Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Irya Yohannes; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Rina Fitri Ani Bahar, Rustian
Abstrak:

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat tersedia sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat merupakan bagian penting dalam pelayanan dokter kepada pasien di Rumah sakit. Ksrena itu perlu memehami cost effectivenees analysis dari berbagai produk sejenis. Untuk menentukan jenis obat eensial pada daftar obat esensial nasional (DOEN) ditetapkan melaluianalisis biaya manfaat pada seleksi obat yang digunakan di semua tingkat pelayanan kesehatan. Ranitidin merupakan obat pilihan pertama pada pengobatan gastritis akut sedangkan di RSU Mayjen H.A. Thalib Kerinci masih digunakan simetidin dengan jumlah yang hampir sama dengan ranitidin. Simetidin adalah obat anti gastritis akut yang memiliki harga yang berbeda dengan ranltidin maka perlu diadakau Cost Effectiveness Analysis untuk mengetahui mana yang lebih pantas digunakan. Teori yang dlgunakan pada penelitian ini adalah teknik evaluasi ekonomi Cost Effictiveness Analysis (CEA) dengan naalisis biaya menggunakn metode perhitungan oppertunity cost. Out put yang dlgunakan dari kedua altematif obat adalah cakupan, rata-rata waktu hilangnya gejala klinis dan hari yang hilang karena gastritis akut. Pada penelitian ini didapatkao bahwa basil perhitungan Cost Electiveness Ratio (CBR) dldapatkao bahwa CBR ranitidln lebih kecil dibaudlngken CBR Simetidin, dhnana (CBR) ranitidln = 67.986 sedangken CBR shnetidln 97.414 Proporsi kejadian efek sarnping ranltidln lebih kecil dlbandingkan dengan simetidin dlmana dari 58 pasien yang diobati dengan ranltidin thnbul efek samping pada 4 pasien berupa saki!kepala dan atau prutitus ( ruam kulit }, sedangkan dari 33 pasien yang diobati dengan simetidin timbul efek samping berupa sakit kepala dan atau prutitus {ruam kulit) 4 orang pasien. Waktu yang dibutuhkan ranitidin untuk menghilangkan gejala klinis juga lebih kecil dibandingkan dengan simetidin, dimana rata-rata yang dibutuhkan ranitidine untuk menghilangkan gejala klinis adalah 13,6 jam sedangkan simetidin membutuhkan waktu 16,6 jam. Rata-rata hari yang hilang kelompok ranitidine lebih kecil dari kelompok simetidin. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa ranitidin lebih cost effectiveness dibandingkan dengan simetidin dalam mengobati gastriris akut. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada pihak Manajemen Rumah Sakit agar memilih ranitidin sebagai obat gastritis akut untuk dimasukkan dalam formularium, selain itu disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang memadai.

Read More
T-2942
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Saudi Aryanto; Pembimbing: Sandi IIjanto; Penguji: Wachyu Sulistyadi, Sumijatun, Rina Fitri Ani Bahar
T-3009
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shania Adhanty; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Trisari Anggondowati, Bambang Setiaji, Rina Fitri Anni Bahar
Abstrak:
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan kedua dengan kasus TB tertinggi di dunia. Kasus TB di Indonesia paling banyak ditemukan di tiga Provinsi, salah satunya Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Perhimpunan Organisasi Pasien TB (POP TB) estimasi beban TB tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat dengan cakupan pengobatan hanya 50%. Ketidakpatuhan pada pengobatan dapat menyebabkan resistensi obat, kekambuhan penyakit dan kematian. Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang dapat mengawasi pengobatan yang harus dijalani oleh penderita TB. Memastikan kehadiran PMO merupakan salah satu langkah yang solutif untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketersediaan PMO dengan kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di Provinsi Jawa Barat. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis dilakukan terhadap 124 penderita TB di Provinsi Jawa Barat yang telah memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi ketidakpatuhan penderita TB paru di Provinsi Jawa Barat mencapai 28,23% dan tidak tersedianya PMO mencapai 37,10%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa penderita TB yang tidak memiliki PMO 1,35 kali berisiko untuk tidak patuh minum obat dibandingkan dengan yang memiliki PMO setelah dikontrol oleh variabel kovariat (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). Namun hubungan antara keduanya tidak signifikan secara statistik (p value > 0,05). Memastikan PMO melaksanakan tugasnya dengan baik dengan memberikan fasilitas transportasi yang memadai, memberikan edukasi secara lengkap baik pada PMO maupun penderita TB, pengembangan teknologi dalam melakukan pengawasan, serta menambah jumlah fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan penderita TB.

Indonesia is one of the countries that ranks second as the country with the highest TB cases in the world. Most TB cases in Indonesia are found in three Provinces, one of which is West Java Province. Based on the Association of TB Patient Organizations (POP TB) it is estimated that the highest TB burden in Indonesia is in West Java Province with only 50% treatment coverage. Non-adherence with treatment can lead to drug resistance, disease recurrence and death. Therefore it takes someone who can supervise the treatment that must be undertaken by TB patient. Ensuring the presence of drug supervisors is one of the solution to increase the success of TB treatment. This study aims to see the relationship between the availability of drug supervisors with Pulmonary Tuberculosis Patients Medication Adherence in West Java Province. The study design used in this study is cross-sectional with a quantitative approach and used Riskesdas 2018 secondary data. Analysis was carried out on 124 TB patients in West Java Province who had met the inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis showed that the proportion of non-adherence with pulmonary TB patients in West Java Province reached 28.23% and the unavailability of drug supervisors reached 37.10%. Multivariate analysis showed that TB patients who did not have drug supervisors were 1.35 times at risk for not adhere to take medication compared to those who had drug supervisors after controlled by covariate variables (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). However, the relationship was not statistically significant (p value > 0.05). Ensuring drug supervisors carry out their duties properly by providing adequate transportation facilities, provide education for both drug supervisors and TB patients, developing technology in conducting supervision, and increasing the number of health service facilities needs to be done as an effort to increase adherence of TB patients.
Read More
T-6624
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jonni Asri; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Wachyu Sulistiadi, Mulyanah Abdulhaq, Rina Fitri Anni Bahar
T-2818
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirwansyah; Pembimbing: Adang Bachtiar Kantaatmadja, Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Mieke Savitri, Asep Zaenal Mustofa, Rina Fitri Ani Bahar
Abstrak:

Peraturan Pemerintah nomar 58 tahun 2005 tetang Pengelolaan Keuangan Daerah menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah mempunyai kewajiban membuat suatu menyusun suatu rencana kerja yang terukur pendanaannya untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu melakukan upaya perencanaan yang baik namun belum pernah melakukan evaluasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses penyusunan perencanaan dan masalah yang dihadapi dalam penyusunan proses perencanaan tahunan di Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2005, dengan pendekatan sistem yang terdiri dari komponen masukan ( Kewenangan wajib Standar pelayanan Minimal, SIMPUS, Data surveilans, data program, tenaga, dana, fasilitas dan metode), komponen proses (analisis situasi, penetapan tujuan, identiikasi kegiatan, rencana kegiatan operasional ) dan komponen keluaran ( Dokumen perencanaan yang lengkap, cukup dan efisien). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan telaah dokumen, pengumpulan data langsung dengan informan sebanyak 27 orang yang merupakan personil yang bertanggung jawab Iangsung dalam proses penyusunan perencanaan dan dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2006. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses langkah-langkah dalam perencanaan belum dilakukan seperti analisis situasi, penetapan tujuan, identitikasi kegiatan dan rencana kegiatan operasional disebabkan karena kurang memanfaatkan Kwspm, data Simpus tidak dimanfaatkan, data surveilans tidak digunakan, tenaga yang kurang trampil, minimnya pendanaan, dan juga fasilitas yang sangat minim, penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan petugas perencana yang masih menyusun perencanaan berdasarkan pengalaman semata dan kurangnya koordinasi dalam mengelola data yang ada. Dari hasil penelitian ini diharapkan ditahun mendatang agar Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat memanfaatkan data dengan baik dengan menganalisis terlebih dahulu, kemudian menggunakan tahap-tahapan perencanaan agar dapat diketahui masalah, tujuan yang diharapkan serta pembiayaan yang diinginkan.

Read More
T-2447
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tujito Iswahyudi; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Darmawan, Ede Surya ; Wibisono ; Bahar, Rina Fitri Anni
T-4829
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive