Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurul Kholijah Aspia; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Romauli
Abstrak: Transgender adalah salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh epidemic HIV dan 49 kali lebih mungkin untuk hidup dengan HIV dibandingkan populasi umum. Data dari Amerika Latin dan Karibia menunjukkan bahwa prevalensi HIV jauh lebih tinggi pada pekerja seks transgender wanita dibandingkan pada pekerja seks pria dan wanita non-transgender. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menjual seks dengan status HIV pada waria di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Penelitian ini adalah studi crosssectional.   Subyek dalam penelitian ini adalah 867 waria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian didapatkan prevalensi HIV sebesar 26.1% dan proporsi menjual seks pada waria dengan status HIV positif sebesar 31,1%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara menjual seks dengan status HIV dengan PR adjusted 1,358 [95% CI: (1,045-1,766)] p-value=0,022. Kesimpulan penelitian ini adalah waria yang menjual seks 1,358 kali lebih berisiko memiliki status HIV positif dibandingkan dengan waria yang tidak menjual seks setelah dikontrol oleh variabel riwayat IMS
Read More
T-5817
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alana Arumsari Pramono; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Woro Riyadina
Abstrak: Latar belakang: Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular. Faktor risiko penyakit jantung koroner antara lain hipertensi, merokok, kolesterol tinggi, obesitas, dan rendahnya konsumsi buah dan sayuran. Menurut data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner dengan diagnosa dokter adalah sebesar 0,5%. Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi penyakit jantung koroner dengan diagnosa dokter adalah sebesar 1,5%. Maka terjadi peningkatan oleh responden yang menderita penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan plak di dinding arteri yang memasok darah ke jantung dan bagian tubuh lainnya. Plak tersebut terdiri dari deposit kolesterol dan zat lain di arteri. Penumpukan plak menyebabkan bagian dalam arteri menyempit dari waktu ke waktu, yang sebagian atau seluruhnya dapat menghalangi aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efek gabungan hipertensi dan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner Metode: Pada analisis ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui proporsi dari varibel penelitian, analisis bivariat untuk mengetahui adanya hubungan pada variabel, analisis stratifikasi untuk mengetahui adanya confounding dan efek modifikasi. Analisis multivariat untuk mengetahui model akhir. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil: didapatkan variabel penyakit jantung koroner 1,44%, hipertensi dan obesitas 9,77%, hipertensi dan tidak obesitas 9,64%, tidak hipertensi dan obesitas 22,04%, tidak hipertensi dan tidak obesitas 58,55%. Dan hubungan hipertensi dan obesitas terhadap penyakit jantung koroner setelah dikontrol oleh variabel usia dan jenis kelamin. Kesimpulan: Hubungan dari efek gabungan hipertensi dan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner setelah dilakukan kontrol oleh variabel usia dan jenis kelamin
Background: Coronary heart disease is a non-communicable disease. Risk faktors for coronary heart disease include hypertension, smoking, high cholesterol, obesity, and low consumption of fruits and vegetables. According to Riskesdas data in 2013, the prevalence of coronary heart disease with a doctor's diagnosis was 0.5%. Meanwhile, in 2018 the prevalence of coronary heart disease with a doctor's diagnosis was 1.5%. Then there is an increase in respondents who suffer from coronary heart disease. Coronary heart disease is caused by the buildup of plaque on the walls of the arteries that supply blood to the heart and other parts of the body. The plaque consists of deposits of cholesterol and other substances in the arteries. Plaque buildup causes the inside of the arteries to narrow over time, which can partially or completely block blood flow. The purpose of this study was to determine the relationship between the combined effect of hypertension and obesity with the incidence of coronary heart disease Methods: This analysis uses univariate analysis to determine the proportion of research variables, bivariate analysis to determine the relationship between variables, stratification analysis to determine the presence of confounding and modification effects. Multivariate analysis to determine the final model. This study used a cross sectional design. Results: found coronary heart disease variables 1.44%, hypertension and obesity 9.77%, hypertension and not obesity 9.64%, not hypertension and obesity 22.04%, not hypertension and not obesity 58.55%. And the relationship of hypertension and obesity to coronary heart disease after being controlled by age and sex variables. Conclusion: The relationship of the combined effect of hypertension and obesity with the incidence of coronary heart disease after being controlled by age and sex variables
Read More
T-6129
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Seno Aji; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fathiyah Isbaniah
Abstrak: Situasi pandemi COVID-19 membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan, peningkatan demand akan produk-produk kesehatan mendorong industri logistik PT X yang berperan dalam distribusi barang untuk melakukan lembur kerja atas intensitas kerja yang tinggi, hal ini meningkatkan risiko terjadinya fatigue di tempat kerja yang dapat menurunkan fungsional tubuh dan berdampak baik pada kesehatan pekerja maupun risiko terjadinya error di tempat kerja, PT X juga belum memiliki sistem manajemen risiko fatigue khusus sehingga deteksi fatigue tidak dapat dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada pekerja logistik gudang PT X tahun 2022 yang bertempat di salah satu kawasan DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan metode studi cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner termasuk Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan triangulasi data dengan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa pekerja dan koordinator tiap tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (37,04%) mengalami keluhan fatigue ringan, mayoritas sebagian lainnya (62,96%) tidak mengalami keluhan fatigue dan tidak ditemukan pekerja dengan keluhan fatigue berat, serta untuk faktor risiko fatigue paling dominan yang ditemukan adalah pada faktor kuantitas tidur pekerja dengan mayoritas pekerja (83,33%) memiliki durasi tidur dibawah standar 7 jam
The COVID-19 pandemic situation has opened people's eyes to the importance of health, the increasing demand for health products has encouraged the logistics industry of PT X, which plays a role in the distribution of goods, to carry out overtime work to meet the high work intensity, this increases the risk of fatigue in the workplace which can reduce body function and have an impact on the health of workers and even the risk of errors in the workplace. Additionally, PT X lacks a fatigue risk management system, making it unable to do fatigue detection, thus this research aims to provide an overview of complaints and fatigue warehouse logistics workers at PT X year 2022, located in one of the DKI Jakarta region. Research design is a quantitative and qualitative with a cross-sectional study using questionnaire instruments, including the Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) which were then analyzed univariately and triangulated the data with the results of field interviews towards several workers and the coordinator of each team. The results showed that there were 20 workers (37.04%) experiencing light fatigue, the majority of the others (62.96%) did not experience any, and none with severe fatigue, as for the most dominant fatigue risk factor found is the workers' sleep quantity with the majority of workers (83.33%) having sleep duration below the standard of 7 hours minimum
Read More
S-11028
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nita Merzalia; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Dewi Damayanti
S-7217
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hestri Suryaningsih; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Mahmud Fauzi
S-7328
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iksanatun Fadila Oktabriani; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Rahmadewi
S-8201
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kharisma Utari; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Setyani
Abstrak: Berat lahir dan panjang lahir bayi merupakan ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan bayi. Ketidaksesuaian berat lahir dan panjang lahir dengan standar yang telah ditetapkan menunjukkan rendahnya status kesehatan bayi. Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasi dengan menggunakan grafik persentil. Namun Indonesia belum memiliki grafik persentil berat lahir dan panjang lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi hidup tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang, tahun 2011- 2015 dan membandingkan grafik persentil berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data sekunder sebanyak 1.021 data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2015 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami kecacatan, serta melakukan pemeriksaan kandungan dan persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di Puskesmas Kramatwatu. Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Pada rentang persentil 5th hingga 95th, ibu dengan usia kehamilan 30 minggu memiliki berat lahir 900 hingga 2030 gram, dan panjang lahir 34 hingga 47 cm; ibu dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki berat lahir 2085 hingga 3475 gram, dan panjang lahir 39 sampai 50 cm; ibu dengan usia kehamilan 42 minggu melahirkan bayi dengan berat 2535 hingga 4000 gram dan panjang lahir 44,6 hingga 53 cm. Persentil berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Malaysia bila dibandingkan hampir sama dengan di Kramatwatu, Indonesia pada persentil 50th dan 90th. Namun pada persentil 10 th Indonesia berada dibawah Malaysia dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 30 hingga 43 minggu sebesar 1100 hingga 2700 gram.
Kata kunci: Berat lahir, grafik persentil, panjang lahir, usia kehamilan
Read More
S-8719
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novia Indriani Sudharma; Pembimbing: Ratna Djuwita Hatma; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Purwanto, M.L
Abstrak:

ABSTRAK Testosteron merupakan salah satu hormon androgen pada laki-laki, yang akan menurun seiring dengan bertambahnya usia Dua puluh persen dari pria berusia 60- 80 tahun, dan 35% dari pria yang berusia lebih dari 80 tahun, mempunyai konsentrasi testosteron di bawah batas normal. Beberapa faktor mempengaruhi terjadinya penurunan hormon testosteron, beberapa di antaranya dapat dimodifikasi, seperti indeks massa tubuh, asupan makan, gaya hidup, faktor penyakit, sehingga diharapkan dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hormon testosteron pada laki-laki, di antaranya adalah usia, indeks massa tubuh, asupan makan, gaya hidup seperti perilaku merokok, aktivitas fisik, dan faktor penyakit kronik yaitu Diabetes dan tekanan darah. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Data didapat dari data sekunder penelitian payung Andropause Trisakti-Puskesmas Cilandak tahun 2011. Sebanyak 249 responden laki-laki usia 40 tahun ke atas yang memenuhi kriteria masuk sebagai subyek penelitian. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh, Diabetes Melitus, serta merokok dengan testosteron total, dengan OR sebesar 2,1 (95% CI : 1,085 ? 4,058), 5,5 (95% CI : 2,442 ? 12,443), OR=0,485 (95% CI: 0,249 ? 0,944). Analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan faktor Diabetes Melitus merupakan faktor yang paling dominan terhadap hormon testosteron pada laki-laki usia 40 tahun ke atas (OR =5,49 , 95% CI : 2,427 ? 13,20).


 Abstract Testosterone is one of the male?s androgen hormone, which it decrease according to age-ing. 20% male population from 60 to 80 years of age , and 35% of male population above 80 years of age, experincing lower than normal testosterone level. Several factors supposed to influence testosterone hormone decline, such as body mass index, food intake, lifestyle, and disease, and yet these factors are also modifiable to accomodate prevention efforts. This research had been conducted to further determine factors contribution to the influence,which were age, food intake, lifestyle such as smoking and physical activities, chronic disease (e.g diabetic mellitus, blood pressure) . The study design was cross sectional. The required data was retrieved as secondary data resulted from an umbrella androgen research in puskesmas Cilandak at 2011. The 249 males respondent, age above 40 years old, all eligible of the criterias, was included as test subjects. This study established a significant relation between body mass index (OR= 2,1; 95%CI:1.085 ? 4.058), diabetes mellitus (OR= 5,5; 95% CI:2,442-12.443) , and smoking (OR= 0.485; 95% CI: 0.249-0.944), towards total testosterone levels. Multivariate analysis rendered that diabetes mellitus is the most dominant factor to male above 40 years old testosterone level (OR=5,49, 95% CI: 2,427 ? 13,20)

Read More
T-3606
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Esther Juliana Praysi; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ngabila Salama
Abstrak: Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus Covid-19 bergejala di DKI Jakarta pada Januari-Mei 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data sekunder dari surveilans Covid-19 DKI Jakarta Januari-Mei 2021. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa kelompok umur (PR = 2,169; 95% CI = 1,970-2,387), jenis kelamin (PR = 1,044; 95% CI = 1,023-1,066) dan komorbid (PR = 3,825; 95% CI = 3.435-4.258) merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kasus Covid- 19 bergejala di DKI Jakarta pada Januari-Mei 2021.
Read More
S-10849
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ba'da Febriani; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah. 


Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.

Read More
T-7322
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive