Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Enziana Maharani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Sandra Fikawati, Iing Mursalin, Arifin Effendy Hutagalung
Abstrak:
Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu priotitas nasional yang telah tertuang di dalam Pertaturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2019-2024 dimana target penurunan prevalensi sebesar 14%. Berdasarkan hasil SSGBI Tahun 2021 di Kabupaten Tangerang terdapat sebanyak 23,3% balita yang mengalami stunting sementara tahun 2022 turun menjadi 21,1% dan berdasarkan SKI Tahun 2023 meningkat lagi menjadi 26,4%. Pola tren prevalensi stunting yang fluktuatif menunjukkan bahwa tantangan dalam mengatasi stunting melalui 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting masih menjadi perhatian. 8 aksi tersebut dapat menjadi perangkat subsistem utama dalam upaya integrasi dan konvergensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Tahun 2022 dengan menggunakan teori The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN). Data diperoleh melalui tahap wawancara mendalam dan data sekunder berupa telaah dokumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis konten dan dilakukan triangulasi. Hasil penelitian untuk tahap intelijen menunjukkan Kepala Daerah dan Stakeholder berpartisipasi aktif dalam mendukung percepatan penurunan stunting, meskipun adanya peralihan kepengurusan sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021, DPPKB dibantu oleh Dinkes dan Bappeda dalam mengakomodir Tim Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan hasil rembuk stunting diketahui idenfikasi kendala yang menyasar pada lingkup rumah tangga di 1000 HPK meliputi perbaikan manajemen alokasi anggaran, perbaikan manajemen layanan untuk memastikan layanan menjangkau Rumah Tangga 1000 HPK, perbaikan koordinasi antar OPD serta antara kabupaten/kota dan desa, dan perbaikan manajemen data stunting dan cakupan intervensi. Untuk tahap tindakan pemberian intervensi sudah sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021. Namun untuk kegiatan yang berulang perlu adanya evaluasi dalam peningkatan kualitas intervensi. Pada tahap evaluasi komitmen pimpinan dan stakeholder terkait dalam percepatan penurunan stunting sangat kuat sehingga Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting sudah berjalan sebesar 100% pada tahun 2022. 

Acceleration of stunting prevalence reduction is one of the national priorities outlined in Presidential Regulation Number 72 on 2021 and the National Medium-Term Development Plan (RPJMN) 2019-2024, with a target of reducing stunting prevalence by 14%. Based on the 2021 SSGBI results in Tangerang Regency, 23.3% of toddlers is stunting, which decreased to 21.1% in 2022 but increased again to 26.4% based on the 2023 SKI. The fluctuating trend of stunting prevalence indicates that the challenges in overcoming stunting through the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction remain a concern. These 8 actions can serve as the main subsystem tools for integration and convergence. This study aims to determine the implementation of the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction program in Tangerang Regency, Banten Province in 2022 using The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN) theory. Data was obtained through in-depth interviews and secondary data by reviewing documents. This study uses a qualitative method using content analysis and triangulation. The results of the study for the intelligence stage show that the Head of the Region and stakeholders actively participated in supporting the acceleration of stunting reduction, despite the transfer of management in accordance with Presidential Regulation Number 72 on 2021, The DPPKB, assisted by the Health Departement and Bappeda accommodated the Stunting Reduction Acceleration Team. Based on the results of the stunting deliberation, identified constraints that targeted 1000 HPK households, including improving budget allocation management, improving service management to ensure services reach 1000 HPK Households, improving coordination between OPD’s and between districts/cities and villages, and improving stunting data management and intervention coverage. For the action stage, the provision of interventions was in accordance with Presidential Regulation 72 on 2021, but for recurring activities, evaluation is needed to improve the quality of interventions. In the evaluation stage, the commitment of the leadership and related stakeholders in accelerating stunting prevalence reduction is very strong that the implementation of the 8 Convergence Actions for Accelerating Stunting Reduction has been running at 100% in 2022.
Read More
T-7218
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natalia Desiani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari , Iing Mursalin
Abstrak:

Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko kardiometabolik yang semakin meningkat di Indonesia. Studi ini bertujuan mengidentifikasi determinan biopsikososial yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk usia ≥15 tahun, menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Sebanyak 17.766 responden dianalisis menggunakan regresi logistik multivariat. Prevalensi sindrom metabolik tercatat sebesar 37,7%, lebih tinggi pada perempuan (44,2%) dibandingkan laki-laki (28,2%), dan meningkat pada usia ≥45 tahun. Komponen paling umum adalah hipertensi dan obesitas sentral. Lingkar perut (AOR: 4,00; 95%CI: 3,80–4,20) dan rasio lingkar perut terhadap tinggi badan (AOR: 3,95; 95%CI: 3,75–4,15) merupakan determinan biomedis terkuat. Paparan rokok aktif dan pasif, serta konsumsi alkohol, meningkatkan risiko, sementara aktivitas fisik menunjukkan efek protektif. Konsumsi makanan ultra proses tingkat sedang dan tinggi (AOR: 1,12–1,22) serta konsumsi sedang makanan berlemak dan berbumbu juga meningkatkan risiko secara signifikan. Hasil ini menunjukkan perlunya intervensi yang lebih terarah pada kelompok perempuan dewasa dan lansia, melalui strategi promosi gaya hidup sehat dan pengendalian obesitas sentral untuk menurunkan beban sindrom metabolik di Indonesia.


Metabolic syndrome is a growing public health concern in Indonesia, involving a cluster of cardiometabolic risk factors. This study aimed to identify biopsychosocial determinants associated with metabolic syndrome among individuals aged ≥15 years using data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). A total of 17,766 respondents were analyzed using multivariable logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 37.7%, higher among women (44.2%) than men (28.2%), and increased significantly in those aged ≥45 years. The most common components were hypertension and central obesity. Key biomedical predictors included waist circumference (AOR: 4.00; 95% CI: 3.80–4.20) and waist-to-height ratio (AOR: 3.95; 95% CI: 3.75–4.15). Psychosocial factors such as active/passive smoking and alcohol consumption increased the risk, while higher levels of physical activity were protective. Additionally, moderate and high consumption of ultra-processed foods (AOR: 1.12–1.22) and moderate intake of fatty and seasoned foods were significantly associated with increased risk. These findings highlight the urgent need for targeted interventions, especially for adult and older women, focusing on healthy lifestyle promotion and central obesity control to reduce the burden of metabolic syndrome in Indonesia.

 

Read More
T-7268
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Shafa Khalishah Salsabila Ramadhani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Asih Setiarini, Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari, Iing Mursalin
Abstrak:

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan, perkembangan kognitif, dan produktivitas. Kabupaten/kota Pulau Papua masih menunjukkan prevalensi stunting yang tinggi, melebihi rata-rata nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–59 bulan di 29 kabupaten/kota Pulau Papua menggunakan pendekatan studi ekologi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan regresi linier berganda. Variabel yang dianalisis meliputi karakteristik ibu dan anak, asupan makanan, penyakit infeksi, praktik pengasuhan, akses layanan kesehatan, kondisi lingkungan, dan status ekonomi. Hasil analisis bivariat menunjukkan beberapa variabel memiliki hubungan signifikan dengan stunting, seperti tinggi badan ibu <150 cm, pendidikan ibu <SMA, keragaman pangan rendah, konsumsi tablet tambah darah <90 tablet, tidak ASI eksklusif, dan sanitasi tidak aman. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik dalam analisis multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah dan multisektoral yang mempertimbangkan konteks lokal dalam perencanaan intervensi stunting di Pulau Papua.
Kata kunci: stunting, studi ekologi, Pulau Papua, anak balita, faktor risiko


Stunting is a chronic nutritional problem with long-term impacts on health, cognitive development, and productivity. Districts and municipalities in Papua Island continue to show high stunting prevalence rates, exceeding the national average. This study aims to analyze the factors associated with stunting among children aged 6–59 months in 29 districts/municipalities of Papua Island using an ecological study approach. The research utilizes secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). Data analysis was conducted through univariate, bivariate, and multivariate methods using multiple linear regression. The analyzed variables included maternal and child characteristics, food intake, infectious diseases, childcare practices, healthcare access, environmental conditions, and economic status. Bivariate analysis revealed significant associations between stunting and several factors, such as maternal height <150 cm, education level below senior high school, low dietary diversity, iron tablet consumption <90 tablets, non-exclusive breastfeeding, and unsafe sanitation. However, no statistically significant associations were found in the multivariate analysis. These findings highlight the importance of area-based and multisectoral approaches that take local context into account in planning stunting intervention programs in Papua Island. Keywords: stunting, ecological study, Papua Island, under-five children, risk factors

Read More
T-7261
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive