Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Herodion Jukono; Pemb. Dian Ayubi; Penguji: Anwar Hassan, Hamdani
S-5416
Depok : FKM UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emi Kuntari; pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Hamdani
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat pada kawasan perumahan di Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Alat yang digunakan untuk pengukuran tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter, luasan ruang terbuka hijau diperoleh dari site plan perumahan tersebut dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi.
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada hubungan yang kuat antara ruang terbuka hijau dan tingkat kebisingan R -0,649 (2) Ada pengaruh yang berbanding terbalik luas ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan, persentase sumbangan pengaruh luasan ruang terbuka hijau terhadap variable kebisingan adalah sebesar 42,1%, (3) Pengaruh luas ruang terbuka hijau terhadap kebisingan dapat terlihat pada persamaan sebagai berikut Y= 71.670 - 0.013 Apabila tidak ada ruang terbuka hijau maka tingkat kebisingan mencapai 71.670. Selain itu setiap kenaikan 1 m2 luasan ruang terbuka hijau maka akan menurunkan kebisingan sebesar 0.013 dB (4) Kebisingan menimbulkan ketergangguan pada masyarakat.
 

The purpose of this study was to determine the influence of green open area towards the noise level and its impact on public health in a residential area of Sumber Jaya Dorp, South Tambun Bekasi. The instrument used to measure the noise level is a Sound Level Meter; an area of green open area is obtained from the residential site plan and is analyzed by using correlation and regression analysis.
 
The results of the study showed that (1) There is a strong relationship between green open area and noise level R -0.649 (2) There is an influence that is inversely proportional to the wide open area of noise level, the percentage contribution of the influence of green open area on the variable extent of the noise is equal to 42.1% , (3) The influence of green open area of the noise can be seen in the following equation Y = 71.670-0.013 If there is no green open area, the noise level reaches 71,670. Besides, any increase in each 1 m2 of the wide of green open area it will reduce the noise of 0.013 m2. (4) Noise produces the dependence on society.
Read More
S-8316
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asri Juwita Sari; Pembimbing: Ronnie Rivanny; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Hamdani
S-5285
Depok : FKM UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mayumi Nitami; Pembimbing: Sri Tjahyani Budi Utami, Ema Hermawati; Penguji: Budi Hartono, Hamdani, Intan Widaya
T-4646
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dion Zein Nuridzin; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Tris Eryando, Sabarinah, Mochamad Adam Hamdani, Yogaswara
Abstrak: Latar belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah kejadian bencana yang banyak dan jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Namun sistem yang ada saat ini belum merespon kebutuhan korban bencana terutama pada kondisi pascabencana dimana jaringan seringkali tidak berfungsi. Tujuan. Mengembangkan prototipe sistem informasi kebencanaan yang dapat digunakan dalam peningkatan respon yang cepat dan tepat saat terjadi bencana, mulai dari prediksi korban, pendataan, pemetaan masalah, dan penentuan wilayah prioritas sesuai dengan kebutuhan di lokasi terdampak bencana. Metode. Analisis kebutuhan sistem melalui literature review dan wawancara mendalam kepada sembilan informan, dilanjutkan dengan perancangan prototipe sistem informasi kebencanaan, pengumpulan data fasilitas berbasis online, dan perancangan dashboard sistem informasi kebencanaan. Hasil. Prototipe sistem informasi kebencanaan telah dibuat meliputi pengumpulan data yang sesuai untuk kejadian bencana (dapat digunakan secara offline), terintegrasi dengan surveilans demografi dan kesehatan (SDK) dan data prabencana, beserta dashboard Sistem Informasi Kebencanaan yang user friendly dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Kesimpulan. Peluang pengembangan sistem informasi kebencanaan sangat memungkinkan untuk dilakukan dengan integrasi data SDK dan data prabencana (meliputi kontak dan koordinat untuk fasilitas kesehatan, ambulans umum, perkiraan tempat untuk pengungsian, fasilitas air bersih, MCK). Prototipe ini sesuai dengan kondisi bencana, membuat proses pencatatan dapat lebih cepat, efektif dan dapat menampilkan dashboard interaktif berbasis SIG untuk prediksi korban berdasarkan kelompok rentan, kebutuhan bantuan logistik, perencanaan tempat pengungsian dan fasilitas yang tersedia, serta untuk koordinasi dengan fasilitas kesehatan, dan pembagian sumber daya maupun relawan sesuai hasil pemetaan prioritas wilayah
Background. Indonesia is a country with a large number of disaster events and the number tends to increase. However, the current system has not responded to the needs of disaster victims, especially in post-disaster conditions where the network often does not function. Objective. Develop a prototype of a disaster information system that can be used to improve a fast and accurate response when a disaster occurs, starting from disaster victims prediction, data collection, problem mapping, and determining priority areas according to needs in disaster-affected locations. Method. Analysis of system requirements through literature review and in-depth interviews with nine informants, followed by the design of a disaster information system prototype, online-based facility data collection and the design of a disaster information system dashboard. Results. A prototype of a disaster information system has been created which includes data collection suitable for disaster events (can be used offline), integrated with demographic and health surveillance (DHS) and pre-disaster data, along with a userfriendly disaster information system dashboard by utilizing the geographic information system (GIS). Conclusion. Opportunities to develop a disaster information system are very possible with the integration of DHS data and pre-disaster data (including contacts and coordinates for health facilities, public ambulances, estimated places for evacuation, clean water facilities, toilets). This prototype is in accordance with disaster conditions, making the recording process faster, more effective and able to display a GIS-based interactive dashboard for prediction of victims based on vulnerable groups, logistical assistance needs, planning for evacuation places and available facilities, and for coordination with health facilities, and distribution resources and volunteers according to the results of regional priority mapping.
Read More
T-6185
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fazrin Nu Azizah; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Dewi Susanna, Sri Tjahyani Budi Utami, Hamdani
T-4674
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indi Susanti; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fatum A.R. Basalamah, Rohim Hamdani
T-3199
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dyah Permata Suryarini; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Luknis Sabri, Rokim Hamdani, Herie Firmaningsih
Abstrak:

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama krisis ekonomi, upaya kesehatan diprioritaskan untuk mengatasi dampak krisis. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok beresiko dari keluarga miskin agar kesehatannya tidak memburuk dan tetap hidup produktif, melalui pemberian Kartu Sehat. Meskipun program ini telah berjalan di Kabupaten Karawang sejak tahun 1998, tetapi pemanfaatannya masih rendah (52,4%).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan rawat jalan puskesmas serta faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rawat jalan puskesmas oleh pemegang Kartu Sehat JPSBK di Kabupaten Karawang.Rancangan penelitian ini adalah rancangan cross sectional untuk mengetahui hubungan pendidikan, umur, pengetahuan, jumlah keluarga, pola pencarian pelayanan kesehatan, kejadian sakit, jumlah balita, jumlah usila, jarak dan persepsi terhadap pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan rawat jalan puskesmas oleh pemegang Kartu Sehat. Sebagai responden adalah kepala keluarga pemegang kartu sehat JPSBK di empat puskesmas di wilayah kabupaten karawang berjumlah 382 responden yang dipilih secara acak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan, umur, pengetahuan, pola pencarian pelayanan kesehatan, kejadian sakit, jumlah usila, persepsi terhadap pelayanan kesehatan serta jarak berhubungan dengan pemanfaatan rawat jalan puskesmas. Sebanyak 52,4% dari responden pernah memanfaatkan kartu sehatnya.Dari delapan faktor yang berhubungan, faktor pola pencarian pelayanan kesehatan adalah faktor yang mempunyai hubungan paling erat dengan OR 35,613 (CI 9.601- 132,093).Agar pemanfaatan kartu sehat bisa lebih baik lagi, perlu peningkatan kerja sama lintas sektoral dalam melaksanakan sosialisasi program ini, bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat serta meningkatkan pelayanan puskesmas dan kunjungan rumah terhadap pemegang kartu sehat.


 

Analysis on Primary Health Care Out-patient by Health of Card Holder Social Protection Sector Development Program (SPSDP) in Karawang District Year 2001To maintain community health status during economic crisis, health services should be prioritized to encounter the impact. A great concern is dedicated for risky group poor family to maintain their health condition and productive life.This research aimed to find out the characteristic of health card holder, description of outpatient services use as well as its determinants.The research used a cross sectional design to find out the relationship of education, age, knowledge, the number of family, health seeking pattern, morbidity case, number of family member under five, number of elderly, the distance and perception on health services use by health card holders.Respondents are head of households who owned health card (Social Protection Sector Development Program) at four Primary Health Center (PHC) in Karawang District. Simple random sampling is the method to select 330 respondents.The result revealed that education, age, knowledge, health seeking pattern, morbidity case, number of elderly, the distance and perception of health services are related with PHC's out patient use. The study showed that 52, 4% respondents have used their health card.Health seeking pattern factor has had close relationship where the OR was 35,613 (CI 9,601- 132,093). Health card use will be much better and successfully achieved if inter sectoral could be strengthen, cooperation, as well as relationship with non government organization along with special emphasis on improving PHC's services as well.

Read More
T-1452
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tati Dedah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Penguji: Evi Martha, Kusdinar Achmad, Kusnadi Thoyib, Rokim Hamdani
Abstrak:

Komunikasi terapeutik merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari asuhan keperawatan dalam rangka memelihara mutu pelayanan keperawatan secara komprehensif dan profesional. Pasien yang dirawat di rumah sakit umum mempunyai kerawanan gangguan psiko-sosial-spiritual yang menyertai gangguan fisik biologis. Dari studi pendahuluan diketahui masalah kecemasan pada pasien rawat Inap di RSUD Karawang cukup tinggi (79,31%), dengan demikian diperlukan intervensi keperawatan berupa komunikasi terapeutik. Selama ini bentuk komunikasi antara perawat-pasien pada umumnya lebih bersifat komunikasi sosial, belum mengarah kepada komunikasi yang bertujuan terapeutik. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengapa hal ini terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan melihat hubungan antara karakteristik perawat meliputi; usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja serta tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Karawang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang karakteristik perawat, pengukuran tingkat pengetahuan perawat tentang langkah-langkah komunikasi terapeutik dengan menggunakan soal tes pilihan ganda sebanyak 20 butir. Instrumen untuk mengukur pelaksanaan komunikasi terapeutik berdasarkan teori yang dikemukakan Stuart dan Sundeen (1987), yaitu empat tahap komunikasi terapeutik yang dituangkan ke dalam 30 butir pernyataan dengan menggunakan skala bertingkat dari mulai tidak pernah sampai selalu dengan rentang nilai 1 - 5. Instrumen telah diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rums Alpha Crontach. Sampel penelitian adalah 94 orang tenaga perawat fungsional yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Karawang (total sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden sebanyak 47,9% melaksanakan komunikasi terapeutik balk dan 52,1% kurang. Tingkat pendidikan dan masa keda perawat terbukti berhubungan bermakna dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hasil uji multivariat menunjukan bahwa dari kedua variabel tersebut ternyata yang paling dominan berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah variabel masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada Manajemen RSUD Karawang untuk meningkatkan taraf pendidikan perawat ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan pelatihan-pelatihan tentang komunikasi terapeutik, mengupayakan ratio perawat-pasien ke taraf yang memadai, membuat sistem penugasan dan pelaksanaan supervisi dari atasan langsung, adanya protap dan dokumentasi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kepada peneliti lanjutan perlu dikembangkan penelitian tentang pelayanan komunikasi terapeutik dari sudut pandang klien dengan metoda dan teknik penelitian kualitatif.


 

Therapeutic communication is an inseparable activity in nursing care to keep up good quality nursing that is comprehensive and professional Patients in the general hospitals are susceptible to altered psycho-social-spiritual related to altered physic biologist. Anxiety is the most common problem at the patient in RSUD Karawang faced by (79,31%), so intervention is highly needed in the form of therapeutic communication. Communication between nurse-patients is more common in a form of social communication, not yet using communication leading to therapeutic goals. Thus a research is needed to explain why it happens. The research goal is to describe and to examine the relation between nurse characteristics including age, gender, education, work period and nurses' knowledge with the implementation of therapeutic communication conducted in the wards of the general hospital (RSUD) Karawang. This is an analytic research that using cross sectional design. The hypothesis tested in this research are correlation between nurse's characteristics; age, gender, education, work period and nurses' knowledge about therapeutic communication with its implementation in the nursing process. The instrument of this research is questionnaires concerning nursing characteristics and nurse' knowledge on steps in practicing therapeutic communication by using 20 multiple-choice questions. The instrument for measuring the implementation of therapeutic communication is based on Stuart and Sundeen's theory (1987) consisting of four steps in therapeutic communication broken in to 30 questions, graded from "never" up to "always" with a range from 1 to 5. The research sample is 94 fungsionals nurse that work in the ward of RSUD Karawang (total sampling). The result of this research showed that less than half of the respondents (47,9%) are considered good and more than half (52,1%) are bad in implementing therapeutic communication. Education and works period are significantly related to the implementation of therapeutic communication, while age, gender, and grade of knowledge had been proven to be not related of the two significantly related variables the most dominant one is work period. Based on this research it is recommended that the management of the RSUD Karawang improve their nurse's educational level, conducted training on therapeutic communication, adjusted bed nurse ratio, and develop operating standard in implementing therapeutic communication, with supervision from the direct manager and keeping continuing documentation. Research in the implementation of therapeutic communication service from patient's point of view is recommended.

Read More
T-1195
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive