Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Esther Juliana Praysi; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ngabila Salama
Abstrak: Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus Covid-19 bergejala di DKI Jakarta pada Januari-Mei 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data sekunder dari surveilans Covid-19 DKI Jakarta Januari-Mei 2021. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa kelompok umur (PR = 2,169; 95% CI = 1,970-2,387), jenis kelamin (PR = 1,044; 95% CI = 1,023-1,066) dan komorbid (PR = 3,825; 95% CI = 3.435-4.258) merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kasus Covid- 19 bergejala di DKI Jakarta pada Januari-Mei 2021.
Read More
S-10849
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tritama Khaerani; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Helen Andriani, Ngabila Salama
Abstrak:
Pandemi COVID-19 telah terbukti menjadi musuh besar bagi kesehatan global. Kedatangan vaksin membawa angin segar untuk mengembalikan kondisi ke normal. DKI Jakarta sebagai Provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia merupakan salah satu provinsi prioritas dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Capaian vaksinasi Booster ke-I belum sesuai target sedangkan pemerintah sudah melaksanakan vaksinasi Booster ke-II kepada tenaga kesehatan dan lansia. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19 bagi Masyarakat DKI Jakarta ditinjau dari Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, dilakukan pada November hingga Desember 2022 dengan melibatkan sampel penelitian sebanyak 175 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan level kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesiapan vaksinasi pada responden adalah sebesar 84%. Pada faktor pemodifikasi terdapat hubungan antara Usia (p-value 0,000), Pendidikan (p-value 0,727), Pekerjaan (p-value 0,046), dan Pengetahuan (p-value 0,000) dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19, sedangkan jenis kelamin (p-value 0,727) tidak memiliki hubungan. Pada faktor persepsi terdapat hubungan antara persepsi manfaat (p-value 0,002) dan persepsi hambatan (p-value 0,000) dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19. Sedangkan persepsi kerentanan (p-value 0,636) dan persepsi keparahan (p-value 0,418) tidak memiliki hubungan. Pada faktor isyarat untuk bertindak terdapat hubungan pada faktor kepercayaan terhadap vaksinasi Booster COVID-19 (p-value 0,000) dan kepercayaan terhadap sumber informasi (p-value 0,000). Sedangkan faktor pengalaman terhadap COVID-19 didapatkan tidak memilki hubungan yang kuat dengan kesiapan Vaksinasi Booster COVID-19 (p-value 1,000). Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang disarankan, diantaranya menekankan ke masyarakat bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir, mengembangkan metode penyebaran informasi yang berkesinambungan dan terus berupaya meluruskan informasi yang menyimpang (hoaks) di kalangan masyarakat.

The COVID-19 pandemic has proven to be a formidable enemy for global health. The arrival of the vaccine brings fresh air to return conditions to normal. DKI Jakarta as the province with the highest number of COVID-19 cases in Indonesia is one of the priority provinces in the implementation of COVID-19 vaccination. The achievements of the 1st Booster vaccination have not met the target, while the government has carried out the 2nd Booster vaccination for health workers and the elderly. The aim of the study was to determine the factors related to the readiness of the COVID-19 Booster vaccination for the DKI Jakarta Community in terms of the Health Belief Model. This study used a cross-sectional study design, conducted from November to December 2022 involving a research sample of 175 respondents. The analysis used was univariate and bivariate analysis with a 95% confidence level. The results showed that the percentage of readiness for vaccination in the respondents was 84%. In the modifying factors there is a relationship between Age (p-value 0.000), Education (p-value 0.727), Occupation (p-value 0.046), and Knowledge (p-value 0.000) with the readiness of the COVID-19 Booster vaccination, while gender ( p-value 0.727) has no relationship. In the perception factor, there is a relationship between perceived benefits (p-value 0.002) and perceived barriers (p-value 0.000) with the readiness of the COVID-19 Booster vaccination. Meanwhile, perceived susceptibility (p-value 0.636) and perceived severity (p-value 0.418) had no relationship. In cues to action factors there is a relationship between the trust factor of the COVID-19 Booster vaccination (p-value 0.000) and trust of information sources (p-value 0.000). Meanwhile, the experience factor for COVID-19 did not have a strong relationship with the readiness of the COVID-19 Booster Vaccination (p-value 1,000). From the results of this study, there are several suggestions, including emphasizing to the public that the COVID-19 pandemic is not over, developing sustainable and coordinated information dissemination methods, and continuing to work on rectifying distorted information (hoaxes) among the public.
Read More
S-11166
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Derisca Yosa; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Adang Bachtiar, Dumilah Ayuningtyas, Trisnawati, Ngabila Salama
Abstrak: Pelayanan pemeriksaan laboratorium Klinik Pratama KKP dirasakan masih rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pemantapan mutu internal pada tahap pra analitik, pasien mengeluhkan darah tidak berhenti sebanyak 3%, terdapat bekuan darah tabung EDTA sebanyak 7,5%, terjadi hemolisis sebanyak 10,5%. Pada tahap analitik, tidak adanya catatan evaluasi pada nilai control sedangkan pada tahap pasca analitik tidak dilakukan verifikasi validasi hasil pemeriksaan laboratorium dan ketidaklengkapan data pasien pada lembar hasil sebanyak 1,5% Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemantapan mutu internal pada instalasi Laboratorium Klinik Pratama Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juli 2020. Kriteria informan penelitian adalah terdiri unsur pimpinan, pelaksana dan pengguna jasa laboratorium. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat komponen input (organisasi dan manajemen) belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, kemudian secara garis besar pada komponen proses dan ouput (tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik) terdapat factor penghambat yaitu ketidaklengkapan SOP pada tiap tahapan. Sedangkan factor pendukungnya adalah tersedianya insfrastruktur penunjang kegiatan laboratorium. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pemantapan mutu internal laboratorium belum terlaksana dengan baik dan masih terdapat ketidaklengkapan acuan di tiap tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Perlu dilakukan monitoring seberapa jauh unsur organisasi dan sistem manajemen guna meningkatkan mutu laboratorium, kemudian dukungan sarana dan prasana dalam menunjang kegiatan laboratorium. Pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik, petugas laboratorium perlu menambahkan kelengkapan SOP di setiap tahapan.
Primary KKP Clinic laboratory examination services are still felt low. Based on the results of a preliminary study of internal quality assurance in the pre-analytical stage, patients complained of non-stopping blood by 3%, there was a 7.5% EDTA tube blood clot, hemolysis occurred by 10.5%. At the analytical stage, there was no evaluation record on the control value while at the post analytic stage there was no verification and validation of the results of the laboratory examination and incomplete patient data on the result sheet as much as 1.5%. This study was conducted to analyze internal quality assurance at the Primary Laboratory Laboratory in the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. This research is a qualitative study using in-depth interviews and document review. This research was conducted in March - July 2020. The criteria for the research informants consisted of elements of leadership, executors and users of laboratory services. The results of the study found that there are input components (organizational and management) that have not been fully implemented well, then in broad outline in the procces and output components (pre-analytic, analytic and post-analytic stages) there are inhibiting factors namely incomplete Standard Operating Procedure at each stage. While the supporting factor is the availability of supporting infrastructure for laboratory activities. From the results it can be concluded that the strengthening of laboratory internal quality has not been carried out properly and there are still incomplete references in each component pre-analytic, analytic and post-analytic. It is necessary to monitor the extent of the elements of the organization and management system in order to improve the quality of laboratories, then to support facilities and infrastructure to support laboratory activities. In the pre-analytical, analytic and post-analytic stages, laboratory staff need to add the completeness of the Standard Operating Procedure at each stage.
Read More
T-6046
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endang Widuri Wulandari; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Ngabila Salama, Muhammad Ikhsan Mokoagow
Abstrak: Pendahuluan: Komorbid Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko kematian pada kasus konfirmasi Coronavirus Diseases (COVID-19). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komorbid DM dengan kematian pada kasus konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta, periode Maret-Agustus 2020 setelah dikontrol dengan variabel perancu. Metode: Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Kriteria inklusi adalah kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi DKI Jakarta, dengan variabel yang lengkap. Kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Dari total 41.008 kasus dalam laporan COVID-19 dinkes provinsi DKI Jakarta, terdapat 30.641 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 1.480 sampel dalam penelitian ini diambil dari semua (740) kasus COVID-19 dengan komorbid DM dan 740 kasus COVID-19 tanpa komorbid DM yang diambil melalui simple random sampling dari 29.901 kasus COVID-19 tanpa komorbid DM. Data analisis menggunakan regresi cox proporsional hazard. Hasil penelitian menunjukkan besar hubungan kasar komorbid DM dengan kejadian kematian pada kasus COVID-19 Crude Hazard Ratio (CHR) 7,4 (95% CI 4,5-12,3, nilai p < 0,001). Besar hubungan komorbid DM dengan kejadian kematian pada kasus COVID-19 setelah dikontrol oleh kovariat (komorbid hipertensi dan kelompok usia (> 50 tahun dan < 50 tahun) adalah Adjusted Hazard Rasio 3,9 (95% CI 2,2-6,8 nilai p <0,001), yang berarti kasus COVID-19 dengan komorbid DM berisiko 3,9 kali untuk mengalami kejadian kematian. Diskusi: Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menunjukkan komorbid DM meningkatkan risiko kematian COVID-19. Untuk menurunkan kejadian kematian pada kasus COVID-19 dengan komorbid DM, diperlukan strategi pencegahan dan tatalaksana COVID-19 dengan triase dan perhatian khusus untuk tatalaksana cepat dan tepat serta monitoring untuk kasus COVID-19 dengan komorbid DM.
Introduction: Comorbid Diabetes Mellitus (DM) is one of the risk factors for Coronavirus Diseases (COVID-19) mortality. Aim of this study is to determine the association of comorbid diabetes mellitus and COVID-19 mortality among COVID-19 confirmed cases in DKI Jakarta for period March-August 2020, after being controlled with confounding variables. Methode: The study design is a retrospective cohort. The inclusion criteria are confirmed cases of COVID-19 with Polymerase Chain Reaction (PCR) reported to the DKI Jakarta provincial health office, with complete variables. Exclusion criteria is pregnant women. Of the total 41,008 cases in the Jakarta provincial health office's COVID-19 report, there are 30,641 cases that met the inclusion and exclusion criteria. 1,480 samples in this study are taken from all (740) COVID-19 cases with comorbid DM and 740 COVID-19 cases without comorbid DM which are taken through simple random sampling of 29,901 COVID-19 cases without comorbid DM. The data were analyzed using cox proportional hazard regression. The study result indicates that the crude association between DM and mortality among COVID-19 confirmed cases is Crude Hazard Ratio (CHR) 7,4 (95% CI 4,5-12,3, pValue < 0,001). While association between DM and mortality among COVID-19 confirmed cases after being controlled by covariates (hypertensive comorbidities and age groups (> 50 years and < 50 years) is 3.9 (95% CI 2.2- 6.8, p Value <0.001), which means that COVID-19 cases with comorbid DM have a 3.9 times risk of death. Discussion: The results of this study are in line with other studies that indicate DM co- morbidities increase the risk of death from COVID-19. To reduce the incidence of death in COVID-19 cases with comorbid DM, a strategy for preventing and treating COVID- 19 with triage and special attention is needed for rapid and prompt management and monitoring for COVID-19 cases with comorbid DM.
Read More
T-6249
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shela Rachmayanti; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Sukwan Handali, Sukamto Koesnoe, Ngabila Salama
Abstrak: Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit yang dinamis dan mudah bermutasi, varian Delta yang menyebabkan lonjakan kasus dan mortalitas signifikan di Indonesia pada Mei ? September 2021. Berdampak pada tingginya beban fasilitas kesehatan dan isolasi mandiri. Studi ini spesifik mempelajari dampak komorbid terhadap mortalitas pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri pada periode tersebut. Metode: Desain studi kohort retrospektif menggunakan data surveilans Dinkes DKI Jakarta, dengan total sampling pada eligible population. Dilakukan analisis kesintasan menggunakan kurva Kaplan Meier dan dilakukan evaluasi proportional hazard. Analisis multivariat dilakukan menggunakan Cox-Extended jika ditemukan pelanggaran proportional hazard Hasil: Analisis melibatkan 15.088 kasus konfirmasi dengan tingkat kesintasan keseluruhan 96,31%. Kesintasan lebih rendah pada kelompok dengan komorbid, ≥60 tahun, laki laki dan memiliki gejala (p<0.00). Cox-extended menunjukan risiko kematian pada kelompok yang memiliki komorbid pada <7hari sebesar aHR3,78(IK95%2,94-4,87) dan pada ≥7hari sebesar aHR1,78(IK95%1,412-2,954). Gangguan imunologi [aHR13,13(IK95%2,79-91,76)] merupakan komorbid yang paling berperan meningkatkan mortalitas. Kesimpulan: Risiko mortalitas selama masa pengamatan (30 hari) lebih tinggi pada kelompok yang memiliki komorbid, variabel lain yang berperan diantaranya usia lanjut, laki laki dan bergejala.
Background: COVID-19 is a very dynamic disease. Recently, a new Delta variant caused a significant spike in morbidity and mortality in Indonesia from May to September 2021, inflicting a high burden on healthcare facilities and self-isolation services. This study aims to analyze the impact of comorbidities on the mortality of COVID-19 patients who underwent self-isolation during the stipulated period. Methods: The study was a retrospective cohort, using surveillance data from the DKI Jakarta Health Office. The data was sampled through a total sampling method for the eligible population. A survival analysis was performed using the Kaplan Meier curve and a proportional hazard evaluation was carried out. Multivariate analysis was assessed using Cox-Extended, if violation of proportional hazard assumption is found. Results: The analysis included 15,088 confirmed cases with overall survival of 96.31%. Survival was lower in the group with comorbid, aged ≥60 years, male, and symptomatic (p<0.00). Cox-extended showed a higher risk of mortality in the group with comorbidities at <7th days [aHR3.78(95% CI 2.94-4.87)] and at ≥7th days aHR1,78(IK95%1,412-2,954). Immunological disorder [aHR13,13(IK95%2,79-91,76)] was the most impactful comorbid towards mortality. Conclusion: This study concludes that the risk of mortality during the observational period (30 days) was higher in the comorbid group. Other contributing variables include old age, male gender, and exhibiting symptoms.
Read More
T-6457
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuraini Fikri; Pembimbing: Amal C. Sjaaf; Penguji: Prastuti Soewondo, Puput Oktamianti, Ngabila Salama, Arie Meutia Nada
Abstrak: Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kota Jakarta Timur dilandasi oleh Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2021 Tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, kemudian Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi penularan, menurunkan angka kesakitan dan kematian karena COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat sehingga mampu tetap produktif secara sosial maupun ekonomi. Untuk mencapai kekebalan kelompok diperlukan capaian vaksinasi minimal 70% dan pemerintah menargetkan pada akhir tahun 2020 semua daerah mencapai target tersebut. Namun hingga Februari 2022, kota Jakarta Timur masih memiliki capaian sebesar 66.53% untuk dosis 1 dan 59.93% untuk dosis lengkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kota Administrasi Jakarta Timur. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan dan telaah dokumen menggunakan framework teori Edward III dan teori Van Meter dan Van Horn. Informan penelitian yaitu PJ Vaksinasi COVID-19 di tingkat puskesmas kecamatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga awal Juni 2022. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan sudah berjalan, namun terdapat ketidaksinkronan antara pcare dengan pedulilindungi dan/atau dukcapil, komunikasi kepada pelaksana kebijakan telah dilakukan dengan baik, sumberdaya manusia mulai terbatas, fasilitas memadai, namun akhir-akhir ini vaksin mendekati expired date, koordinasi antar bagian yang terlibat dan antar instansi cukup terjalin dengan baik, SOP yang ada masih menggunakan juknis yang lama atau belum terbaharui, disposisi pelaksana kebijakan baik, serta lingkungan sosial dan politik cukup berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Faktor yang menjadi hambatan ialah minat masyarakat mulai menurun, khususnya untuk dosis lanjutan karena tidak adanya regulasi ketat terkait vaksinasi dosis lanjutan (booster). Dengan demikian pelaksanaan vaksinasi COVID-19 masih perlu ditingkatkan dengan melaksanakan koordinasi dengan BPJS terkait pcare dan pedulilindungi, koordinasi dengan Badan POM dan PT. Bio Farma terkait vaksin COVID-19, dan monitoring evaluasi terkait vaksin dan rantai dingin di puskesmas kecamatan. Selain itu diperlukan adanya regulasi terkait pelaksanaan vaksinasi lanjutan.
The implementation of the COVID-19 vaccination in East Jakarta City based on Presidential Regulation Number 99 of 2021 concerning the Procurement of Vaccines and Implementation of COVID-19 Vaccinations, then Minister of Health Regulation Number 10 of 2021 concerning the Implementation of COVID-19 Vaccinations. The policy aims to reduce transmission, minimize morbidity and mortality due to COVID19 and build a group immunity in the community to remain socially and economically productive. The governments targeted that by the end of 2021, all the regions could achieve at least 70% of the target population. However, until February 2022, the city of East Jakarta's achievements are still under the target, for the 1st dose was 66.53% and 59.93% for the completed dosage. The purpose of this study is to analyze the implementation of the COVID-19 vaccination policy implementation in the Administrative City of East Jakarta. This qualitative research collects the data through in-depth interviews with informants and document review using the Edward 3's framework and van meter and van horn theory. The informants are PIC of vaccination program in primary health care. The study was conducted from April to June 2022 with results showing the policy implementation has been running, however, there is unsynchronized between the Pcare and pedulilindungi and/or the dukcapil, communication to policy implementation has been carried out well, human resources are starting to be limited, facilities are adequate, but lately, the vaccine is approaching the expiration date, coordination between the parts involved and between agencies is quite well established, the existing SOPs are still using the old technical guidelines or not yet updated, the disposition of policy implementers is good, and the social and political environment is quite influential on policy implementation. The constraining factor is that public interest has begun to decline, especially for follow-up doses due to the absence of strict regulations regarding booster doses of vaccination. Thus, the implementation of the COVID-19 vaccination still needs to be improved by coordinating with BPJS related to care and protection, coordination with the Food and Drug Administration (BPOM), and PT.Bio Farma is associated with the vaccine of COVID-19, and monitoring evaluations associated with vaccines and the cold chain at sub-district health centers. In addition, there is a need for regulations related to the implementation of further vaccination.
Read More
T-6460
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Marisa Sasuwe; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Toha Muhaimin, Purwanto, Ngabila Salama
Abstrak: ABSTRAK Nama : Marisa Sasuwe Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Reproduksi) Judul : Gambaran Kesiapan Guru Pembina UKS SD Sebagai Fasilitator Vaksinasi HPV Dalam Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Di Jakarta Selatan. Vaksinasi HPV memiliki efektivitas paling tinggi bila diberikan pada anak usia 9-12 tahun. Sejak tahun 2016 Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang memberlakukan program vaksinasi HPV berbasis sekolah (BIAS), dimana saat ini program ini masih terbatas di DKI Jakarta.Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa vaksinasi HPV berbasis sekolah memiliki angka cakupan paling tinggi. Namun, menurut data di Jakarta, vaksinasi HPV masih belum mencapai target cakupan 95%. Guru pembina UKS sebagai garda terdepan pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah berperan sanga penting dalam proses pengambilan keputusan orang tua untuk mengijinkan atau menolak pemberian vaksinasi bagi anak mereka. Guru adalah fasilitator yang akan berperan memfasilitasi orang tua dan petugas kesehatan dalam pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kesiapan Guru Pembina UKS SD Sebagai Fasilitator Vaksinasi HPV Dalam Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Di Jakarta Selatan menurut karakteristik jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, lama menjabat sebagai guru Pembina UKS dan riwayat pelatihan. Pengukuran kesiapan dilihat dalam enam dimensi yaitu peran, sikap, pengetahuan, kapasitas, kapabilitas dan tanggung jawab. Penelitian dilakukan pada 50 Guru pembina UKS SD di 10 Kecamatan Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan 52% Guru Pembina UKS di Jakarta Selatan memiliki kesiapan rendah dan 48% memiliki kesiapan tinggi dalam menjalankan tugas sebagai fasilitator vaksinasi HPV BIAS. Dimensi pengetahuan merupakan dimensi kesiapan yang paling rendah, dengan 70% Guru pembina UKS memiliki pengetahuan kurang tentang vaksinasi HPV dan kanker serviks. Karakteristik Individu memiliki hubungan signifikan dengan kesiapan : umur (p= 0.036), lama menjabat (p=0.012) dan riwayat diklat ( p= 0.010). Sedangkan jenis kelamin (p=0.661) dan tingkat pendidikan (p=0.502) tidak ditemukan hubungan signifikan terhadap kesiapan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pelatihan tentang vaksinasi HPV dalam BIAS bagi Guru pembina UKS merupakan hal yang paling penting untuk dilaksanakan dalam rangka mendukung kesiapan Guru Pembina UKS sebagai fasiliatator vaksinasi HPV BIAS di Jakarta Selatan. Kata Kunci : Vaksinasi HPV. BIAS, Kesiapan Guru pembina UKS ABSTRACT Name : Marisa Sasuwe Study Program : Reproductive Health Judul : Overview of Elementary School Health Teacher (UKS) Readiness as HPV Vaccination Facilitator in the School Children Immunization Month Program (BIAS) in South Jakarta. HPV vaccination has the highest effectiveness when given to children aged 9-12 years. Since 2016 Indonesia has become one of few countries that has implemented a school-based HPV vaccination program (BIAS), which is currently limited to DKI Jakarta. Previous research has shown that school-based HPV vaccination has the highest coverage rates. However, according to data in Jakarta, HPV vaccination has not yet reached the 95% coverage target. UKS teachers as the frontline in implementing HPV vaccination in schools play an important role in the decision-making process of parents to allow or refuse vaccinations for their children. School Health Teacher is the facilitator who will play a role in facilitating parents and health workers in carrying out HPV vaccinations in schools. This study aims to determine the Readiness Overview of Elementary School Health Teacher (UKS) as Facilitators of HPV Vaccination in the School Children Immunization Month Program (BIAS) in South Jakarta according to the characteristics of gender, age, level of education, length of time serving as a UKS Teacher and training history. Measurement of readiness is seen in six dimensions, namely roles, attitudes, knowledge, capacity, capabilities and responsibilities. The study was conducted on 50 UKS elementary school teachers in 10 sub-districts of South Jakarta. This research is a descriptive study with cross sectional method and uses a quantitative approach. The results showed that 52% of UKS teachers in South Jakarta had low readiness and 48% had high readiness in carrying out their duties as facilitators of BIV HPV vaccination. The knowledge dimension is the lowest readiness dimension, with 70% of UKS teachers having less knowledge about HPV vaccination and cervical cancer. Individual characteristics have a significant relationship with readiness: age (p = 0.036), length of service (p = 0.012) and training history (p = 0.010). While gender (p = 0.661) and education level (p = 0.502) no significant relationship was found in readiness in this study. Based on the results of this study, the training on HPV vaccination in BIAS for UKS Teachers is the most important thing to do in order to support the readiness of the UKS Guidance Teacher as a facilitator for BIV HPV vaccination in South Jakarta. Keywords: HPV vaccination, BIAS, elementary school health teacher, readiness
Read More
T-5790
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive