Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jefri Thomas Alpa Edison Silalahi; Pembimbing: Hendrik M. Taurany; Penguji: Anhari Achadi, Marsis, Amroussy D.T.
T-3563
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rima Febrianti; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Mieke Savitri, Amroussy DT. Marsis
B-970
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arip Rahman Hakim; Pembimbing: Amila Megraini, Besral; Penguji: Ede Surya Darmawan, Amroussy D.T. Marsis
Abstrak:

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan dan dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi rumah sakit, hal ini penting karena dari hasil pengukuran tingkat kepuasan pasien dapat diperoleh Karakteristik, Dimensi dan Indikator apa dari jasa rumah sakit yang membuat pasien tidak puas. Sehingga pihak manajemen atau pimpinan harus melakukan koreksi atau perbaikan, karena tanpa adanya perbaikan, basil pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya gambaran kepuasan, karakteristik pasien yang berhubungan dengan tingkat kepuasan serta diperolehnya gambaran kepuasan dari servqual yaitu faktor tampilan fisik (Tangibel}, empati (Emphaty), ketanggapan (Responsiveness), keandalan (Reliability) dan jaminan (Assurance) pelayanan kesehatan pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Tasikmalaya. Penelitian ini sifatnya deskriptif anaiitik sedangkan metodenya adalah longitudinal survey terhadap 140 sampel pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Tasikmalaya. Analisis yang digunakan adalah univariate, bivariate dan multivariate, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kepuasan pasien berdasarkan rata-rata dimensi adalah sangat puas yang nilainya sebesar 97,9%. Hasil uji bivariate menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepuasan adalah umur, jenis keiamin, pekerjaan dan pendidikan, sedangkan hasil uji regresi logistik diperoleh bahwa faktor yang dorninan dalam menentukan kepuasan adalah faktor pekerjaan. Dari Diagram Kartesius diperoleh bahwa Dimensi Assurance yaitu tenaga medic harus mempunyai pengetahuan sehingga mampu menjawab pertanyaan pasien dengan meyakinkan, menyediakan obat-obatan darurat, sikap cekatan, sikap meyakinkan sehingga pasien merasa aman dan harus mempunyai catatan medis dan indikator tenaga medis dan petugas lainnya hares membantu jika ada permasalahan pada pasien dan tenaga medis harus mempunyai catatan medis harus menjadi prioritas utama yang harus segera dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan pasien oleh pihak manajemen. Saran yang diberikan oleh peneliti kepada pihak rumah sakit adalah harus lebih memperhatikan karakteristik pasien yang berumur muda, jenis kelamin perempuan, bekerja dan pendidikan sedang, karena pada kelompok ini merupakan jumlah terbanyak yang menggambarkan ketidakpuasan, memperbaiki Dimensi dan indikator yang menjadi prioritas utama serta perlu adarya penelitian Iebih lanjut yang mendukung penelitian seperti penelitian tentang kepuasan terhadap pemberi pelayanan baik medis maupun paramedis.


 

Patient's satisfaction is the first indicator to a measurement of health quality service and as the hospital standard, and that is an important because the measurement result of patient satisfaction degree shows Characteristic, Dimension and hospital Indicator service that make patient felt dissatisfied. The Hospital management has to conduct a correction because without reparation the result measurement patient is unused. This research aims to know the discription of patient satisfaction rate and patient characteristics that correlates with patient satisfaction and to get the discription of satisfaction from servqual factors like physical factor or Tangible, Emphathy, Responsiveness, Reliability and Assurance health service to the patient who take care of stay in Rumah Sakit Islam Tasikmalaya. The research used descriptive analytic while the research method used is longitude survey to 140 samples patient who take care of stay in Rumah Sakit Islam Tasikmalaya. The Analysis used are univariate, bivariate and multivariate, the statistical test used chi square. Result of the research obtained that patient of satisfaction degree to patient who take care of stay according to Dimension rates about 97,9%. Result of bivariate test shows the factor correlates with the rate of satisfaction are the variable of age, sex, work and education, while the test result of logistic regression obtained that dominant factors in determining the patients satisfaction is work factor. We will find Assurances Dimension In Kartesius Diagram that are medical officer must have knowledge to answer all patient's question, to prepare the emergency medicine, responsiveness, medical officer can make patient comfortable and must have medical record and assisted each other to the patient and medical record as a mayor priority to executed patient expectation by hospital management. Suggested of the researcher to the hospital itself needs to give more attention to the patients characteristic who are young enough, female sex, have an occupation and high education, as in this group is the most quantity which illustrate the dissstisfaction in the service quality of the hospital, repair the majoring Dimension and major priority Indicator in quality services, it is also necessary a further research that support this research, also the research about medics or paramedics.

Read More
B-958
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sirodjudin Hamid; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Luknis Sabri, Kusharisupeni, Amroussy DT Marsis
Abstrak:

Program keluarga berencana dimaksudkan untuk melakukan pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui upaya penurunan fertilitas wanita Indonesia. Upaya yang dilakukan meliputi pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan menggerakkan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menggunakan alat kontrasepsi. Persoalannya di antara wanita PUS terdapat segmen yang kebutuhannya terhadap K.B. tidak terpenuhi (unmet need KB) dan merupakan faktor resiko bagi upaya peningkatan prevalensi kontrasepsi dan kematian ibu karena melahirkan. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, diketahui banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB. , meliputi faktor-faktor pendapatan, jumlah anak, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, wilayah tempat tinggal. Untuk mencapai tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah cross sectional, menggunakan data SDKI tahun 1997. Sampel adalah semua akseptor dan kelompok unmet need K.B.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17410 responden kejadian unmet need K.B. ditemukan 14,9 %, 50,0 % dengan pendapatan rendah, 34,3 % mempunyai anak lebih dari tiga orang, 48,6. % tidak berkerja, 70,5 % tinggal di pedesaan, 63,6 % berpendidikan rendah, dan 4,1 % dengan pengetahuan kurang tentang metode keluarga berencana. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan, jumlah anak, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian unmet need K.B. dan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian unmet need K.B.Untuk mengendalikan atau menurunkan kejadian unmet need K.B. kegiatan penyuluhan dan konseling perlu ditetapkan sebagai kegiatan prioritas dengan sasaran prioritas terdiri dari kelompok wanita PUS berpendapatan rendah, anak lebih dari tiga orang, tidak bekerja, dan tingkat pendidikan rendah. Dari aspek wilayah prioritas diarahkan kepedesaan.


 

Factors Related to Unmet Need of Family Planning(Analysing Data of SDKI 1997)Family planning program aimed to control birth rate by decreasing woman's fertility. These efforts including to establish Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) and encouragement of Pasangan Usia Subur (PUS) to use contraceptive. The issue unmet need of family planning among PUS's women and as risk factor of contraceptive prevalence and maternal mortality. From previous studies, there are some factors related to unmet need of family planning.Objective of this study to find out factors that related to unmet need of family planning, including income, parity, mother?s job, mother's education, mother?s knowledge, and neighborhood. Using cross sectional design and SDKI's data year of 1997. The sample is all the acceptors and the unmet need of family planning group.The result of this study shows that from 17410 respondents unmet need of family planning is 14,9 %, 50 % at low income, 34,3 % have 3 or more children, 48,6 % jobless, 63,6 % uneducated, 4,1 % low knowledge about family planning method, and 70,5 % living in villages. There is significant relationship between income, parity, job, education, knowledge, and neighborhood and knowledge is the most influenced factor.To control or decreasing the unmet need of family, planning, dissemination information activities and counseling should be taken in to account as priority to target group which are women with low income, have 3 children or more, jobless, and uneducated. From territory aspect, priority directed to village.

Read More
T-1303
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
S. Septirahmawati; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Peter A.W. Pattinama, Amroussy D.T. Marsis
Abstrak:

Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat sebaai institusi pemberi layanan kesehatan dituntut umuk gncngupayakan pemanfaatan setiap fasilitas layanan yang dimiliki secara optimal agar dapat tetap survive dalam sitiasi yang kompetitif scpcrti sekarang ini. Salah wtu fasiiitas layanan yang penting adalah apotik, selain keberadaannya Idibutuhkan untuk dapat memenuhi seluruh kcbutuhan obat pasien, bila dikelola idengn balk apotik akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi rumah sakit yang bersangkutan. Adanya kesenjangan jumlah resep yang dilayani instalasi Rumasi akan mempengaruhi kclancaran layanan dan sekaligus mengurangi kesempatan menambah penghasilan bagi RSUP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran talctor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kembaii instalasi farmasi oleh pasien xawatjalan di RS Islam Jakarta Pusat lahun 2006. Penclitian ini merupakan penelitian kuamizalif dengan dcsain cross secrional. Responden dalam penelitian ini besjumlah 110 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan analisis data menggunakan nnalisis univariat dan analisis bivariat uji Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berpendidikan tinggi (Sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi), bcrpcnghasilan rendah., penanggung biaya sama banyak antara pihak ketiga dan biaya scndiri, jumlah tanggungan keluarga sedikir, berpersepsi buruk terhadap harga obat, berpersepsi bali: terhadap petugas apotik, berpersepsi buruk terhadap Iokasi apotik, berpersepsi buruk terlndap infbrmasi obat, berpersepsi bumk tcrhadap mang nmggu. Sedangkan faktor~faktor yang mempunyai hubnngan yang signitikan dengan pemanfaaian kembali instalasi farmasi adalah pelsepsi biaya ohat, persepsi terhadap petugas apotik, pelsepsi infomlasi obat dan persepsi ruang tunggu. Saran yang dianjurkan dalam rangka meningkatkan mulu pelayanan adalah (l)Pasien dengan biaya sendiri dibexikan fasilitas yang lebih baik, (2) Penemuan target pelayanan, baik dajam hal kecepatan, ketepamn jumlah rcsep yang dilayani, (3) Perlu penambahan petunjuk amh apotik agar lcbih dapai dilihat oleh pasien disebabkan lokasi apotik yang berada disudut rumah saldt, (4) Perhmya pelatihan komunikasi pctugas apotik terhadap infoormasi obat yang dibelikan kepada pasien, (5) Dipcrluasnya ruang tunggu apotik, (6) Perlunya analisis harga obat oleh pihak manajemen agar dapat tetap bersaing dengan apotik sekitar.


 

Islamic Hospital as health service institution is claimed to attain using each service facilities which their owned optimally so it can fixed survive in the competitive situation like as today. One of the important service facilities is pharmacy, beside its existence is need to meet all drug needs of patient, if it managed as well it will become one of income source for the hospital. There is gap between total recipe which serviced by pharmacy installation will influence fluent the service and also it can decrease opportunity to enhance RSUP hospital income. Purpose ofthe study to know the feature related factors and using pharmacy installation by Pass Care Patient at Islamic Hospital (RS Islam) Central Jakarta in 2006. This study is a quantitative study using cross sectional design Total of Respondent in this study is 110 persons. Data gathering is performexi by questionnaire and data analysis using Univariate analysis and Bivariate Test Chi Square. Study results shows that majority high level education (Senior High Scholl and College), by lower income, cost insurer is identical between third party and cost itself; total of family insurance is few, bad perception to drug price, good perception to pharmacy staff; bad perception to pharmacy location, bad perception to dmg information, bad perception to waiting room. Whereas the related factors is significant by using the pharmacy installation is perception to drug expenses, perception to pharmacy stafll perception to dnxg infomation and perception to waiting room. Recommendation in effort to enhance service quality are 1 (1) Patient by hospital cost which insured itself must prominent in this service (2) Determining service target, in both in service speed case , and precisely in total recipe which serviced, (3) Manual of phannacy direction must added so it can viewed by patient, because pharmacy location in hospital comer, (4) Urgent explaining from pharmacy statT about drug which given to patient, (5) waiting room in the hospital must enlarged.

Read More
B-954
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asnim; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Anwar Hassan, Caroline Endah Wuryaningsih, PA. Kodrat Pramudho, Amroussy DT. Marsis
Abstrak:

Puskesmas Pembantu merupakan sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia dengan jumlah 21115 unit. Puskesmas Pembantu tersebut turut menentukan berhasil tidaknya pembangunan kesehatan di Indonesia. Dewasa ini peranan yang belum optimal dan kinerja petugas yang masih rendah berimbas terhadap rendahnya kesehatan masyarakat dan pencapaian target atau cakupan beberapa program kesehatan. Dalam hal ini, perlu diadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kinerja petugas Puskesmas Pembantu dalam pelayanan kesehatan dan faktorfaktor yang berhubungan dengan kinerja Puskesmas Pembantu dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Bungo-Tebo.Penelitian ini menggunakan cross sectional design melalui studi observasional untuk melihat faktor status perkawinan, motivasi, tempat tinggal, lama kerja, supervisi dan pelatihan dalam hubungannya dengan kinerja Puskesmas Pembantu Didalam penelitian ini tidak dilakukan, sampling karena seluruh populasi dijadikan responden yaitu . semua petugas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bungo-Tebo yang berjumlah 102 prang.Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor supervisi, motivasi dan pelatihan berhubungan dengan kinerja Puskesmas Pembantu. Sementara faktor status perkawinan, tempat tinggal dan lama kerja tidak berhubungan dengan kinerja petugas Puskesmas Pembantu. Dari ketiga faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas Puskesmas Pembantu tenyata faktor supervisi paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas. Puskesmas Pembantu, dimana petugas Pustu yang cukup mendapatkan supervisi berpeluang mempunyai kinerja baik 2,6 kali dibanding yang kurang mendapat supervisi OR=2,6 (95% CI: 1,063-6,349).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja petugas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bungo-Tebo masih rendah yang disertai dengan tidak tercapainya target cakupan pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, Puskesmas kecamatan mesti melakukan supervisi secara sistematis, terjadwal dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas supervisi dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di mass mendatang.


 

Sub health centre (SHC) is front health service unit in Indonesia numbering as many as 21115 units. This SHC contributes the failure or success of Indonesian health development program. So far, its fair role and its officer working attitude influence on the poor health community and health target achievement or coverage. In this respect, there should be a research in order to obtain description on working attitude of SHC in performing its health service and some factors related to SHC working attitude in order to give health service in Bungo-Tebo District.This research uses cross sectional design through observational study in order to analyz the factor of marriage status, motivation, residence, job duration, supervision and training in relation with SHC working attitude. The research uses total samples in form of whole SHC in Bungo-Tebo District as many as 102 units.Research result shows that the factors of supervision, motivation and training are related with SHC working attitude. On the other hand, The factors of marriage, residence and job duration are not related with SHC working attitude. From three variables related to SHC working attitude, the most related variable is supervision with OR=2,6 (95% CI: 1,063-6,349).The research result shows that health officers' working attitude of SHC in Bungo-Tebo District is stiII low accompanied with the failure of establish health target Therefore, SHC should make supervision systematically and regularly considering supervision quality and quantity in order to improve future health target.

Read More
T-1508
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oscar Karim; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Anwar Hasan, Lukman Hendro, Purnawan Junadi, Amroussy DT. Marsis
Abstrak:

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengeliminir masalah tersebut antara lain dengan memeratakan dan mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat mempunyai akses yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan, dalam bentuk pembangunan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan penempatan Bidan di Desa. Fakta di Kabupaten Merangin terlihat masih rendahnya kinerja Bidan Desa, dari tinjauan teoritis diketahui banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja Bidan Desa, antara lain kurangnya frekuensi dan kualitas supervisi yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap Bidan Desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara supervisi oleh Kepala Puskesmas dan oleh Koordinator Kesehatan Ibu dan Anak (MA) Puskesmas dengan kinerja Bidan Desa di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi, serta faktor yang berpengaruh terhadap hubungan tesebut. Untuk mencapai tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah crossectional. Sampel penelitian semua Bidan Desa yang ada di Kabupaten Merangin yang terdiri dari 69 orang Bidan Desa. Hasil penelitian menunjukkan 37,7 % Bidan Desa dengan kinerja baik, 26,1 % yang memperoleh pembinan melalui supervisi kategori baik, 66,7 % berstatus kawin, 29,0 % berstatus pegawai negeri sipil, 89,9 % mempunyai masa kerja lebih dari tiga tahun, 68,I % bekerja di desa klasifikasi biasa, 59,4 % mendapat cukup penghasilan tambahan, 24,6 % berpengetahuan kategori baik, 66,7 % dengan sikap kategori baik, dan 63,8 % yang mempunyai motivasi baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi oleh Puskesmas dengan kinerja Bidan Desa dan hubungan tersebut tetap bermakna setelah dikontrol dengan variabel penghasilan tambahan, pengetahuan, dan motivasi. Tidak ditemukan adanya interaksi antara supervisi dengan variabel lain di dalam hubungannya dengan kinerja, dan penghasilan tambahan ditemukan sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kinerja Bidan Desa Daftar bacaan : 30 (1980 - 2000).


 

The Relationship between Supervision that Conducted by Public Health Center and Rural- Midwives' Performance at Merangin District, Jambi ProvinceStil in high level maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR) is one of the problems for community health in Indonesia. The efforts that conducted by the government to eliminate these problems, among other to generalized and make close the coverage of public health service to community in order they have obtain high access to the health service. It is in the form of public Health center establishing, sub- public health center, and placing the midwives in rural. The fact, at Merangin District showing that there was still low the midwives' performance in rural, i.e. it was lack of frequency and the quality of supervision that conducted by the public health center to those midwives in rural. The objective of this study is to determine the relationship between supervision that conducted by the public health center and the coordination of Maternal and Child Health (MCH) and the midwives' performance in rural at Merangin District, Jambi Province, and the factor that related to those relations. The study design was cross-sectional, and the samples of this study are all of midwives that available in Merangin District, with number is 69 midwives. The result of this study show that 37,7% of midwives with good performance, 26,1% who obtain guidance through supervision good category. 66,7% were married, 29,0% were civil servant. 89,9% having working experience over than three years. 68,1% work in rural, general classification. 59,4% having enough earning from side job, 24,6% having good knowledge. 66,7% with category good attitude, and 63,8% having good motivation. There was significant relationship between supervision that conducted by the public health center and the performance of midwives, and those relationships is still significant after controlled by the variable of additional salary, knowledge, and motivation. There was not found an intervention between supervision and other variable in working relationship, and additional salary that found as dominant factor that related to the performance of midwives in rural. Reference: 30 (1980-2000).

Read More
T-1245
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syamsul Ridjal; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Haryoto Kusnoputranto, Soekidjo Notoatmodjo, Amroussy D.T. Marsis, Farida Djufri
Abstrak:

Praktik klinik Keperawatan merupakan proses pembelajaran yang perlu mendapat perhatian dan upaya peningkatan agar menghasilkan lulusan D II] Keperawatan yang bermutu. Untuk mengetahui mutu proses praktik klinik dapat dilihat dad kemampuan pembimbing institusi dan instmktur klinik, penggunaan peralatan, pengunaan metode, penggunaan bahan dan Iingkungan praktik klinik.Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh infomtasi tentang rendahnya mutu praktik klinik Keperawatan , populasi peneiitian adalah sernua Mahasiswa Akper Depkes Jambi tingkat H dan tingkat III yang telah mengikuti praktik klinik (total sampel). Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner kepada responden mahasiswa tingkat II dan tingkat III.Hasil penelitian memberikan informasi bahwa sebagian besar pencapaian kompetensi kurang baik temtama unit mata ajaran Keperawatan Kesehatan Ibu (unit 214)) dan unit mata ajaran Keperawatan Kesehatan Anak (unit 321) serta Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri (unit 322). Kemampuan lnstruktur Klinik, penggunaan metode praktik , penggunaan bahan praktik dan lingkungan praktik sebagian besar kurang baik pada mala ajaran Keperawatan semua tingkat usia (unit 217), sedangkan kemampuan pembimbing institusi, penggunaan metode praktik dan lingkungan praktik sebagian besar kurang baik pada mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah (unit 320), dan penggunaan peralatan praktik sebagian besar kurang baik pada mata ajaran Keperawatan Kesehatan Komuniti (unit 213), mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah (unit 320) dan keperawatan Kesehalan anak (unit 321).Kesimpulan penelitian adalah bahwa di tingkat III kernampuan pembimbing institusi yang kurang baik merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya pencapaian mutu praktik klinik, sedangkan di tingkat II faktor penggunaan metode, penggunaan bahan praktik dan pengunaan peralatan yang kurang baik secara bersama berhubungan dengan rendahnya mutu praktik.Kepada Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI disarankan agar pelatihan bimbingan klinik menjadi salah satu prioritas program, selain tetap memperhatikan alokasi anggaran untuk penambahan peralatan praktik. Disamping itu pengelola institusi Politeknik Kesehatan Depkes Jambi Jumsan Keperawatan agar melakukan pertemuan berkaia guna meningkatkan mutu proses praktik klinil.


 

Nursing Clinic practice is a leaming process that needs attention and improvement effort as to produce a qualified nursing diploma III graduate. ln order to lind the quality of clinic practice, it can be seen from the capability ofthe institution supervisor and clinic instructor, the use of tools, the use of method, the use of material and clinic practice environment.The purpose of this research is to gain information about the cause ofthe low quality of nursing clinic practice, the population of the research is all students on second and third grade of Nursing Academy Department of Health Jambi, who have passed through clinic practice, sampling was not done because all students on second and third grade become research respondent. The research is a quantitative research using cross sectional design; data is gained by interview lo students on second and third grade respondent by using questionnaire.The result of the research infomis that, most of competence achivement are not good enough, mostly in the subject of Mgjhgfs Health Nursing (unit 214) and, Paediatric Nursing (unit 321), and Psvchiatric Mental Nursing (unit 322). 'lite ability of clinic instructor, the use of practice method, practice material and practice environtment are not good enough, mostly in the subject All Ages Nging (unit 217), otherwise the ability of institution instructor, the use of practice method and practice environtment are not good enough, mostly in Surggg Medical Nursing (unit 320), while the use of pratice tools is mostly not good enough in the subject of Community Health Nursing (unit 213), Surgery Medical Nursing (unit 320), and Paediatric Nursing (unit 321)The conclusion of the research is that on the third grade, the ability of institution supervisor which is not good enough is a related factor with the low achievement of clinic practice quality, while on the second grade, factor of method using, practice material using, and tools using which are not good enough, have caused the low of clinic practice quality.The researcher suggested that the Head of Medical Staff Education Centre Department of Health Rl makes clinic guidance training to be one of program priority, and also keep giving attention to budget allocation to the practice tools addition. Moreover, the management of the institution Health Polytechnic Department of Health Jambi majoring in Nursing should hold liequent meeting as to improve the quality of clinic practice activity process.

Read More
T-1371
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rustam; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Lukman Hakim Tarigan, Mondastri Korib Sudaryo, Amroussy DT Marsis, Sofyan
Abstrak:

Penyakit malaria menyerang semua orang dan menimbulkan kerugian dibidang sosial ekonomi, sampai saat ini merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada puskesmas di kabupaten Sarolangun. Penelitian ini merupakan studi observational dengan rancangan kasus kontrol. Sebagai kasus adalah klien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala malaria klinis dan hasil sediaan darah malaria positif sedangkan kontrol klien tanpa gejala malaria klinis, dan hasil sediaan darah negatif.Variabel lingkungan dan perilaku yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria yaitu tempat perindukan nyamuk, pendidikan, pemelihaiaan ternak, pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan. Sedangkan status ekonomi, pekerjaan, penggunaan obat anti nyamuk dan pemasangan kawat kasa nyamuk tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Hasil analisis multivariate dari fit-model diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah variabel pendidikan dan pembersihan lingkungan, memiliki kecanderungan 5,85 kali berisiko malaria pada responden yang berpendidikan rendah dan tidak membersihkan lingkungan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan, kiranya pemerintah daerah kabupaten Sarolangun khususnya Dinas Kesehatan dapat merancang program dan kebijakan terhadap pemberantasan penyakit malaria secara lintas program dan lintas sektoral, dan meningkatkan kegiatan survei malaria yang efektif dan efisien secara berkesinambungan melalui puskesrnas meningkatkan program penyuiuhan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan upaya pencegahan, dengan pemakaian kelambu dan pembersihan lingkungan secara teratur.


 

Malaria attacks every body and inflicts social and economical losses. As a health problem, it is among the big ten diseases causing death in Indonesia. The objective of this study was to obtain infomiation regard ing factors related to malaria incidence in community health centers (Puskesmas), regency of (kabupaten) Sarolangun. This observational study was designed in case control manner. A Case was defined as a patient visiting Puskesmas with clinical mataria symptoms and positive parasite blood examination, while a control was a patient without symptom and had a negative parasite blood.Environmental and behavioral variables significantly associated with malaria incidence were breeding places, education, cattle grazing, use of mosquito net, and environmental cleaning. Economic status, occupation, use of anti mosquito chemicals and wire netting were not associated with malaria incidence. The tittest model resulted from multivariate analysis showed that interaction variable of education-environmental cleaning was the most dominant factor. The risk to suffer from malaria was increasing 5.9 times among low educated subjects avoid cleaning their environment.Based on the study findings, it is recommended that the local government in Kabupaten Sarolangun, especially the District Health Oflice, should be able to develop policies to conuol malaria with inter-sector and across program approaches and to improve that effectiveness and efficiency of continuous malaria surveys.It is also suggested that Puskesmas should enhance community education programs concerning malaria and relevant preventive actions, such as using mosquito net and cleaning the enviromnent.

Read More
T-1305
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Haflin; Pembimbing: Hafizurrahman; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Adang Bachtiar, Amroussy DT Marsis, Azhary MS
T-1423
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive