Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Erita Agustin Hardiyanti; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Mieke Savitri, Nurbaiti Yuliana
S-5148
Depok : FKM UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Salfida Mariani; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Anwar Hassan, Nurbaiti Yuliana
Abstrak:

Puskesmas merupakan satuan unit terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat ternasuk masyarakat miskin. Dalam era globalisasi ini setiap organisasi dituntut untuk dapat berkompetisi dan mempunyaj daya saing sehingga organisasi tersebut dapat mempertahankan keberadaannya. Pelayanan yang dihasilkan dari organisasi puskesmas merupakan kerjasama antara pimpinan puskesmas dan staf puskesmas, dari basil kerjasama yang baik akan menghasilkan pelayanan yang bennutu. Peran pimpinan puskesmas terhadap kemajuan organisasi sangat utama dan pimpinan harus mampu rnemberikan kepuasan kerja terhadap staf dalam organisasi, kepuasan kerja staf dalam organisasi akan menciptakan suatu pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas dalam melaksanakan Program Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Serang Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif terhadap 144 staf puskesmas dari 38 puskesman di Kabupaten Serang. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivadat dan multivariat dengan uji statistik Chi square dan Regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kepuasan kerja (total) staf puskesmas menggunakan cut of point mean sebesar 50,9o/a, kepuasan kerja tertinggi pada dimensl kepuasan kelja 1erhadap gaji (60,5%) dan terendah pada dimensi kepuasan ketja terhadap pembagian jasa medis (35)1%). Mayoritas kepala puskesmas menampilkan gaya kepemimpinan transaksional (55,3%) dikoinbinasikan dengan gaya kepemimpinan transformasional (52.6%). Dari hasil uji bivariat diperoleh ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpioan transformasional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P=0,02). Ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P= 0 04) Dimensi kepemimpinan yang mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan keija staf adalah dimensi attributed charismatik (P= 0,001), dimensi idealized influence (P= 0,024), dirnensi intelectual stimulation (P= 0,025), dimensi individualized consideronce (P= 0,008), dimensi Cl)nfingen reward (P= 0,020), dimensi laissez faire (P= 0,038). Foktor konfonding tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan kerja staf puskesmas. Hasil uji statistik multivariat didapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi hubungan kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas adalah kepemimpinan transfonnasional dengan dinlensinya attributed charismatik. Persepsi gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja staf disarankan kepada kepala puskesmas agar meningkalkan gaya kepemimpinan transformasional terutama dimensi attributed charismatik, perlu memperkenalkan gaya ini kepada para calon kepala puskesmas melalui pelatihan kepemimpinan. Para kepala puskesmas agar lebih memperhatikan pembagian jasa medis kepada stafnya dan disesuaikan dengan beban kerja yang diemban para staf, sehingga kepuasan kerja staf dapat meningkat, tetap menjaga dan meningkatkan hubungan antar staf yang sudah baik.


Central public health as a leading unit which give health care services to the whole society including the impecunious. in globalization era, every organization have to be able to compete and also have the competitive ability so that the organizations are able to maintain the existance. The service that produced by central public health organization a cooperation between heed central public health and staff; the result from this cooperation will produce a service quality. The role of the head puskesmas to organization progress is very important which he gave the work satisfaction to staff and mixed the individual target to be improve a part organization target, therefore work satisfaction of staff on organization will improve the service quality to society. The aim of this research are to get picture and the relation between head to puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff to execute the JPKMM program in Serang district in 2007. This research uses cross sectional desaign with quantitative approach for 144 puskesmas staf from 38 puskesmas in Serang district. Analysis type that used are univariat, bivariate and multivariate with Chi square and double logistics regresi statistic test. The resu1t of this research indicates that percentage of work satisfaction (totalize} staff puskesmas staf use 50.9% cut off point mean the highest work satisfaction at dimension of work satisfaction to salary (60,5%) and lowest at dimension of work satisfaction to share of medical service fee (35,1%). Majority of head puskesmas presents transactional style leadership (55,3%) combined with transformational style leadership (52,6%). The result from bivariate test obtained that there is significant relationship between transformational style leadership to work satisfaction of puskesmas staff (P= 0,02). Significant relationship also found has a transaktional leadership style to work satisfaction of puskesmas (P= 0,04) Leadership dimension which have significant relationship to work satisfaction of puskesmas staff is attributed charismatik dimension (P= 0,001), idealized influence dimension (P= 0,024), intellectual stimulation dimension (P= 0,025), individualized considerance dimension (P= 0,008), contingen reward dimension (P= 0,020), laissez faire dimension (P= 0,038). Confounding factor has no significant relationship to work satisfaction ] puskesmas of staff. The result from multivariate statistic test obtained that the most dominant factor influence the relation between head puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff is transformational leadership with its attributed cbarismatik dimension. Leadership styles Perception have influence to work satisfaction of puskesmas staff, it is suggested to head puskesmas to improve transformational styles leadership especially attributed charismatic dimension, this leadership styles must introduced was to head puskesmas candidate through a leadership training. Heads puskesmas have to concerned more to share of about medical service fee to its staff raised up and also have to maintain and improve the relation among that has been good.

Read More
T-2890
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wanda Luthfiah; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Zakianis, Lusi Nurbaiti Badri
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi pengelolaan air lindi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipayung Kota Depok Tahun 2019. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menerapkan teori pendekatan sistem dimana terdiri dari unsur-unsur input, proses, dan output. Pada unsur input pengelolaan air lindi mencakup enam hal yaitu man, money, method, machine, dan sarana penunjang. Unsur proses mencakup produksi dan pengolahan air lindi. sedangkan untuk unsur output mencakup kualitas air lindi yang dihasilkan. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dengan cara pengujian kualitas air lindi dan wawancara terhadap informan penelitian. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pengelolaan air lindi di TPA Cipayung sudah cukup sesuai dengan teori yang diterapkan pada penelitian ini hanya saja beberapa bagian dari unsur yang ada masih belum terpenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kata kunci: pengelolaan air lindi, TPA Cipayung Kota Depok, kualitas air lindi, kualitas air sumur
Read More
S-10045
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andina Pratiwi Carnadi; Pembimbing: Hafizurrachman; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Nurbaiti
S-6223
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Heriandi; Pembimbing: Adang Bachtiar, Yayuk Hartriyanti; Penguji: Dian Ayubi, Suhartati, Nurbaiti Yuliana
Abstrak: Tujuan: Penelitian ini menggambarkan tingkat kepuasan pasien dan faktor–faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Rancangan Penelitian: Deskriptif analitik, dengan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Sampel dan Pengumpulan Data: Sampel penelitian adalah pasien yang berkunjung pada Instalasi rawat jalan RSOB yang terpilih menjadi responden dengan syarat pasien dapat berkomunikasi secara baik dalam menjawab pertanyaan kuesioner, tidak dirujuk ke rumah sakit lain, pasien yang sudah pernah berobat sebelumnya serta tidak menderita penyakit kronis (Hipertensi, Diabetes, Tbc, Kusta), dan kalau pasien anak diwakili oleh orang tuanya. Pengumpulan data pasien dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh 15 orang dari mahasiswa tahun terakhir Politekhnik Kesehatan Batam dan sudah mendapatkan kuliah mata ajaran metodologi penelitian. Data yang dikumpulkan adalah persepsi pasien/responden tentang mutu layanan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Otorita Batam serta data tentang karakteristik responden. Bahan dan Cara Kerja: Untuk variabel karakteristik pasien dan sikap karyawan akan dianalisis dengan distribusi frekuensi. Tingkat kepuasan pasien yang meliputi pertanyaan tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Sedangkan karakteristik pasien meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, cara bayar, kemauan berobat dan kemudahan akses. Begitu juga sikap karyawan meliputi : sikap terhadap konsumen, pekerjaan dan pasien atau keluarganya yang kesal. Untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen maka dilakukan analisa bivariat. Untuk menjawab hipotesis dilakukan uji statistik multivariat, regresi logistik untuk melihat faktor dominan. Hasil : Dari hasil perhitungan responden sebanyak 123 orang, didapatkan hasil 55,3% responden tidak puas dan 44,7% responden puas. Ada perbedaan yang signifikan antara umur, kemauan berobat, kemudahan akses ke rumah sakit dengan tingkat kepuasan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pekerjaan, tingkat pendidikan, cara bayar, jenis kelamin dengan tingkat kepuasan. Dari hasil analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna dengan tingkat kepuasan adalah variabel kemauan berobat. Kesimpulan : Hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang menyatakan puas terhadap mutu pelayanan rumah sakit sebesar 44,7 % dan karyawan kurang memahami pentingnya sikap dalam melayani pasien/keluarganya sehingga pasien kurang puas akan mutu pelayanan yang diberikan. KataKunci : Kepuasan pasien, Kemauan berobat, Instalasi Rawat Jalan RSOB.
Objective: This research describes the level of patients satisfaction and and factors correlate with the level of patient satisfaction Design of Research: Descriptive analytical, within quantitative approach, by using cross sectional design Samples and Data Acquirement: Samples of research are the patients visiting to the outpatient installation of RSOB that selected as the respondents with requirement of the patients are able to communicate well in answering the questionnaire, not moved to the other hospital, patients who have ever visited before also do not suffer from the chronic disease (hypertension, diabetes, Tuberculose, Kusta) and if the child patients are represented by their parents. The patients data acquirement is carried out by the researcher and assisted by 15 students of the latest year of the Batam Health Polytechnic and already had the subject of research methodology. The collected data is the perception of patients /respondents about the service quality in the outpatient installation of Batam Authority Hospital either data about respondents characteristics. Matters and Procedure: For the variable of patients characteristic and the employees attitude will be analyzed by frequency distribution. The patient satisfaction level which include the questions of tangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. While the patients characteristics include: age, education, occupation, sex, way of payment, willingness to cure, and easiness access. And so does the employees attitude include: attitude to the costumer, occupation and patients or their disappointed families. To identify the relationship between 2 variables that are independent and dependent variable, therefore it is done a bivariate analysis.to answer the hypothesis, carried out a multivariate statistical test , logfistic regression to identify the dominant factors. Result: From the result of respondent calculation as many of 123 people, obtained a result of 55,3% of dissatisfactory respondents and 44,7% of satisfactory respondents. There is a significant difference among the age, willingness to cure, the access easiness to the hospital within satisfaction level. From the result of multivariate analysis in fact that variable has a meaningful relationship with the satisfaction level is the variable of curing willingness. Conclusion: Result of research produces that patients expressing satisfactory to the service quality of the hospital as much of 44,7% and that employees less understand the importance of attitude in serving the patients or his family that consequently the patients are less satisfied to the given service quality. Keywords: Patients Satisfaction, Willingness to cure, Out-patient installation of RSOB.
Read More
T-2101
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bahrul Mazi; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Siti Nurbaiti
S-4887
Depok : FKM-UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sarah Rosa Jacquiline; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Budi Hartono, Lusi Nurbaiti Badri
Abstrak:
Latar Belakang: Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan tiga wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di Indonesia, sekaligus penyumbang terbesar timbulan sampah nasional. Meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan, upaya pengurangan sampah di ketiga provinsi ini belum optimal. Tujuan: Mengetahui gambaran upaya pengurangan sampah melalui bank sampah dan TPS3R di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur tahun 2024. Metode: Penelitian data deskriptif kuantitatif ini menggunakan data sekunder dari SIPSN tahun 2024. Analisis dilakukan melalui analisis univariat menggunakan tabel dan pemetaan spasial dengan pendekatan pemetaan persebaran fasilitas pengelolaan sampah. Hasil: Jawa Timur memiliki jumlah bank sampah terbanyak, sementara TPS3R lebih banyak ditemukan di Jawa Tengah. Meskipun begitu, efektivitas pengurangan sampah melalui kedua fasilitas tersebut di ketiga provinsi masih berada di bawa target nasional (<30%). Kesimpulan: Pengurangan sampah melalui bank sampah dan TPS3R belum efektif dalam menekan timbulan sampah. Permasalahan utama meliputi distribusi fasilitas yang tidak merata, rendahnya partisipasi masyarakat, dan keterbatasan dukungan infrastruktur. Saran: Pemerintah daerah perlu memperluas cakupan TPS3R dan bank sampah, memperkuat regulasi berbasis 3R, serta meningkatkan alokasi anggaran dan edukasi publik guna mengoptimalkan pengelolaan sampah dari sumbernya.

Background: West Java, Central Java, and East Java are the three most populous provinces in Indonesia and major contributors to the country’s total waste generation. Despite various policies, waste reduction efforts in these provinces remain suboptimal. Objective: To examine the waste reduction efforts through waste banks and TPS3R (3R-based Waste Processing Sites) in West Java, Central Java, and East Java in 2024. Methods: This descriptive quantitative study utilizes secondary data from the 2024 SIPSN. The analysis was conducted through univariate analysis using tables and spatial mapping, employing a distribution mapping approach of waste management facilities. Results: East Java had the highest number of waste banks, while Centra Java led in the number of TPS3R facilities. However, the overall effectiveness of waste reduction in all three provinces remained below the national target (<30%). Conclusion: Waste reduction through TPS3R and waste banks has not yet been effective in significantly decreasing waste generation. Key challenges include unequal facilty distribution, low public participation, and limited infrastructure support. Recommendation: Local governments should expand TPS3R and waste bank coverage, strengthen ER-based regulations, and enhance budget allocation and public education to optimize waste management at the source.
Read More
S-11892
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirza Oktariani Anggina Putri; Pembimbing: Zakianis; Penguji: I Made Djaja, Lusi Nurbaiti Badri
Abstrak: Di Indonesia upaya pengurangan sampah dilakukan melalui TPS3R dan bank sampah dengan target nasional sebesar 30% pada periode 2017-2025 berdasarkan Peraturan Presiden No.97 Tahun 2017. Akses masyarakat terhadap pelayanan tersebut baru mencakup 79,8% di seluruh Indonesia dengan akses terbanyak dirasakan oleh penduduk kota dibanding desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase sampah yang terolah di TPS3R dan bank sampah berdasarkan sebarannya di 3 kota, Kota Depok, Kota Bogor, dan Kota Tangerang Selatan Tahun 2018. Jenis penelitian adalah deskriptif yang bersumber dari data pencatatan, kebijakan daerah, dan berita resmi pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase efektivitas pengurangan sampah ke TPA di ketiga kota belum mencapai target yakni masih dibawah 5%. Ketersediaan akses terhadap TPS3R yang paling baik adalah Kota Tangerang Selatan sementara Kota Depok mempunyai ketersediaan akses terhadap bank sampah yang paling baik. Nilai efektivitas pengurangan sampah tertinggi diraih oleh Kota Depok yang mempunyai peraturan daerah terkait 3R. Kota dengan alokasi dana terhadap pengelolaan sampah terbesar adalah Kota Depok, namun Kota Bogor dengan alokasi dana sebesar 2.2% dapat mencapai nilai efektivitas setengah dari nilai efektivitas Kota Depok dan persentase pembinaan dan pemantauan yang paling besar di antara ketiga kota lainnya. Kota Tangerang Selatan dengan cakupan pelayanan TPS3R yang paling baik mempunyai nilai efektivitas terendah meskipun nilai Indeks Pembangunan Manusia adalah tertinggi. Nilai efektivitas yang dicapai ketiga kota belum memenuhi target pengurangan sampah nasional dengan persentase efektivitas diraih TPS3R lebih tinggi dibanding bank sampah.
Kata Kunci: Pengelolaan Sampah Padat, TPS3R, Bank Sampah, Efektivitas, Akses.

In Indonesia, waste reduction efforts are done through TPS3R and waste bank with a national target of 30% in the period 2017-2025 under Presidential Regulation No.97 Year 2017. An effective waste reduction effort can be measured by two indicators, namely primary indicators through the percentage of recycled waste, and other indicators related to legal, monitoring, financial, service coverage, and community participation. This research aims to know the percentage of waste managed in TPS3R and waste bank in 3 cities, Depok City, Bogor City, and South Tangerang City. The type of this research is cross-sectional which sourced from recording data, regional policy, and official government news. The results showed that the percentage effectiveness of waste reduction to landfill in three cities has not reached the target that is still below 5%. The highest effectiveness of waste reduction by TPS3R and waste bank was achieved by Depok City which had 3R related local regulation. The city with largest budgeting allocation for waste management is Depok City, but Bogor City with a budget allocation of 2.2% can achieve the value of half effectiveness of Depok City and the highest percentage of training and monitoring from government among the three cities. South Tangerang City with the best coverage of TPS3R services has the lowest effectiveness value despite its high Human Development Index value. The effectiveness of the three cities still not yet reached a national target of waste reduction efforts with the percentage of effectiveness achieved by TPS3R higher than the waste bank.
Key words: Solid Waste Management, TPS3R, Waste Bank, Effectiveness, Access.
Read More
S-9668
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irma Widiastari; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Wachyu Sulistiadi, Nurbaiti Yuliana
Abstrak: Wilayah Indonesia secara geografis merupakan area yang rawan bencana. Jikaterjadi bencana biasanya akan ada penyakit-penyakit menular tertentu yang timbuldan mengalami peningkatan melebihi batas normalnya di masyarakat yangterdampak oleh bencana tersebut. Pada akhirnya hal tersebut dapat dikategorikansebagai darurat kesehatan masyarakat. Masyarakat adalah pihak pertama yanglangsung berhadapan dengan ancaman dan bencana karena itu kesiapanmasyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di masyarakat. Indonesiasebagai negara berkembang tentunya memiliki wilayah perkotaan dan pedesaanyang berbeda dari aspek pembangunan, pemerintahan serta kondisi geografisnya.Perbedaan potensi aspek tersebut tentunya berpengaruh terhadap kemungkinanadanya perbedaan juga dari sisi kesiapsiagaan masyarakatnya dalam menghadapikondisi darurat kesehatan masyarakat dan kebencanaan. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui seperti apa gambaran kesiapsiagaan masyarakatperkotaan dan pedesaan di Indonesia yang dalam penelitian ini mengambil contohdi wilayah Kampung Makasar-Jakarta Timur dan Desa Campaka-Cianjur yangdipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kedua wilayah tersebut berpontensi akanadanya masalah darurat kesehatan masyarakat baik dari segi bencana maupunpeningkatan kasus penyakit. Penelitian ini menggunakan gabungan dari metodekuantitatif data analisis deskriptif berdasarkan penilaian kesiapsiagaan masyarakatyang mengkombinasikan dari unsur Desa Siaga Aktif dan Desa Tangguh Bencanadan kualitatif (wawancara mendalam, telaah dokumen). Hasil dari penelitian inimengungkap bahwa ada perbedaan nilai kesiapsiagaan di masyarakat pedesaaandan perkotaan. Pada wilayah perkotaan, hasil persentase kesiapsiagaan yangdidapat adalah sebesar 62.3% sedangkan untuk wilayah pedesaan sebesar 41.3%.Dari 20 indikator hampir memenuhi dalam hal keberadaan dan juga bervariasiantara daerah pedesaan dan perkotaan. Poin yang masih kurang adalahpelaksanaan indikator dan kinerja belum seperti yang diharapkan sebagaimanamestinya. Penyebab perbedaan yang paling mencolok hasil antara pedesaan danperkotaan perbedaan struktural, aksesibilitas, pendanaan dan pengetahuanmasyarakat. Untuk itu diperlukan pengawasan pihak stakeholder (dalampenelitian ini adalah Puskesmas, pemerintah di pedesaan dan perkotaan)Kata kunci : kesiapsiagaan masyarakat, darurat kesehatan masyarakat, pedesaan,perkotaan.
Indonesia teritory geographically is a disaster-prone area. In the event of a disasterthere will usually be certain infectious diseases that arise and have increasedbeyond normal limits in communities affected by the disaster. In the end it can becategorized as a public health emergency. Community is the first to directly dealwith the threat and disaster. Preparedness in community will determines the sizeof the impact of disasters on communities. Indonesia as a developing country haveurban and rural areas that different from the aspect of development, governmentand geography. The potential difference aspects certainly affect the possibility ofdifferences also in terms of community preparedness in the face of public healthemergencies and disasters. The purpose of this study was to determine aboutcommunity preparedness in urban and rural communities in Indonesia, which inthis study took a sample in Kampung Makasar-East Jakarta and Desa Campaka-Cianjur that were selected based on the consideration that the two regions areequally harmful for any problems public health emergencies both in terms ofdisaster as well as an increase in cases of the disease. This study uses acombination of quantitative methods (descriptive analysis data based on anassessment of the preparedness of community that combines elements of DesaSiaga Aktif and Desa Tangguh Bencana) and qualitative methods (in-depthinterviews, review of documents). The results of this study reveal that there areany differences in preparedness in rural and urban communities. In urban areas,the percentage of community preparedness is 62.3%, while in rural areas is 41.3%.Almost all of 20 indicators meet in existence and also vary between rural andurban areas. Points are still lacking is the implementation and performanceindicators were not as expected as it should be. The cause of the most strikingdifference between the results of the structural differences in rural and urbanareas, accessibility, funding and knowledge society. It is necessary for thesupervise of the stakeholders (in this research are health centers, the governmentin rural and urban)Keywords: community preparedness, public health emergency, rural, urban.
Read More
T-4826
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iswadi; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Agustin Kusumayanti, Lucia B. Siregar, Nurbaiti Yuliana
Abstrak:

A B S T R A K Kepuasan dan ketidakpuasan kerja karyawan merupakan aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian organisasi dalam upaya peningkatan kemampuan karyawan disuatu organisasi. Apabila kepuasan kerja mereka terpenuhi, maka pekerja cenderung akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, sebaliknya ketidakpuasan kerja akan mengakibatkan tingginya tingkat keluar masuk pekerja (turned over), ketidakhadiran, pemogokan dan tindakan-tindakan lain yang merugikan organisasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Januari dan Maret 2008 dengan sampel 53 karyawan untuk mengetahui gambaran tingkat ketidakpuasan kerja karyawan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan kerja karryawan yang meliputi aspek insentif, kondisi kerja, supervisi, interaksi sesama rekan kerja, prosedur organisasi, kesesuaian pekerjaan dan promosi karier. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat ukur kuesioner yang selanjutnya diuji melalui uji kai kuadrat dengan batas kemaknaan alpha 5% (0,05) dan Confindent Interval (CI) 95% serta uji regresi logistik ganda. Sedangkan untuk mengeksplorasi informasi penyebab tertimbulnya ketidakpuasan kerja karyawan dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap karyawan, Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas sebagai informannya. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran tingkat ketidakpuasan kerja karyawan 73,6%, insentif 60.4% tidak adil, kondisi kerja 69,8% tidak mendukung, supervisi 66% kurang baik, interaksi sesama rekan kerja 43,4% tidak mendukung, prosedur organisasi 58,5% tidak mendukung, kesesuaian pekerjaan 64,2% tidak sesuai, promosi karier 50,% tidak adil. Secara statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara insentif (p-value 0,002), kondisi kerja (p-value 0,002), supervisi (p-value 0,049), interaksi sesama rekan kerja (p-value 0,025), prosedur organisasi (p-value 0,003) dan promosi karier (p-value 0,0005) dengan ketidakpuasan kerja karyawan. Sedangkan kesesuaian pekerjaan tidak ada hubungan dengan ketidakpuasan kerja karyawan (p-value 0,336). Analisis multivariat menunjukkan insentif dan kondisi kerja berhubungan secara signifikan dengan ketidakpuasan kerja. Sedangkan supervisi, interaksi sesama rekan kerja, prosedur organisasi, kesesuaian  pekerjaan dan promosi karier tidak ada hubungan dengan ketidakpuasan kerja karyawan dan insentif merupakan aspek yang paling dominan mempengaruhi ketidakpuasan kerja karyawan. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen organisasi supaya menyusun suatu kebijakan atau peraturan tentang sistem pemberian insentif dengan mempertimbangkan beban kerja, tanggung jawab, keterampilan, kemampuan dan prestasi kerja karyawan, mendesain ruangan kerja yang nyaman bagi karyawan, baik aspek temperatur, kebersihan dan penataan ruangan, melakukan supervisi serta bimbingan secara rutin dan terjadwal terhadap pekerjaan karyawan, meningkatan keakraban sesama karyawan melalui program budaya silaturrahmi, menyusun Tupoksi bagi semua bagian serta untuk semua karyawan, menempatkan dan memberikan pekerjaan sesuai pendidikan, ketrampilan dan kemampuan karyawan dan melaksanakan sistem promosi karier yang berdasarkan kejujuran, kemampuan dan kecakapan serta sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) yang berlaku. Daftar  bacaan : 38 (1985 – 2008)


A B S T R A C T Satisfaction and unsatisfation of employees on working condition is the important aspect that needs to have an organization in increasing the employees’ ability within the organization. When their satisfaction on working condition has been fulfilled, then the workers inclined to have a high motivation to work. On contrary, unsatisfation raising the worker’s turned over, absenteeism, strike and others that inflicted a loss upon the organization. The research has been done health office district Aceh Barat Daya Province Nanggroe Aceh Darussalam on January and March 2008. This research using cross sectional design qualitative and quantitative approach covered 53 respondents the aim of research is to find out the picture of employees unsatisfation level on their job and factors related to that matter including, incentive aspects, working condition, supervision, workers interaction, the procedures on the organization, job compatibility and career promotion. For quantitative approach, those respondents were interviewed by using questionnaires, examined with chi square for alpha 5% (0,05), confident interval (CI) 95% and double logistic regression. Deep interviewed has been done to employees, head office and heads of sub office as the informant in exploring the causal information of employees unsatisfation. The result of picture obtained 73,6% of employees are unsatisfation, the [1] in incentive is 60,4%, working condition is 69,8% not supportive,  supervision is 66%, workers interaction is 43,4% not supportive, organization procedure is 58,5% not supportive, the job compatibilityof is 64,2% the is a significant relationship between incentive (p-value 0,002), working condition (p-value 0,002), supervision (p-value 0,049), workers interaction (p-value 0,025), the procedures of organization (p-value 0,003) and promotion on career (p-value 0,0005) with employee’s unsatisfation while there is no relationship between the compatibility of the job with employees unsatisfation (p-value 0,336). Multivariate analysis shows there is a significant relationship between incentive the job employees unsatisfation. While there is no relationship between supervision, workers interaction, the procedure of the organization, job nature, career promotion with employees satisfaction. The incentive is the most dominant aspects that influencing the employee’s unsatisfation. There for, the management of the organization should arrange the policy or regulation about the system with the consideration on job load, responsibility, skill, ability and the working achievements. The management should design the comfortable working places with the consideration on the temperature, cleanliness and room ordering. Increasing the familiarity among the workers through the program of silaturrahmi’s culture and implementing the career promotion system based on honesty, ability, skill. and  in accordance with government regulation that go into effect. References : 38 (1985 – 2008) 


 

 

Read More
T-2865
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive