Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Wonosobo meningkat dalam 3 tahun terakhir. Kejadian tertinggi adalah 348 per 1.000 balita pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap ISPA, dengan menggunakan desain cross sectional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah 2012. Sampel dipilih secara acak sederhana berdasarkan cluster mewakili perbedaan ketinggian di Wonosobo, selanjutnya pemilihan subjek penelitian menggunakan cara Propobability proportional to Size (N = 250). Studi ini menemukan prevalens kejadian ISPA sebesar 60,80%, lingkungan fisik rumah berhubungan dengan kejadian ISPA setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan ibu. Proporsi kejadian ISPA 68,47% dari balita yang tinggal pada kondisi rumah kurang, sedangkan 27,66% balita tinggal dalam kondisi baik (PR= 2,47, 95% CI: 1,545-3.967). Diperlukan upaya promosi kesehatan dan tindakan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama kondisi rumah untuk mencegah ISPA.
The incidence of acute respiratory infections (ARI) on children under five in Wonosobo was increasing in the last 3 years. The highest was 348 per 1.000 children under five in 2010. The study aimed to determine the influence of house condition to ARI. This was an analytic cross sectional study. The population was all of under five In Wonosobo District, Central Java Province 2012. Sample was selected by cluster simple random sampling, the cluster was representing the altitude of Wonosobo, then the selection of subject study using propobabilty proportional to size (N=250). This study found a prevalence of 60.80% of ARI, the house physical environment associated with the incidence of ARI home after the controlled of maternal knowledge variable. proportion of ARI incidence 68.47% of children who live on bad house conditions, while 27.66% children under five living in good conditions (PR = 2.47, 95% CI: 1.545 to 3967). Need a health promotion and an action to increasing the health environments especially the house conditions to prevent ARI.
Kanker Ovarium merupakan salah satu dari tiga keganasan kanker ginckologi yang paling sering ditemukan pada alat genitalia wanita selain kanker serviks dan kanker uterus. lnsidens rata-rata kanker ovarium diperkirakan 15 kasus baru per 100 ribu populasi wanita daiam setahunnya. Di AS kanker ovarium merupakan penyebab kematian kanker urutan kelima pada wanita setelah kanker paru, kanker payudara, kanker kolorektal dan kankcr pankreas, Sedangkan di Indonesia merupakan penyebab kematian kedua karena keganasan akibat kanker ginekologik pada wanita setelah kanker serviks. 70% dari penderita kanker ovarium diperkirakan akan meninggal dengan angka ketahanan hidup 3 tahun sebesar 54% dan 5 tahun sebesar 44%. Penilaian angka ketahanan hidup umumnya digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor prognosis terhadap ketahanan hidup penderita. Analisis yang dapat digunakan untuk menghitung angka ketahanan hidup adalah dengan metode Life table dan Kaplan Meier, untuk menilai pengaruh faktor prognosis terhadap risiko kematian penderita kankcr ovarium epitelial digunakan dengan metode regresi Cox. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stadium kanker terhadap angka ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial, dan penilaian pada variabel lain yaitu jenis histologi, derajat ditérensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, status perkawinan, keadaan umum setelah operasi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status pengobatan yang mempengaruhi hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup. Penelitian mempakan studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik penderita kunker ovarium epitelial. Terdapat dua analisis ketahanan hidup yaitu ketahanan hidup 5 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada 1993 sampai mei 2003 sebanyak 84 pendcrita dan 3 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada i993 sampai mei 2005 sebanyak II6 penderita. Pengumpulan data melalui observasi rekam medik dan penelusuran melalui telepon. Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 39% dan ketahanan hidup 3 tahun adalah 51%. Ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita dengan stadium awal (I-II) dengan stadium lanjut (III-IV) dcngan p=0,0007 dan p=0,0001. Angka ketahanan hidup 3 tahun pada stadium awal sebesar 83% dan stadium Ianjut sebesar 37%. Angka kctahanan hidup 5 tahun pada stadium awal sebesar 74% dan stadium Ianjut sebcsar 15%. Ada perbedaan bennakna pada probabilitas kctahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epiteiial dengan residual tumor < 2 cm dengan 2 2 cm dengan p=0,0003 dan p=0,0437. Risiko kematian 3 tahun penderita kankcr ovarium epitclia! dengan stadium lanjut 5 kali (95% Cl 1,76-14,22) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Sctclah memperhitungkan variahcl derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status pengobatan risiko kernatian stadium lanjut scbcsar 5,09 kali (l,6\-|6,I0) dibanding stadium awal. Pada saat setelah mempcrhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,47 kali (95% CI 1,50-13,37) dibanding stadium awal. Risiko kematian 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial dcngan stadium Ianjut 5,84 kali (95% Cl 2,l8~i5,59) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Setelah mempcrhitungkan variabel derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status penobatan risiko kematian stadium lanjut sebesar 4,02 kali (95% Cl 1,24-l2,99) dibanding stadium awal. Pada saat setelah memperhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,68 kali (95% CI 1,53-l4,28) dibanding stadium awal.
Ovaries cancer is one of three kind of gynecologncal cancers that mostly found on women genitalia, beside cervical and uterus cancers. the average incidence of the ovaries cancer is estimated around 15 new cases of l00 thousand women per year. ln the US, the ovaries cancer is the tifth of cause death by cancer on women. after lung, breast, colorectal and pancreatic cancers. Meanwhile, in lndonesia, ovaries cancer is causing death number two for gynecological cancer in women, after cervical cancer. Seventy percents of patients with ovaries cancer is estimated will bc death with the survival rate for 3 years is 54% and tbr 5 years is 44% respectively. The assessment on survival rate is usually use for evaluating the effect of prognosis factors on the patients survivorship. Analysis that can he use for calculating the survival rate is Life Table and Kaplan Meier methods, and to assess the eflect of prognosis factors to death risk of patients with epithelial ovaries cancer is using the Cox Regression. The aim ofthe study is to tind out the effect of cancer stadium on the survival rate at 3 and 5 years of patients with epithelial ovaries cancer, and assessments toward variables that influenced the correlation between cancer stadium and survival, namely: histology types, degree of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, peritoneal fluid accumulation (ascites), marital status, post-surgery general condition, education, occupation, and medication received. The study applies a retrospective cohort design, using a secondary data on medical records of patients with epithelial ovaries cancer. There two analyses of survival, the 5 years on survival ol' patients diagnosed and finished the medication from |993 until May 2003, account for 84 patients, and the 3 years on survival of patient diagnosed and complete medication from 1993 to May 2005, comprise 116 patients. Data are collected through the observation on medical records and searched by phone. The study revealed that in overall, the suwi val rate of 3 years and 5 years are 5 l% and 39%. It is also found a statistically significant on 3 years and 5 years of survival of patients at beginning stadium (l-ll) and advance stadium (lil-IV) with P-value on 0.0007 and 0.000l. While the survival rate of 3 years at beginning stadium is 83% and at advance stadium is 37%, the survival rate of 5 years at beginning stadium is 74% and at advance stadium is 15%. A significant probability on survival of 3 and 5 years is found between tumor residual less than 2 cm and 3 2 cm, with P-value 0.0003 and O.437. Three years death risk of patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5 times (95% Cl; 1.76-14.22) compare to those at beginning stadium, before adjusted by its covariate variables. Alter adjusted with variables of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is 5.09 times (95% Cl: l.6l-l6.l0) compare to beginning stadium. When adjusted with variables of histology types and medication status, thc death risk at advance stadium is lower to 4.47 times (95% Cl: 1.50-l3.37) compare to beginning stadium. Of 5 years death risk for patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5.84 times (95% Cl: 2.l8-l5.59) compare to beginning stadium, before adjusted with its covariate variables. After adjusted with variables of cells diliercntiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is lower to 4.02 times (95% CI: 1.24-l2_99) compare to beginning stadium, but the death risk is increase again when adjusted with variables of histology types and medication status, to 4.68 times (95% Cl: 1.53-l4.28) compare to beginning stadium.
ABSTRAK Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stadium kanker terhadap ketahanan hidup 2 dan 5 tahun dengan memperhitungkan parameter-parameter sel kanker, penderita dan pengobatan yang diterima. Pada studi ini juga akan melihat perbedaan ketahanan hidup antara penderita dengan kategori low risk dibandingkan dengan penderita kategori high risk. Penelitian merupakan studi kohort retrospektif menggunakan data sekunder dari catatan medik penderita kanker endometrium di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta tahun 1994-2006. Subjek Penelitian sebanyak 65 Penderita pada analisis 2 tahun dan 44 penderita pada analisis 5 tahun, dengan pengumpulan data melalui observasi catatan medik dan penelusuran melalui media telepon. Analisis bivariat dilakukan dengan life tabel, uji log rank dan Kaplan Meier. Sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan cox proportional hazard. Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan angka ketahanan hidup 2 tahun adalah 75% (LFU 29,2%), pada stadium awal sebesar 85,6% (LFU 26,7%), pada stadium Kajian epidemiologi..., Yeni Samila, FKM UI, 2008 lanjut sebesar 48,65% (LFU 35%). Ada perbedaan yang bermakna secara statistik ketahanan hidup 2 tahun penderita stadium awal dan stadium lanjut dengan p=0,0038. Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun adalah 76% (38,6%), pada stadium awal sebesar 77% (LFU 33,3%), pada stadium lanjut 85,7% (LFU 62,5%). Besarnya jumlah LFU pada kelompok stadium lanjut menyebabkan angka ketahanan hidup 5 tahun masih overestimated dan tidak bisa dijadikan acuan. Angka ketahanan hidup 2 tahun penderita dengan kategori low risk sebesar 93,75% (LFU 33%), penderita kategori high risk sebesar 65,71% (LFU 26%). Ada perbedaan yang bermakna secara statistik ketahanan hidup 2 tahun penderita kategori low risk dan penderita kategori high risk dengan p=0,0317. Ketahanan hidup 5 tahun penderita dengan kategori low risk sebesar 85,71% (LFU 46,1%), penderita dengan kategori high risk sebesar 85,7% (46,1%). Pada analisis 2 tahun, penderita dengan stadium lanjut memiliki risiko kematian 6,007 kali (95% CI 1,74-20,6) dibandingkan dengan penderita stadium awal. Sementara itu, penderita stadium lanjut memiliki risiko kematian sebesar 5,62 kali (95%CI:1,05-29,9) dibandingkan dengan penderita stadium awal setelah memperhitungkan faktor umur, invasi miometrium dan differensiasi sel. Penderita dengan kategori high risk memiliki risiko kematian 5,96 kali (95% CI 0,76- 46,5) dibandingkan dengan penderita kategori low risk. Setelah memperhitungkan faktor umur dan KU datang, risiko kematian penderita kategori high risk 12 kali (95% CI 1,35-107) dibandingkan stadium awal.
ABSTRAK Nama : Debri Rizki Faisal Program Studi : Epidemiologi (Field Epidemiology Training Program) Judul : Pengaruh Status Gizi Stunting Saat Balita dan Obesitas Ketika Dewasa Terhadap Risiko Hipertensi (Studi Longitudinal IFLS 1993 – 2014) Pembimbing : dr.Syahrizal Syarif, MPH, PhD. Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan menurut usia kurang dari -2 SD (standar deviasi). Kondisi stunting pada usia balita berdampak jangka panjang terhadap dewasa yang pendek dan rentan terhadap penyakit tidak menular ketika dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek gabungan kondisi stunting saat balita dan obesitas ketika dewasa terhadap risiko hipertensi. Desain penelitian cohort retrospective menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS) periode 1-5. Populasi target adalah balita usia 2-5 tahun pada tahun 1993 sebanyak 2.642 orang, kemudian di follow up hingga dewasa pada tahun 2014. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 588 orang. Analisis data menggunakan uji cox regression dengan 95%CI. Standar pengukuran sebagai berikut stunting (TB/U < -2 SD), obesitas (IMT ≥ 27 kg/m 2 ) dan hipertensi (≥ 140/90 mmHg). Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 588 orang dimana 13.27% mengalami hipertensi dengan proporsi orang yang stunting saat balita dan obesitas ketika dewasa 27.27%. Analisis multivariate ditemukan bahwa responden dengan status gizi stunting dan obesitas berisiko 2.46 (95% CI; 1.23 - 4.90) kali; obesitas dan tidak stunting 2.25 (95% CI; 1.12 – 4.50) kali; stunting dan tidak obesitas berisiko 0.95 (95% CI; 0.55 – 1.62) kali, mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stunting saat balita dan tidak obesitas ketika dewasa. Risiko kejadian hipertensi meningkat 10.56% akibat interaksi antara kondisi stunting saat balita dan obesitas ketika dewasa. Pentingnya pencegahan stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan mengoptimalkan Posbindu PTM dalam melakukan skrining obesitas dan hipertensi serta pengendalian faktor risiko PTM untuk menurunkan prevalensi penyakit tidak menular terutama obesitas dan hipertensi. Kata kunci: Stunting, Obesitas, Hipertensi, Kohort, Efek Gabungan.
ABSTRACT Name : Debri Rizki Faisal Study Program : Epidemiology (Field Epidemiology Training Program) Title : The Effect Of Early Stunting And Adult Obesity To Increase Risk Of Hypertension (Longitudinal Study IFLS 1993 – 2014) Counsellor : dr.Syahrizal Syarif, MPH, PhD. Stunting due to chronic malnutrition condition that is characterized by Height for Age Z score less than -2 SD (standard deviation). The early stunting in children under five years has a long-term impact on adults are short stature and vulnerable to risk non-communicable diseases in later life. This study aims to determine the joint effect of early stunting conditions and adult obesity to risk for hypertension. This study design was a cohort retrospective using secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) period 1-5. The target population was children aged 2-5 years in 1993 with numbers of 2,642 people and then follow up until adulthood in 2014. The number of samples that met the inclusion and exclusion criteria were 588 people. Data analysis used Cox regression test with 95% CI. Standard of measurements was stunting (HAZ <-2 SD), obesity (IMT ≥ 27 kg / m 2 ) and hypertension (≥ 140/90 mmHg). The results showed that of 588 people where 13.27% had hypertension where the proportion of respondent with early stunting and adult obese was 27.27%. Multivariate analysis found that respondents with nutritional status both early stunting and adult obesity have a risk of 2.46 (95% CI; 1.23 - 4.90) times; obese and not stunting 2.25 (95% CI; 1.12 - 4.50) times; stunting and not obese 0.95 (95% CI; 0.55 - 1.62) times, for having risk of hypertension compared to respondents neither experience stunting and obese. The risk of hypertension increases 10.56% due to the interaction between early stunting and obesity adults. The importance prevention of stunting in The First 1000 Days of Life and optimize Posbindu PTM in screening obesity, hypertension and controlling risk factors NCD to reduce the prevalence of non-communicable diseases, especially obesity and hypertension. Key words: Stunting, Obesity, Hypertension, Cohort, Joint Effects.
