompok, alat bantu dan peserta pelatihan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata faktor out put berupa selisih antara nilai rata-rata post dan pre test meningkat pada setiap angkatan. Faktor input ada hubungannya dengan faktor proses. Hasil evaluasi tertinggi diperoleh pada angkatan yang faktor input dan prosesnya sesuai ketentuan. Variabel yang berpengaruh pada faktor out put adalah metode pelatihan, dinamika kelompok, alat bantu dan peserta pelatihan. Berhubung pt;serta pelatihan bervariasi, oleh karena itu disarankan agar metoda dan al::t bantu yane digunakan selain disesuaikan dengan tujuan pelatihan juga disesuaikan dengan dasar pendidikan peserta. Dir.as Kesehatan Kabupaten bendaknya menerapkan standar yang telah ditentukan. Dalam merevisi kurikulum seyogyanya Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur melibatkan penanggung jawab program, dalam hal ini Pusdiklat sehingga diharapkan ada kesamaan persepsi dalam mewujudkan terlaksananya Poskesdes. Pusdiklat hendaknya menentukan ketentuan penggunaan kurikulum dengan standar nasional.


In order to achieve Village Alert, iu the early 2007 East Java Province trained health persvnnel of village health station in each district by using standard such as revision curricuium published by Health Training and Education Center. The training was conducted before quality control was applied so that the standard implementation was not recognized ytt in each class of graduation. The study was aimed to obtain the description of relation of standard application in input and process factors toward the evaluation result participants on health personnel training of health village station in East Java Provine. Study design was cross sectional among 62 classes of graduation of training of personnel village health station that conducted in 19 districts at East Java Province. The study used chi square, anova, and double linier regression analysis. The stuuy resulted that only 71% of graduation who can implement the standard based on the input stipulation, and 61.3% of them can implement the standard based on the process factor stipulation too. Out put factor (the result of evaluation) is the ratio of post value average and pre test per graduation, has mean about 12.17, median 11.23 and Deviation Standard is 5.52 while the minimum values is 2.67 and the maximum is 24.97. The analysis result of the relation between input and process factor has improved significantly (the value of p is 0.021) with Odd Ratio is 3.75. It means that every graduation who has input factor based on the stipulation has chance 3.75 and the process training will appropriate with the stipulation. The highest of out put factor is 16.8 it is gotten by the graduation whose input and process factor based on the stipulation. The variables of factor process which in influenced toward out put factor (evaluation result) are training method, dynamic group, instrument, and Master of Training (MOT) participation. The result of this result concludes that the average of output factor is the ratio between post value average and pre test is increasing in each graduation. There is a relation between input and process is according to the stipulation. The variables which influenced to out put factor are training method, dynamic group, instrument and MOT participation. Considering with the variety of training participants, it was recommended that the too! and method used should be appropriate with the training objectives and participants. The Health Office should apply the standard. In revising the curriculum, the Health Office cf East J1!va Province should involve program coordinator that is Health Training and Education Center in order to have the same perception in providing Village Health Station. Training and Education Center should determine the curriculum that in line with national standard as well as the criterion of location in conducting the training for Health Personnel of Village Health Station.

Read More
T-2647
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rosita; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah Masjkuri; Penguji: Penguji: Tri Yunis Miko, Yuliandri
S-5549
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Angga Berliana Dewi; Pembimbing: Nuning MK Masjkuri; Penguji: Lukman Hakim Tarigan, Soedjono
S-5519
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive