Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Fiona Indah Fitriana; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Abdul Rahman, Marsiman
S-7385
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andrew Luis Krishna; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Abdul Rahman, Randy Novirsa
Abstrak: Debu total atau TSP adalah jumlah debu total yang tersuspensi di udaradengan ukuran partikel dibawah 100μm. Pajanan TSP yang tersuspensi di udaraterutama di udara ambien dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungansekitar dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia terutamagangguan pernapasan. Salah satu sumber penghasil TSP terbanyak di Indonesiasendiri adalah proyek konstruksi yang sedang banyak dilakukan oleh PemerintahIndonesia terutama di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, penelitian inidilakukan untuk menghitung risiko yang diterima oleh masyarakat terutamapekerja konstruksi terhadap pajanan TSP di udara ambien terhadap munculnyagangguan pernapasan di Proyek Konstruksi Jalan Tol Becakayu. Risiko dihitungdengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan berdasarkan metodeLouvar yang menghasilkan nilai Intake pajanan yang diterima individu per hariberdasarkan nilai konsentrasi pajanan, pola aktivitas individu, dan nilaiantropometri. Konsentrasi TSP yang digunakan untuk penghitungan tingkat risikoadalah konsentrasi TSP di tiga titik tertinggi konsentrasinya dan dengan tingkataktivitas kegiatan konstruksi tertinggi, sedangkan pola aktivitas dan nilaiantropometri diukur dengan menggunakan kuesioner pada 56 responden pekerjadi wilayah Proyek Konstruski Jalan Tol Becakayu. Hasil perhitungan risiko yangditerima seumur hidup (lifetime) menunjukkan semua titik penelitian berisikodengan nilai RQ > 1. Diperlukan adanya manajemen risiko untuk meminimalisirdampak negatif yang diterima oleh pekerja dan masyarakat sekitar proyek.
Kata Kunci: TSP, Gangguan Pernapasan, Analisis Risiko Pajanan TSP
Total dust or TSP is the total amount of dust suspended in the air with aparticle size below 100μm. TSP Exposure suspended in the air, especially in theambient air can have a negative impact on the surrounding environment and cancause health problems in humans, especially respiratory disorders. One of thelargest TSP source in Indonesia itself is a construction project that is being carriedout by the Government of Indonesia, especially in Jakarta. Therefore, this studywas conducted to calculate the risks accepted by the population, especiallyconstruction workers against exposure to TSP in ambient air to the emergence ofrespiratory disorder in Becakayu Toll Road Construction Project. Risk iscalculated with the method of Environmental Health Risk Assessment basedmethod that returns a value Louvar Intake received individual exposure per daybased on the exposure concentration, activity patterns of individuals, and thevalue of anthropometry. TSP concentration used for the calculation of the level ofrisk is the concentration of TSP in the three highest point of concentration and thehighest activity level of construction activity, while activity patterns andanthropometric values measured using a questionnaire at 56 respondents workingin the Becakayu Toll Road Construction Project Area. The result of thecalculation of risk acceptable lifetime show all risky research points to the valueof RQ> 1. Required a risk management to minimize the negative impacts receivedby workers and the public about the project.
Key word: TSP, Respiratory Disoders, Risk Assessment of TSP Exposure
Read More
S-9136
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Septi Bintana; Penguji: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Sukandar
S-9525
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Masriyah; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Abdul Rahman, Dadong Iskandar
Abstrak: Radon (Rn222) merupakan radionuklida alami yang termasuk kedalam golongan zat karsinogenik. Radon berasal dari kandungan batuan didalam lapisan tanah yang naik ke permukaan. Radon dapat digunakan sebagai indikasi keberadaan potensi panas bumi di suatu wilayah. Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Kamojang yang berada disekitar wilayah potensi panas bumi, yaitu wilayah Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung selama bulan AprilJuni 2016. Metode yang duigunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Nilai risiko karsinogenik pajanan Radon dinyatakan dengan Excess Cancer Risk (ECR). Dari hasil pengukuran konsentrasi Radon indoor di pemukiman penduduk didapatkan nilai median konsentrasi Radon dalam udara ruang di wilayah pemukiman Kamojang, Kabupaten Bandung tahun 2016 sebesar 33,67 Bq/m3. Hasil perhitungan intake Radon pada masyarakat Kamojang didapatkan nilai median sebesar 153,24 10-4 Bq. Besar tingkat risiko karsinogenik pajanan Radon indoor pada masyarakat Kamojang tahun 2016 memiliki median sebesar 0,08 x 10-6 atau 8 x 10-8, diartikan bahwa dengan pajanan Radon dengan intake sesuai individu yang diwawancarai, menambah kemungkinan adanya risiko karsinogenik dalam 8 kasus per 100.000.000 penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa kualitas udara didalam ruang rumah masih acceptable dari efek karsinogenik pajanan Radon. Kata Kunci: Radon, Indoor, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, Kamojang.
Radon (Rn222) is a natural radionuclides included into the group of carcinogenic substances. Radon comes from rocks in the soil layer that comes to the surface. Radon can be used as an indication of the presence of the geothermal potential in the region. The research was conducted on Kamojang people who were around the area of geothermal energy, which Laksana Village area, Ibun, Bandung during the months from June to July 2016. The method is Environmental Health Risk Assessment (EHRA). Radon exposure is carcinogenic risk values expressed by Excess Cancer Risk (ECR). From the results of indoor radon concentration measurements in residential areas has median value of radon concentrations in air amounted to 33.67 Bq / m3 . Radon intake has results in society Kamojang obtained median value of 153.24 10-4 Bq. Carcinogenic risk level indoor radon exposure in the community Kamojang 2016 had a median of 0.08 x 10-6 or 8 x 10-8 , mean that the radon exposure with appropriate individuals interviewed intake, increase the potential risk of carcinogenic in 8 cases per 100 million inhabitants. This figure shows that the air quality inside the home space is still acceptable from the carcinogenic effects of exposure to radon. Kata Kunci: Radon, Indoor, Environmental Health Risk Assessment, Kamojang
Read More
S-9257
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofi Sari Azima; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Budi Hermanto
Abstrak: Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas penyumbang bau yang sangat menyengat dari proses bakteri timbunan sampah di TPA Cipeucang. Apabila konsentrasi gas H2S tersebut melebihi baku mutu dan terhirup oleh anak-anak maka akan berdampak langsung pada kesehatan anak-anak yang bermukim di Pemukiman TPA Cipeucang. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan anak-anak akibat pajanan gas H2S. Untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi H2S, dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pada anak-anak yang bermukim di pemukiman TPA Cipeucang. Konsentrasi H2S dianalisis menggunakan alat pompa hisap dan spektrofotometer air sampler (HVS). Sementara itu, sebanyak 69 responden diobservasi untuk dilakukan estimasi mengenai tingkat risiko kesehatan akibat pajanan H2S. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata H2S di pemukiman TPA Cipeucang telah melebihi baku mutu yaitu 0,024 ppm (baku mutu: 0,02 ppm). Nilai rata-rata CDI H2S pada anak-anak adalah 0,0025 mg/kg/hari. Nilai RQ pada anak-anak diatas >1 yaitu 1,28. Sementara gejala kesehatan pada beberapa responden menunjukan adanya gejala kelebihan asupan H2S, meskipun belum diketahui apakah gejala tersebut hanya disebabkan oleh H2S atau oleh risk agent lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pajanan H2S pada anakanak berisiko terhadap kesehatan karena RQ>1. Kata kunci: H2S, Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPA), Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Hydrogen sulfide (H2S) is a gas contributor dreadful stench from the landfill waste in the landfill bacteria Cipeucang. If the H2S gas concentrations exceed the quality standards and be inhaled by children will have a direct impact on the health of children who live in the landfill Cipeucang. This study aims to estimate the risk to children's health due to exposure to H2S gas. To estimate the health risks from inhalation exposure to H2S, an analysis of environmental health risks to children living in enclaves Cipeucang landfill. H2S concentrations were analyzed using a suction pump and spectrophotometer air samplers (HVS). Meanwhile, as many as 69 respondents were observed to estimate the level of health risks from exposure to H2S. Laboratory test results showed that the average concentration of H2S in the settlement TPA Cipeucang quality standard that has exceeded 0,024 ppm (quality standard: 0,02 ppm). The average value of H2S CDI in children is 0,0025 mg/kg/day. RQ value in children over> 1 is 1.28. While health symptoms at some respondents showed any symptoms of excess intake of H2S, although it is not yet known whether the symptoms are only caused by H2S or by another agent risk. Based on these results, we can conclude that exposure to H2S at-risk children to health because RQ> 1. Keywords: H2S, Waste Management Site (TPA), Environmental Health Risk Analysis
Read More
S-9247
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meliana Sari; Pembimbing: Sri Tjahyani Budi Utami; Penguji: Abdul Rahman, Mujoko
S-6169
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadiya Nurul Huda; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: ABSTRAK Pekerja pengrajin batu bata berisiko terhadap dampak kesehatan akibat pajanan Particulate Matter (PM2,5) yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bata dan proses pencetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko pajanan PM2,5 di udara ambien pada pekerja batu bata di Kecamatan Taktakan Serang Banten. Penelitin ini menggunakan data primer dengan subyek penelitian sebanyak 73 pekerja dan sampel lingkungan dari 9 titik menggunakan alat Haz-dust EPAM 5000. Data disajikan secara univariat dan risiko kesehatan dihitung dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan yang menghasilkan nilai intake pajanan yang diterima individu perhari, berdarkan konsentrasi PM2,5, pola pajanan, dan karakteristik antropometri berupa berat badan. Responden pada penelitian ini memiliki nilia median berat badan 56,85 Kg, dan nilai median laju inhlasi sebesar 0,6 mg/m3 lebih rendah dari nilai default EPA untuk berat badan 70 kg dan laju inhalasi 0,83 mg/m3.. Nilai median waktu pajanan untuk proses pencetakan 8 jam/hari dan 18jam/hari untuk proses pembakaran. Pekerja mulai berisiko (RQ≥1) pada proses pencetakan setelah durasi pajananan 25 tahun dengan konsentrasi rata-rata sebesar 58,7 μg/m3 sedangkan untuk proses pembakaran pekerja mulai ditemukan berisiko (RQ≥1) setelah durasi 20 tahun dengan konsentrasi rata-rata 418,5 μg/m3, dengan demikian manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi waktu pajanan pencetakan menjadi 7,2 jam/hari dan waktu pembakaran menjadi 13 jam/hari. Kata kunci: Analisis risiko kesehatan lingkungan, batu bata, dan PM2,5 Clay brick industry worker are at risk for the health effect to exposure PM2,5, resulting from combustion and forming process. This study aimed to estimate the risk of PM2,5 exposure in ambient air to clay brick industry worker in Kecamatan Taktakan Serang Banten. This study used primary data of 73 worker and environment sampel was measured from 9 site with Haz dust EPAM 5000. Univariate data were present and health risk was calculated using environmental health risk assessment method that generates value of individual exposure intake per day. Exposure intake was calculated based on PM2,5 concentration, individual exposure patterns, and anthropometric value for body weight. responden in this study have 56,85 kg median of body weight, and 0,6 m3 median of inhalation rate. These are lower than EPA default value for 70 kg of body weight and 0,83 mg/m3 inhalation rate. Exposure time for forming process in median is 8 hours/day and 18 hours/day for combustion process. Health risk appear (RQ≥1) in forming process after 25 years exposure time with mean concentration 58,7 μg/m3 and in combustion health risk appear (RQ≥1) after 20 years exposure time with mean concentration 418,5 μg/m3. Risk management needed base on this finding is by limited worker exposure time in forming process to 7,2 hour/day and 13 hour/day in combustion process. Key words: Health risk assessment, clay brick, and PM2,5
Read More
S-9730
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Sudarman; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Abdul Rahman, Laila Fitria, Ali Isha Whardana, Carolina Rusdy Akib
T-4529
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meliana Sari; Pembimnbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Zakianis, Abdul Rahman, Rina Fitrianni Bahar, Didik Supriyono
T-4211
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bastian Ritonga; Pembimbing: Rachmandhi Purwana; Penguji: Budi Hartono, Ririn Arminsih Wulandari, Abdul Rahman, Heri Nugroho
Abstrak: ABSTRAK Nama : Bastian Ritonga Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kadar merkuri Rambut Pekerja Tambang Emas Tradisional Di Kecamatan Hutabargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara Tahun 2019 Pembimbing : Prof.Dr.dr. Rachmadhi Purwana,SKM Pertambangan emas secara tradisional di Kecamatan Huta Bargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara telah dilakukan + 12 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lingkungan (kadar merkuri air) dan karakteristik responden (umur, lama tinggal, lama kerja, lama berkerja/hari) dengan kadar merkuri rambut pekerja tambang emas tradisional di kecamatan Huta Bargot. Penelitian ini dilaksanakan di 6 desa yaitu Desa bangun sejati, Desa Binanga, Desa Hutabargot setia, Desa Hutarimbaru, Desa Kumpulan setia dan Desa Huta Bargot Nauli pada bulan Maret 2019 dengan desain cross sectional terhadap 60 orang pekerja tambang emas tradisional. Untuk memilih sampel terpilih digunakan metode quate sampling dengan jumlah sampel tiap desa sebanyak 10 orang Sampel dari tiap desa dipilih menggunakan metode purposive sampling. Kadar merkuri rambut pekerja masih dalam ambang baku mutu dengan rata-rata kadar merkuri 0,2117 μg/g. Dari 6 sampel air sungai yang diperiksa, 3 sampel air berada di atas baku mutu (> 0,001 mg/L ). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri rambut. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,034)dengan OR=10,737 yang artinya pekerja tambang emas yang lama tinggal > 20 tahun memiliki peluang memiliki kadar merkuri rambut > 0,24 μg/g dibandingkan pekerja tambang yang lama tinggal < 20 tahun. Kata kunci: Merkuri, Pekerja tambang emas tadisional, lama tinggal ABSTRACT Traditional gold mining in Huta Bargot Subdistrict, Mandailing Natal, North Sumatra has been carried out the last 12 years. The purpose of this study was to determine the factors that influence the mercury levels of traditional gold mine workers in the Huta Bargot sub-district. The research was carried out in 6 villages, bangun sejati, Binanga, Hutabargot setia, Hutarimbaru, Kumpulan setia and Huta Bargot Nauli Village in March 2019 with a cross sectional design for 60 traditional gold mining workers. To select the selected sample, the quate sampling method was used with a total sample of 10 villages. Samples from each village were selected using the purposive sampling method. Workers' mercury levels are still within the threshold of quality standards with an average mercury level of 0.2117 μg / g. 3 of 6 water samples were above the quality standard (> 0.001 mg / L). From the results of bivariate analysis shows the length of stay with hair mercury levels. The results of multivariate analysis found a relationship between length of stay with mercury levels in hair (p value = 0,034) with OR = 10.737, which means gold miners who live> 20 years have the opportunity to have a hair mercury level of > 0.24 μg / g compared to miners <20 years . Key words: Mercury, traditional gold mining workers, length of stay
Read More
T-5535
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive