Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Selvia Kusdwiyanti; Pembimbing: Kusdinar Achmad; Penguji: Puput Oktamianti, Wachyu Sulistiadi, Ganda R.P Sinaga, Marion Siagian
Abstrak: ABSTRAKPeran kepemimpinan memiliki arti yang sangat penting dalam peningkatan mutumelalui akreditasi pada organisasi pelayanan kesehatan primer. Kepemimpinanyang efektif berpengaruh terhadap proses menuju keberhasilan akreditasi. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis peran kepala puskesmas dalam persiapanakreditasi puskesmas di Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon Jawa Barat tahun2016. Puskesmas Beber merupakan puskesmas yang telah melalui tahap persiapanakreditasi dan puskesmas pertama di Jawa Barat yang akan dilakukan surveiakreditasi nasional. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif.Prosedur sampling yang digunakan adalah non-probability sampling denganprinsip kecukupan dan kesesuaian. Metode pengumpulan data dilakukan melaluiwawancara mendalam dengan Kepala Puskesmas Beber dan focus groupdiscussion (FGD) terhadap 16 staf Puskesmas Beber yang terbagi dalam duakelompok FGD. Untuk keabsahan data, dilakukan triangulasi sumber, metodedan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan peran kepemimpinan kepalapuskesmas merupakan hal yang utama dalam persiapan akreditasi. Dari informasiyang didapatkan dari hasil FGD dan wawancara mendalam, peran kepemimpinandalam persiapan akreditasi adalah penetapan tujuan organisasi dengan komitmendan visi yang jelas, membangun pondasi organisasi dengan tim yang kuat danmemiliki kapabilitas, membangun kemauan staf untuk berpartisipasi denganmenunjukan nilai-nilai kepemimpinan, menghasilkan ide-ide termasuk melakukankajibanding untuk perbaikan mutu, dan melakukan perubahan denganmenggerakan semua sumberdaya yang ada. Secara umum dapat disimpulkanbahwa peran kepemimpinan kepala puskesmas dalam persiapan akreditasimerupakan kunci utama. Peran kepemimpinan tersebut pada akhirnya mendorongsistem yang kuat yang dapat membawa seluruh staf puskesmas untuk bersama-sama dalam satu visi, meningkatkan mutu pelayanan melalui akreditasipuskesmas.Kata kunci : akreditasi puskesmas; peningkatan mutu; peran kepemimpinan;persiapan akreditasi.
The process of communication, collaboration and coordination have a majorimpact on the effectiveness of the organization and an important element in theachievement of quality health services. The purpose of this study to analyzepatterns of communication, collaboration and coordination in Puskesmas IbrahimAdjie - Bandung, which has implemented a quality standard ISO 9001: 2008 andas the best health center in 2016 in West Java. The research method uses aqualitative approach is confirmatory. To maintain the validity of the data wasperformed using triangulation sources and methods of data collection is done byin-depth interviews to four people who are important in the process, focus groupdiscussions by six staff, observation and study of the document. The resultsshowed there is a pattern of all levels and channels of communication. Thepattern of broad-spectrum collaboration is secondary. Coordination patterns arestrengthening and expansion. Barriers that often happens, the choice of prioritydelivery of information, the dual role, misunderstanding, trouble harmonize timeactivities with other agencies, the repetition of the process of coordination whenthere is change of officials such as district or village heads, the delay in theapproval of program activity reports from the district and village. Suggestions areto continue to maintain the existing pattern and increase, the need for advocacyfor the strengthening of human resources, the need for a MoU, it is necessary totransfer the pattern of the process that has been ongoing basis to the health centerpersonnel. Outside agencies similar to apply the pattern of the existing processes.Keywords: communication patterns; collaboration patterns; coordinationpatterns; puskesmas
Read More
T-4779
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fanny Mega Sari; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Agustin Kusumayati, Evi Martha, Weni Muniarti, Marion Siagian
Abstrak: Fenomena pernikahan dini di Indonesia mengalami peningkatan pada masa pandemi COVID-19, faktor keuangan yang menurun selama pandemi COVID-19 dan faktor bosan belajar daring telah mempengaruhi sebagian besar anak-anak di Indonesia. Indonesia termasuk rangking 37 di dunia dengan persentase tertinggi Pernikahan Dini, Di Indonesia Provinsi paling tinggi angka pernikahan dini adalah Provinsi Kalimantan Selatan 12,52 persen, sedangkan pada posisi kedua berasal dari Provinsi Jawa Barat 11,48 persen.Penelitian yang dilakukan dengan metode Kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. dengan pendekatan Theory Of Reosened Action. Pernikahan dini yang terjadi pada perempuan di desa Cibaregbeg keseluruhan informan memiliki niat yang kuat untuk melakukan pernikahan dini,itu didasari dengan pemahaman seperti alasan tidak ingin membebankan orang tua,faktor pendidikan, faktor budaya, faktor pergaulan bebas dan bahkan memang ada faktor dari anak itu sendiri untuk menikah. Berpijak pada temuan tersebut, maka dirumuskan salah satu yang dapat memberikan tambahan kepada berbagai pihak, Penundaan usia pernikahan dikalangan remaja harus lah ditangani secara bersama. Pernikahan hendaklah memperhatikan faktor usia karena usia sangat berpengaruh terhadap kematangan fisik, non fisik seperti pola pikir. Umur sangat penting dalam menjalankan sebuah hubungan keluarga, karena seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka pola pikirnya juga akan bertambah dan berubah
The phenomenon of early marriage in Indonesia has increased during the COVID-19 pandemic, the declining financial factor during the COVID-19 pandemic, and the boredom factor of online learning have affected most children in Indonesia. Indonesia is ranked 37th in the world with the highest percentage of Early Marriage, In Indonesia, the province with the highest early marriage rate in South Kalimantan Province 12.52 percent, while a second place comes from West Java Province 11.48 percent. The research was conducted using Qualitative methods with a case study research design. with the Theory Of Reasoned Action approach. The early marriage that occurs in women in Cibaregbeg village, all informants have a strong intention to marry early, it is based on understanding such as reasons for not wanting to burden parents, educational factors, cultural factors, promiscuity factors, and even there are factors from the child himself to get married. Based on these findings, one that can provide additions to various parties is formulated, the delay in the age of marriage among adolescents must be handled together. Marriage should pay attention to the age factor because age greatly affects physical, and non-physical maturity such as mindset. Age is very important in running a family relationship because as a person gets older, his mindset will also increase and change
Read More
T-7267
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive