Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Feri Rahman Hakim; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo, Yovsyah; Penguji: Abdul Hafiz, Dedi Supriyatnataris
T-5160
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leni Susanti Rusli; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Ratna Djuwita, Sylviana Andinisari; Abdul Hafiz
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Leni Susanti Rusli Program Studi : Magister Epidemilogi Judul : Hipertensi  Dan Penyakit Jantung Koroner Pada Penduduk Usia 40 Tahun Atau Lebih Di Indonesia Tahun 2017 Pembimbing : Prof.Dr.Nasrin Kodim,MPH Penyakit jantung koroner menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyebab kematian tertinggi akibat penyakit kardiovaskular. Salah satu faktor risiko PJK adalah hipertensi. Prevalensi PJK dan hipertensi di Indonesia Tahun 2013 sekitar 1,5% dan 25,8%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian PJK pada penduduk usia 40 tahun atau lebih di Indonesia. Desain Penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah Haji Indonesia Tahun 2017. Analisis data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil analisis menemukan bahwa Penduduk usia 40 tahun atau lebih yang hipertensi berisiko 1,342 kali (95% CI 1,048 – 1,238) untuk mengalami PJK dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh kolesterol. Penduduk dewasa dapat menerapakan pola makan sehat dan rutin melakukan pemerikaan tekanan darah serta kolesterol untuk mencegah hipertensi dan PJK. Kata kunci: PJK, hipertensi, kolesterol


ABSTRACT Name : Leni Susanti Rusli Study Program : Master of Epidemiology Title : Controlled Hypertension And Coronary Heart Disease In Population Age 40 Years Or More In Indonesia Year 2017 Counsellor : Prof.Dr.dr. Nasrin Kodim, MPH Coronary heart disease is a public health problem because of the highest cause of death from cardiovascular disease. One of the risk factors of CHD is hypertension. Prevalence of CHD and hypertension in Indonesia In 2013 about 1.5% and 25.8%. The purpose of this study was to determine the relationship of hypertension with CHD events in the age of 40 years or more in Indonesia. Design This study is a cross sectional study using secondary data from the results of health examination Hajj Pilgrim Indonesia 2017. Data analysis used is logistic regression. The results of the analysis found that people aged 40 years or older who had hypertension at risk 1,342 times (95% CI 1.048 - 1.238) to experience CHD compared with non-hypertensive after cholesterol controlled. Adult population can apply a healthy diet and routinely perform blood pressure and cholesterol to prevent hypertension and CHD. Key words: CHD, Hypertension,Cholesterol

Read More
T-5143
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Sumarni; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Ratna Djuwita, Abdul Hafiz; Sylviana Andinisari
Abstrak: ABSTRAK Hipertensi merupakan permasalahan serius yang masih banyak ditemukan sampai saat ini. WHO melaporkan satu miliyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025 mendatang, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Salah satu faktor risiko hipertensi pada penduduk usia 40 tahun atau lebih adalah hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di Indonesia adalah 24,7%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperurisemia dengan hipertensi pada penduduk usia 40 tahun atau lebih di Indonesia berdasarkan data pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama tahun 2017. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama tahun 2017. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regression. Hasil analisis menunjukkan penduduk yang hiperurisemia berisiko 1,269 kali (95% CI 1,225-1,314) menderita hipertensi dibandingkan penduduk yang tidak hiperurisemia setelah dikendalikan oleh umur, pendidikan, serta interaksi umur dengan hiperurisemia dan interaksi pendidikan dengan hiperurisemia. Penduduk usia 40 tahun keatas agar dapat lebih memperhatikan kadar asam uratnya sehingga dapat mencegah kejadian hipertensi serta peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan terhadap Jemaah haji seperti penyuluhan, konseling, pemanfaatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, pemanfaatan media massa, penyebarluasan informasi dan kunjungan rumah. Kata kunci : Hiperurisemia, Hipertensi Hypertension is a serious problem that is still found today. WHO reports one billion people worldwide suffer from hypertension, two-thirds in developing countries. The prevalence of hypertension will continue to rise sharply, predicted by 2025, about 29% of adult people in the world suffering from hypertension. Hypertension has planned deaths of about 8 million people each year where 1.5 million deaths occur in Southeast Asia. One of the risk factors of hypertension in people aged 40 years or older is hyperuricemia. The prevalence of hyperuricemia in Indonesia is 24.7%. The purpose of this study was to determine the association of hyperuricemia with hypertension in the population. 40 years or more in Indonesia.The design of this study is a cross sectional study using the first phase of hajj examination data in 2017. Data analysis is Cox Regression. The results showed that people with hyperuricemia have risk 1,269 times (95% CI 1,225-1,314) of hypertension compared to non hyperuricemia after controlled by age, education, interaction between age and hyperuricemia and interaction between education and hyperuricemia. The older and low education people in order to pay more attention to uric acid levels so they can prevent the incidence of hypertension. Keywords: Hyperuricemia, Hypertension
Read More
T-5145
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Regina Tiolina SIdjabat; Pembimning: Nasrin Kodim; Penguji: Yovsyah, Ratna Djuwita, Faisal Yunus, Abdul Hafiz
Abstrak:

Setiap tahun, kurang Iebih 200.000 jemaah haji Indonesia menunaikan ibadah haji.. Hingga saat ini,angka mortalitas haji Indonesia masih tinggi, kcmatian pada kelompok usia lanjut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok jemaah lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyakit pemafasan yang sudah diidap sebelum ibadah haji terhadap kematian jemaah usia lanjut Indonesia pada musim haji 1428 H(2007 - 2008). Subyek pcnelitian ini adalah 42.885 jemaah usia lanjut Indonesia,dengan 311 kasus kematian. Desain penelitian kohort retrospektiiimasa pcngamatan 68 hari sejak 17 November - 23 Januari 2008. Analisis mcnggunakan Iogistik regresi ganda. Jemaah yang sudah mengidap penyakit pemafasan sebelum ibadah haji secara statistik berpengaruh secaza bermakna tcrhadap kematian jemaah usia lanjut Indonesia (RR= 2,57 ; 95% CI:l,60 - 4,13 ; nilai p=0,00 ). Insiden kematian jemaah pcngidap penyakit pemafasan (2,00%),sedang.ka.': yang tidal; mengidap penyakit pernafasaan sebesar (0,'70%). Jemaah yang mengidap penyakit serebrovaskular mempunyai risiko kematian 2,10 kali dibandingkan jemaah yang tidak mengidap penyakit serebrovaskular (95%CI: 1,44 - 3,04 ; nilai p=0,00). Sedangkan jemaah yang mengidap penyakit endokrin dan metabolik mempunyai risiko kematian 2,05 kali lebih tinggi dibandingkan jemaah yang tidak mengidap penyakit endokrin dan metabolik (95%CI: 1,37 - 3,06 ;nilai p=0,00). Data rawat jemaah JI-II di Arab Saudi menyebutkan bahwa alasan terbanyak JHI untuk berobat dan dirawat adalah karena penyakit pemafasan. Karena penyakit pemafasan yang berisiko tinggi kematian berkisar 40% pada usia lanjut adalah pneumonia,dan mengingat tahun 1428 H adalah musim dingin, kemungkinan besar JI-II usia lanjut wafat disebabkan oleh pneumonia Hanya saja data rekam medik .THI tidak lengkap untuk menjelaskan keadaan tersebut. Karakteristik individual jemaah haji yang berkontribusi terhadap kematian adalah faktor usia, jenis kelamin, gelombang pemberangkatann. JH1 dengan usia 2 80 tahun mempunyai risiko kematian 5,10 kali Iebih tinggi (95% Cl : 3,38 - 7,67 ; nilai p 0,00) dibandingkan dcngan jemaah berusia 60-69 tahun, Jemaah berusia 70 - 79 tahun mempunyai risiko kematian 2,13 kali Iebih tinggi (95%CI: 1,88 - 2,67; nilai 0,00). Jemaah laki-Iaki yang berusia 260 tahlm berisiko untuk wafat 1,88 kali (95% CI:I,48 - 2,37 nilai p 0,00) dibandingkan dcngan jemaah perempuan. Jemaah yang tiba lebih awal dengan gelombang pemberangkatan I mempunyai risiko untuk wafat Iebih tinggi 1,31 kali (95% CI: 1,05 - 1,64 ; nilai p 0,02) dibandingkan jemaah yang diberangkatkan dengan gelombang II. Saran penelitian adalah agar jemaah pengidap penyakit pemafasan, khususnya PPOK menghentikan kebiasaan merokok, melakukan Iatihan pemafasan, dan diberi pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang kemungkinan diderita. Perlu diberikan pelatihan pembekalan khusus untuk para dokter dalam deteksi dini, diaglosis dan penanganan penyakit yang tcpan Juga dianjurkan pemeriksaan faal pam berkala dengan spirometer khususnya calon jemaah yang mengidap asthma dan PPOK.


 Annually, about 200.000 Indonesian pilgrims come to perform the ritual Haji.'I`ilI now, mortality rate of Indonesian pigrims is still high , and old age death is relative higher compared to group pilgrims of other age. The aim ofthe study is to know the iniluence of respiratory disease that is suffered before pilgrimace to the number of the d th of old Indonesian hajj pilgrims in haji season 1428 H (2007 - 2008). This study conducted 42.885 old Indonesian pilgrims with 311 numbers of death. The study design is retrospective cohort, to observe subject about 58 days from 17 November 2007 to 23 January 2008. The method used in this study is multiple logistic regressions. The influence of respiratory disease that is suffered before pilgrimage has statistic significantly to the death of old Indonesian pilgrims in hajj season 1428 H ( RR= 2,57 ; 95% CI:1,60 - 4,13 ; p value =0,00).The incidence mortality rate in pilgrims who have a respiratory disease that is suffered before pilgrimace (2,00%) is much the same to pilgrims in normal health condition (0,70 %). Pilgrims who have cerebrovascular disease have 2,10 times risk of death (95%CI: 1,44 - 3,04 ; p value 0,00), and pilgrims who have endocrine and metabolic disease have 2,05 times tisk of death ( 95% CI : 1,37 - 3,06 ; p value 0,00). From data which is taken by taking care of Indonesian pilgrims in Arab Saudi mention that mostly the reason to cure and taken care of Indonesian pilgrims is because of respiration system disease. Because respiration disease which has a high risk of death approximately 40% for the elderly people is pneumonia and to keep in mind that 1428 H is winter time it’s quite possible that old age Indonesian pilgrims pass away caused by pneumonia. But record data medic Indonesian pilgrims is incomplete to explain that situation. Individual characteristic of hajj pilgims factors that contribute to the death of ordinary old age Indonesian hajj pilgirns are age, sex, and length of stay in Arab Saudi. The pilgrims of the ages 2 80 years have 5,10 times higher risk of death ( 95% CI : 3,38 - 7,67 ; p value 0,00) compared to the pilgrims of 60 to 69 years old. The pilgrims of 70 to 79 years old have 2,13 times risk of death (95%CI: 1,88 - 2,67; p value 0,00). The men of the ages 2 60 years have 1,88 times risk of death ( 95% CI: 1,48 - 2,37 ; p value 0,00) compared to the women. Pilgrims who arrived earlier in the iirst tum have 1,31 times higher risk of death (95% CI: 1,05 - 1,64 ; p value 0,02) compared to those who arrive in the second tum. The suggestion is in order that pilgrims who have respiratory disease that is suifered before pilgrimage, especially with COPD is to stop the habit of smoking, conduct exhalation practice, and given the science of diseases that will possible be suifered. Special trainning must be given to doctors in early detection, diagnosis and handling disease correctly. Also is suggested that physiological respiratory examination must carried out periodically with spirometer especially pilgrim candidate with asthma bronchiale and COPD.

Read More
T-2967
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tabah Budi Margono; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Tris Eryando, Yovsyah, Armein Sjuhary Rowi, Abdul Hafiz
Abstrak: Salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam penyiapan kondisi kesehatan jemaah haji adalah kegiatan pembinaan, khususnya pada masa keberangkatan. Saat ini kegiatan pembinaan kesehatan telah berjalan dengan baik, namun saran pembinaan yang diberikan kepada jemaah haji belum terstandarisasi karena petugas pelaksana pembinaan harus menghafal berbagai saran pembinaan dari berbagai sumber yang terpisah. Hal ini menyebabkan petugas pembina baru harus membuka berbagai sumber/literatur untuk dapat memberikan saran pembinaan kesehatan yang tepat. Penelitian ini bermaksud untuk membangun sistem untuk dapat memberikan saran pembinaan kesehatan pada masa keberangkatan yang terstandarisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh gambaran sistem informasi pembinaan yang berjalan saat ini. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Informasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk pembuatan rancangan sistem dengan menggunakan System Development Life Cycle (SDLC) dengan metode prototipe. Penelitian menghasilan prototype sistem pemberian saran pembinaaan kesehatan dalam bentuk aplikasi web. Sistem ini akan mempermudah petugas pelaksana kegiatan pembinaan kesehatan pada jemaaah haji pada masa keberangkatan untuk memberikan saran pembinaan kesehatan, karena petugas tidak perlu mencari atau menghafal saran pembinaan dari berbagai sumber. Saran pembinaan didasarkan pada hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua dan pengukuran kebugaran fisik. Data pemeriksaan kesehatan, pengukuran kebugaran dan saran pembinaan kesehatan disimpan pada basis data online, sehingga memudahkan penelusuran dan pemanggilan data.
Read More
T-5385
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aryani Dwi Hartanti; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Purnawan Junadi, Abdul Hafiz, Ahadi Wahyu Hidayat
Abstrak:
Penelitian ini ini bertujuan untuk melakukan analisis dan strategi mitigasi risiko, sampai dengan memberikan alternatif kebijakan dalam penyelenggaraan kesehatan haji terhadap obat dan perbekalan kesehatan. Dinamika penyelenggaraan kesehatan haji mempengaruhi rangkaian penyelenggaraan mulai dari di Indonesia (pra operasional), di Arab Saudi (operasional), dan kembali ke Indonesia (pasca operasional). Hasil mitigasi risiko dilakukan analisis untuk mendapatkan alternatif kebijakan terhadap faktor risiko penyelenggaraan kesehatan haji terhadap jemaah serta obat dan perbekalan kesehatan. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif berdasarkan makna. Desain penelitian menggunakan metode mitigasi risiko Gray and Larson yang terbagi ke dalam 4 tahapan yaitu tahap identifikasi risiko, penilaian risiko, pengembangan risiko, dan mengontrol respon risiko. Hasil penelitian menggunakan metode Risk Breakdown Structur (RBS) diperoleh 20 faktor risiko yang dikelompokkan ke dalam masa pra operasional, operasional, dan pasca operasional. Dari risiko yang diidentifikasi dilakukan analisis dan matriks yang mengkategorikan status risiko yaitu level 5 (sangat tinggi) sebanyak 8 risiko, level 4 (tinggi) 5 risiko, level 3 (sedang) 6 risiko, dan level 2 (rendah) 1 risiko. Masing-masing risiko dilakukan mitigasi sampai dengan alternatif penanganan risiko. Beberapa masukan dan saran diberikan kepada Kementerian Kesehatan (Pusat Kesehatan Haji, Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian), dan Kementerian Agama sebagai alternatif kebijakan di masa mendatang.

This research aims to carry out risk analysis and mitigation strategies, up to providing alternative policies in organizing Hajj health regarding medicines and health supplies. The dynamics of Hajj health management influence the series of activities starting from Indonesia (pre-operational), Saudi Arabia (operational) and returning to Indonesia (post-operational). The results of risk mitigation are analyzed to obtain alternative policies regarding the risk factors for organizing Hajj health care for pilgrims as well as medicines and health supplies. The research method used was a qualitative research method based on meaning. The research design uses the Gray and Larson risk mitigation method which is divided into 4 stages, namely risk identification, risk assessment, risk development and risk response control. The results of research using the Risk Breakdown Structure (RBS) method obtained 20 risk factors which were grouped into pre-operational, operational and post-operational periods. From the identified risks, an analysis and matrix is carried out which categorizes the risk status, namely level 5 (very high) with 8 risks, level 4 (high) with 5 risks, level 3 (medium) with 6 risks, and level 2 (low) with 1 risk. Each risk is mitigated through alternative risk management. Several inputs and suggestions were given to the Ministry of Health (Hajj Health Center, Directorate of Management and Pharmaceutical Services), and the Ministry of Religion as alternative policies in the future.
Read More
T-7149
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauziah Hayati; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Bambang Wispriyono, Ririn Arminsih Wulandari, Rustika dan Abdul Hafiz
Abstrak:
Kejadian penyakit akibat pangan di embarkasi haji masih ditemukan. Kasus diare pada 7 jemaah kloter 16 JKG ketika tiba di Madinah (2022) dan lebih dari 50 jemaah kloter 28 SOC di pesawat GA 6128 (2023). Penelitian kualitatif dengan desain Rappid Assesment Procedure (RAP) ini menggunakan metode wawancara mendalam, Focus Group Discussion, dan observasi dokumen pada 35 informan dari Kementerian Agama RI, Kementerian Kesehatan RI, Pemerintah Daerah, dan katering penyedia konsumsi embarkasi. Studi ini dilakukan di embarkasi Jakarta Pondok Gede, Jakarta Bekasi, dan Solo. Hasilnya menunjukkan belum adanya Peraturan Pemerintah atau pedoman nasional mengenai penyelenggaraan higiene sanitasi pangan di embarkasi haji. Penentuan katering melalui E-Katalog LKPP belum sepenuhnya menerapkan persyaratan higiene sanitasi pangan. Aspek dapur pengolahan pangan dan penjamah pangan di asrama haji juga belum dipersiapkan dengan baik. Kurangnya pedoman teknis nasional menyebabkan perbedaan pelaksanaan di setiap embarkasi. Implementasi higiene sanitasi pangan sebagai upaya pengendalian penyakit masih belum maksimal, dengan penjamah pangan dan pangan kemasan sebagai faktor risiko utama. Rekomendasi yang diberikan meliputi pembuatan Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan konsumsi jemaah haji sesuai standar kesehatan, penetapan standar kesehatan tinggi dalam proses penentuan katering, serta memastikan persiapan dan pengawasan aspek-aspek higiene sanitasi pangan pada masa pra-embarkasi dan selama embarkasi. Evaluasi penyelenggaraan higiene sanitasi pangan perlu dilakukan untuk pencegahan penyakit akibat pangan

Foodborne illnesses at Hajj embarkations are still found. Cases of diarrhoea in 7 pilgrims of group 16 JKG when arriving in Medina (2022) and more than 50 pilgrims of group 28 SOC on board GA 6128 (2023). This qualitative research with a Rappid Assessment Procedure (RAP) design used in-depth interviews, Focus Group Discussions, and document observations on 35 informants from the Ministry of Religious Affairs, Ministry of Health, Local Government, and catering embarkation consumption providers. The study was conducted in Jakarta Pondok Gede, Jakarta Bekasi, and Solo embarkations. The results show that there is no Government Regulation or national guideline on the implementation of food hygiene and sanitation at Hajj embarkations. Determination of catering through the LKPP E-Catalogue has not fully implemented food sanitation hygiene requirements. Aspects of food processing kitchens and food handlers at Hajj embarkations are also not well prepared. The lack of national technical guidelines causes differences in implementation at each embarkation. Implementation of food sanitation hygiene as a disease control effort is still not optimal, with food handlers and packaged food as the main risk factors. Recommendations include making a Government Regulation on the implementation of pilgrim consumption according to health standards, setting high health standards in the catering determination process, and ensuring the preparation and supervision of food sanitation hygiene aspects during pre-embarkation and during embarkation. In addition, it is important to recognise the importance of food hygiene and sanitation in the prevention of foodborne illnesse.
Read More
T-7077
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive