Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Rofingatul Mubasyiroh; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Kusharisupeni, Felly Philips Senewe, Erna Mulati
T-4067
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yanti Kamayanti Latifa; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Ratna Djuwita, Diah Mulyawati Utari, Yuminar Usman, Cendekia Sri Muwarni
T-4128
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Paulina Magdalena Nainggolan; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Renti Mahkota, Punto Dewo, Nikson Sitorus
Abstrak:
Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27% (tahun 1995) menjadi 36,3% (tahun 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun.
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisis data multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8%. Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4%. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan sedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalam menyebabkan hipertiroid.
Kata Kunci: Hipertiroid; Paparan asap rokok; Pendidikan; Riskesdas 2013.
Read More
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisis data multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8%. Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4%. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan sedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalam menyebabkan hipertiroid.
Kata Kunci: Hipertiroid; Paparan asap rokok; Pendidikan; Riskesdas 2013.
T-4988
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Edwin Rohadi; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Ratna Djuwita Hatma, Punto Dewo
Abstrak:
Salah satu Penyakit Tidak Menular yang terus mengalami peningkatan adalah hipertensi. Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena hipertensi paling sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hasil Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, penderita hipertensi yang terdiagnosis hanya 36,8%, sedangkan yang tidak terdiagnosis sebanyak 63,2 %. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah pola makan. Pola makan tinggi lemak, tinggi natrium, kurang serat dan rendah kalium dapat berisiko menyebakan terjadinya hipertensi. Menjaga pola makan dari kebiasaan makan berisiko dapat mencegah terjadinya hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola makan berisiko dengan kejadian hipertensi grade 1 di posbindu ptm pada 5 Puskesmas di Kota Banjarmasin Desain penelitian ini adalah cross sectional ,menggunakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 326 orang. Subjek penelitian ini peserta posbindu ptm pada 5 Puskesmas di Kota Banjarmasin berusia ≥ 20 tahun keatas
Read More
T-5493
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Anggun Pratiwi; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Ratna Djuwita Hatma, Cut Putri Arianie
Abstrak:
Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama karena berkontribusi pada angka kesakitan dan kematian dunia. Prevalensi hipertensi terus meningkat dan lebih banyak ditemukan pada kelompok wanita. Obesitas merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Masa menopause pada wanita diduga ikut berkontribusi terhadap kejadian hipertensi namun pengaruhnya masih menjadi perdebatan. Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1 baik pada wanita premenopause dan postmenopause di Indonesia. Sebanyak 8.047 responden wanita yang berumur 18-57 tahun diteliti. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sumber data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 Tahun 2014.
Hasil analisis multivariat dengan modifikasi cox regression menunjukkan bahwa risiko wanita obesitas untuk menderita hipertensi derajat 1 sebesar 1,80 kali (95% CI 1,57-2,06) dibandingkan wanita yang tidak obesitas. Pada wanita premenopause, obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi derajat 1 sebesar 1,67 kali (95% CI 1,43-1,94). Risiko yang lebih besar tampak pada kelompok wanita postmenopause dengan besar risiko obesitas terhadap kejadian hipertensi derajat 1 sebesar 2,32 kali (95% CI 1,69-3,19). Perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi melalui program GERMAS dan pemaksimalan peran posbindu PTM. Masyarakat khususnya wanita perlu menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku CERDIK sejak usia dini.
Read More
Hasil analisis multivariat dengan modifikasi cox regression menunjukkan bahwa risiko wanita obesitas untuk menderita hipertensi derajat 1 sebesar 1,80 kali (95% CI 1,57-2,06) dibandingkan wanita yang tidak obesitas. Pada wanita premenopause, obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi derajat 1 sebesar 1,67 kali (95% CI 1,43-1,94). Risiko yang lebih besar tampak pada kelompok wanita postmenopause dengan besar risiko obesitas terhadap kejadian hipertensi derajat 1 sebesar 2,32 kali (95% CI 1,69-3,19). Perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi melalui program GERMAS dan pemaksimalan peran posbindu PTM. Masyarakat khususnya wanita perlu menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku CERDIK sejak usia dini.
T-5682
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Soraya Hidayati; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Helda, Ririn Saptorini
Abstrak:
Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus COVID -19 setiap harinya terus bertambah dan terus muncul varian virus COVID yang baru. Lebih dari 80% kematian karena COVID-19 terjadi pada penderita yang berusia di atas 65 tahun dan memiliki riwayat komorbid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktorfaktor yang dapat meningkatkan risiko kematian COVID-19 pada pasien lansia yang melakukan rawat inap di RSUD Karanganyar Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari file data base rekam medis pasien rawat inap di RSUD Karanganyar yaitu sebanyak 322 pasien lansia Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk menguji hubungan variabel independen jenis kelamin, TBC paru, diabetes mellitus, ginjal kronis, stroke, dan jantung dengan kematian pasien COVID-19 lansia sebagai variabel dependennya Sebanyak 61 (18,9%) pasien COVID-19 lansia meninggal dunia. Sebanyak 33 (54,1%) pasien lansia adalah perempuan
Read More
T-6404
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dara Puspita Dewi; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Syahrizal Syarif, Hario Baskoro
Abstrak:
Covid-19 telah mewabah ke hampir seluruh negara di dunia selama lebih dari satu tahun. Case Fatality Rate (CFR) dan Recovery Rate (RR) penyakit digunakan untuk menilai tingkat keparahan, risiko pada populasi dan mengevaluasi mutu fasilitas pelayanan kesehatan. Status gizi dapat memperburuk prognosis penyakit, ketahanan hidup, dan memperpanjang lama rawat inap. Obesitas menyebabkan morbiditas yang lebih tinggi saat perawatan di rumah sakit seperti kegagalan sistem pernafasan, pemindahan tempat rawat ke ICU dan meningkatkan tingkat kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit berdasarkan status gizi. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien rawat inap terkonfirmasi Covid-19 tahun 2021 di RS Universitas Indonesia dan dianalisis menggunakan Cox Proportional Hazard Model. Hasil menunjukkan perbedaan probabilitas kesintasan antara pasien dewasa terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di RS Universitas Indonesia dengan status gizi normoweight, underweight dan obesitas (15,41% vs 71,11% vs 7,43%). Pasien dengan underweight meningkatkan risiko kematian sebesar 1,19 kali dibandingkan pasien dengan normoweight (95% CI 0,471-3,049) setelah dikontrol dengan usia, tingkat keparahan, dan ARDS. Sedangkan pasien dengan overweight/obesitas meningkatkan risiko kematian sebesar 1,03 kali dibandingkan pasien dengan normoweight (95% CI 0,714-1,487)
Read More
T-6415
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Frans Liwang; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Syahrizal Syarif, Helda; Rocky Hendrawan
Abstrak:
Perdarahan saluran cerna (PSC) merupakan salah satu komplikasi COVID-19 dengan angka mortalitas yang tinggi, namun hingga kini besaran kasusnya belum pernah dilaporkan di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian PSC juga masih bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung proporsi kejadian PSC pada COVID-19 serta mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian merupakan studi potong-lintang dengan subjek pasien dewasa COVID-19 derajat sedang hingga kritis di RS Rujukan COVID-19 Pertamina Jaya dan RS Darurat Wisma Haji Pondok Gede, Jakarta, selama periode Juni-September 2021. Dari 414 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan kejadian PSC sebesar 17,63%. Mayoritas subjek memiliki komorbid hipertensi (51%), diabetes melitus tipe 2 [DMT2] (43,2%), penyakit serebrokardiovaskular [PSKV] (31,4%), serta riwayat penyakit ulkus peptikum dan PSC sebelumnya (23,9%). Median nilai neutrofil absolut ialah 4.842,5[1.116-70.000], kadar CRP 65,5[9-275] mg/dL, dan kadar D-dimer 890[200-5010] μg/L. Berdasarkan uji bivariat, terdapat tujuh variabel yang bermakna secara statistik, namun pada analisis multivariat generalized linear model menggunakan family regresi Poisson dan fungsi link log dengan robust error variance diperoleh empat variabel akhir yang bermakna secara statistik, yaitu hipertensi (aRR 2,67; IK95% 1,52-4,41; p<0,001), PSKV (aRR 1,90; IK95% 1,27-2,84; p=0,002), terapi kortikosteroid dosis tinggi (aRR 1,82; IK95% 1,22-2,73; p=0,004), dan terapi proton pump inhibitor (PPI) dosis tinggi (aRR 0,41; IK95% 0,27-0,60; p<0,001). Uji Pearson goodness-of-fit menunjukkan nilai p=0,999 dan nilai AUC 0,755 (IK95% 0,694-0,815; p<0,001). Sebagai kesimpulan, proporsi kejadian PSC pada COVID-19 derajat sedang-kritis ialah 17,63% (IK95% 14,1-21,6%). Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian PSC ialah hipertensi, PSKV, serta penggunaan kortikosteroid dan PPI.
Gastrointestinal bleeding (GIB) is a COVID-19 complication with high mortality rate whose magnitude and impact have not been reported in Indonesia. Moreover, the resutls of previous studies on factors influencing GIB in COVID-19 still varied widely. This study aimed to measure the proportion of GIB cases in COVID-19 and investigate the factors influencing GIB in COVID-19. This was a cross sectional study on adults with moderate to critical COVID-19 in Pertamina Jaya Referral Hospital and Wisma Haji Pondok Gede Field Hospital, Jakarta from June to September 2021. We found that out of 414 subjects that met the inclusion and exclusion criteria, 17.63% had cases of GIB. Most subjects had comorbidities, including hypertension (51%), type 2 diabetes mellitus [T2DM] (43.2%), cerebrocardiovascular disease [CCVD] (31.4%), and history of peptic ulcer and previous GIB (23.9%). Median[min-max] number of absolute neutrohil was 4,842.5 [1,116-70,000], CRP levels was 65.5 [9-275] mg/dL, and D-dimer levels was 890 [200-5,010] ug/L. Bivariate analysis showed that there were seven variables that were statistically significant. However, according to generalized linear model analysis with Poisson regression family and log link function with robust error variance, there were four final variables that were statistically significant. There variabels as follow hypertension (aRR 2.67; 95%CI 1.52-4.41; p<0.001), CCVD (aRR 1.90; 95%CI 1.27-2.84; p=0.002), high dose corticosteroid therapy (aRR 1.82; 95%CI 1.22-2.73; p=0.004), and high dose proton pump inhibitor [PPI] therapy (aRR 0.41; 95%CI 0.27-0.60; p<0.001). Pearson goodness-of-fit test showed p=0.999 and AUC value of 0.755 (95%CI 0.694-0.815; p<0.001). In conclusion, the proportion of GIB incidence in moderate-critical COVID-19 was 17.63% (95%CI 14.1-21.6%). Factors that influence GIB were hypertension, CCVD, the use of corticosteroid, and PPI.
Read More
Gastrointestinal bleeding (GIB) is a COVID-19 complication with high mortality rate whose magnitude and impact have not been reported in Indonesia. Moreover, the resutls of previous studies on factors influencing GIB in COVID-19 still varied widely. This study aimed to measure the proportion of GIB cases in COVID-19 and investigate the factors influencing GIB in COVID-19. This was a cross sectional study on adults with moderate to critical COVID-19 in Pertamina Jaya Referral Hospital and Wisma Haji Pondok Gede Field Hospital, Jakarta from June to September 2021. We found that out of 414 subjects that met the inclusion and exclusion criteria, 17.63% had cases of GIB. Most subjects had comorbidities, including hypertension (51%), type 2 diabetes mellitus [T2DM] (43.2%), cerebrocardiovascular disease [CCVD] (31.4%), and history of peptic ulcer and previous GIB (23.9%). Median[min-max] number of absolute neutrohil was 4,842.5 [1,116-70,000], CRP levels was 65.5 [9-275] mg/dL, and D-dimer levels was 890 [200-5,010] ug/L. Bivariate analysis showed that there were seven variables that were statistically significant. However, according to generalized linear model analysis with Poisson regression family and log link function with robust error variance, there were four final variables that were statistically significant. There variabels as follow hypertension (aRR 2.67; 95%CI 1.52-4.41; p<0.001), CCVD (aRR 1.90; 95%CI 1.27-2.84; p=0.002), high dose corticosteroid therapy (aRR 1.82; 95%CI 1.22-2.73; p=0.004), and high dose proton pump inhibitor [PPI] therapy (aRR 0.41; 95%CI 0.27-0.60; p<0.001). Pearson goodness-of-fit test showed p=0.999 and AUC value of 0.755 (95%CI 0.694-0.815; p<0.001). In conclusion, the proportion of GIB incidence in moderate-critical COVID-19 was 17.63% (95%CI 14.1-21.6%). Factors that influence GIB were hypertension, CCVD, the use of corticosteroid, and PPI.
T-6465
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Randy Elbert; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Soewarta Kosen
Abstrak:
Penyakit kardiovaskular juga merupakan penyebab utama kematian secara global. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular mengalami peningkatan prevalensi setiap tahunnya dan menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian terutama pada usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kardiovaskular pada penduduk usia produktif di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukan prevalensi penyakit kardiovaskular pada penduduk usia produktif di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2018 adalah sebesar 2,7%. Faktor yang berhubungan secaara statistik dengan kejadian penyakit kardiovaskular yaitu umur (POR = 4,615; 95% CI: 3,489-6,104), jenis kelamin (POR = 0,751; 95% CI: 0,566-0,995), tingkat pendidikan (POR = 1,405; 95% CI: 1,064 – 1,855), hipertensi (nilai POR = 2,391; 95% CI: 1,810-3,158), diabetes melitus (POR = 8,531; 95% CI: 5,899 – 12,337), status merokok (POR = 1,979; 95% CI: 1,327-2,950; dan POR = 2,794; 95% CI: 1,738-4,492), obesitas (POR = 1,630; 95% CI: 1,206 - 2,204), aktivitas fisik (POR = 1,968; 95% CI: 1,292 – 2,999), gangguan mental emosional (POR = 2,344; 95% CI: 1,661 – 3,307), konsumsi makanan asin (POR = 0,693; 95% CI: 0,519 – 0,927), dan konsumsi makanan lemak/kolesterol/gorengan (POR = 0,698; 95% CI: 0,517 – 0,944). Sementara itu, konsumsi buah dan sayur serta konsumsi alkohol tidak berhubungan secara statistik dengan kejadian penyakit kardiovaskular. Optimalisasi program pengendalian PTM seperti CERDIK dapat membantu pencegahan kejadian penyakit kardiovaskular.
Cardiovascular disease is the leading cause of death globally. In Indonesia, cardiovascular disease has an increasing prevalence every year and ranks highest as a cause of death, especially in productive age. This study aims to determine the factors associated with the incidence of cardiovascular disease in the productive age population in the Special Region of Yogyakarta based on data from the 2018 Basic Health Research. The design of this research study was cross-sectional with bivariate analysis. The results showed that the prevalence of cardiovascular disease in the productive age population in Yogyakarta Province in 2018 was 2.7%. Statistically related factors to cardiovascular disease incidence were age (POR = 4.615; 95% CI: 3.489-6.104), sex (POR = 0.751; 95% CI: 0.566-0.995), education level (POR = 1.405; 95% CI: 1.064 – 1.855), hypertension (POR value = 2.391; 95% CI: 1.810-3.158), diabetes mellitus (POR = 8.531; 95% CI: 5.899 – 12.337), smoking status (POR = 1.979; 95% CI: 1.327-2.950; and POR = 2.794; 95% CI: 1.738-4.492), obesity (POR = 1.630; 95% CI: 1.206 - 2.204), physical activity (POR = 1.968; 95% CI: 1.292 – 2.999), mental emotional disorders (POR = 2.344; 95% CI: 1.661 – 3.307), consumption of salty foods (POR = 0.693; 95% CI: 0.519 – 0.927), and consumption of fat/cholesterol/fried foods (POR = 0.698; 95% CI: 0.517 – 0.944). Meanwhile, fruit and vegetable consumption and alcohol consumption were not statistically associated with the incidence of cardiovascular disease. Optimization of NCD control programs such as CERDIK can help prevent cardiovascular disease events.
Read More
Cardiovascular disease is the leading cause of death globally. In Indonesia, cardiovascular disease has an increasing prevalence every year and ranks highest as a cause of death, especially in productive age. This study aims to determine the factors associated with the incidence of cardiovascular disease in the productive age population in the Special Region of Yogyakarta based on data from the 2018 Basic Health Research. The design of this research study was cross-sectional with bivariate analysis. The results showed that the prevalence of cardiovascular disease in the productive age population in Yogyakarta Province in 2018 was 2.7%. Statistically related factors to cardiovascular disease incidence were age (POR = 4.615; 95% CI: 3.489-6.104), sex (POR = 0.751; 95% CI: 0.566-0.995), education level (POR = 1.405; 95% CI: 1.064 – 1.855), hypertension (POR value = 2.391; 95% CI: 1.810-3.158), diabetes mellitus (POR = 8.531; 95% CI: 5.899 – 12.337), smoking status (POR = 1.979; 95% CI: 1.327-2.950; and POR = 2.794; 95% CI: 1.738-4.492), obesity (POR = 1.630; 95% CI: 1.206 - 2.204), physical activity (POR = 1.968; 95% CI: 1.292 – 2.999), mental emotional disorders (POR = 2.344; 95% CI: 1.661 – 3.307), consumption of salty foods (POR = 0.693; 95% CI: 0.519 – 0.927), and consumption of fat/cholesterol/fried foods (POR = 0.698; 95% CI: 0.517 – 0.944). Meanwhile, fruit and vegetable consumption and alcohol consumption were not statistically associated with the incidence of cardiovascular disease. Optimization of NCD control programs such as CERDIK can help prevent cardiovascular disease events.
S-11246
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gabriella Reyna Ardisa Gunawan; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Ridho Ichsan Syaini
Abstrak:
Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global yang dapat menimbulkan beban mortalitas dan morbiditas yang substansial. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pasien PGK tertinggi di Indonesia, dengan prevalensi yang lebih tinggi dari nasional, yaitu 0,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronis pada penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Terdapat sebanyak 32.044 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian penyakit ginjal kronis pada penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat adalah 0,6%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronis adalah usia ≥60 tahun (nilai p=0,001; POR=1,662; 95% CI: 1,23-2,25), jenis kelamin laki-laki (nilai p=0,013; POR=1,431; 95% CI: 1,08-1,89), diabetes (nilai p=0,000; POR=3,770; 95% CI: 2,39-5,96), penyakit jantung (nilai p=0,000; POR=2,725; 95% CI: 1,60-4,63), dan aktivitas fisik (nilai p=0,015; POR=1,521; 95% CI: 1,08-2,14).
Chronic kidney disease is a global health problem that can cause a substantial burden of mortality and morbidity. The 2018 Riskesdas results show that West Java Province is one of the provinces with the highest number of CKD patients in Indonesia, with a higher prevalence than the national one, which is 0.48%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province. The research was conducted using a cross-sectional study design using secondary data from the 2018 Riskesdas. The sample for this study was all residents ages ≥35 years in West Java Province. There were 32.044 samples that met the inclusion and exclusion criteria of the study. The results showed that the prevalence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province was 0.6%. Factors associated with the incidence of chronic kidney disease were age ≥60 years (p-value=0.001; POR=1.662; 95% CI: 1.23-2.25), male gender (p-value=0.013; POR =1.431; 95% CI: 1.08-1.89), diabetes (p-value=0.000; POR=3.770; 95% CI: 2.39-5.96), heart disease (p-value=0.000; POR=2.725; 95% CI: 1.60-4.63), and physical activity (p-value=0.015; POR=1.521; 95% CI: 1.08-2.14).
Read More
Chronic kidney disease is a global health problem that can cause a substantial burden of mortality and morbidity. The 2018 Riskesdas results show that West Java Province is one of the provinces with the highest number of CKD patients in Indonesia, with a higher prevalence than the national one, which is 0.48%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province. The research was conducted using a cross-sectional study design using secondary data from the 2018 Riskesdas. The sample for this study was all residents ages ≥35 years in West Java Province. There were 32.044 samples that met the inclusion and exclusion criteria of the study. The results showed that the prevalence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province was 0.6%. Factors associated with the incidence of chronic kidney disease were age ≥60 years (p-value=0.001; POR=1.662; 95% CI: 1.23-2.25), male gender (p-value=0.013; POR =1.431; 95% CI: 1.08-1.89), diabetes (p-value=0.000; POR=3.770; 95% CI: 2.39-5.96), heart disease (p-value=0.000; POR=2.725; 95% CI: 1.60-4.63), and physical activity (p-value=0.015; POR=1.521; 95% CI: 1.08-2.14).
S-11248
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉