Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Juliana Karni Astuti; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: R. Sutiawan, Teti Tejayanti
Abstrak:
Disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu masih merupakan permasalahan di Indonesia. Cakupan K4 dalam program Antenatal Care (ANC) dari tahun 2012 hingga 2017 telah mengalami penurunan. Akan tetapi, angka penurunan itu nyatanya menunjukkan bahwa cakupan K4 ANC sudah mulai memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2017. Berdasarkan data SDKI dan Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa beberapa daerah di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih mengalami permasalahan ini. Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara menjadi provinsi yang selalu memasuki peringkat 10 besar dalam cakupan K4 ANC terendah. Keempat provinsi tersebut juga selalu tidak memenuhi target dari Renstra Kementerian Kesehatan semenjak 2007, 2012, dan 2017. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan ANC pada wanita usia subur di 4 Provinsi pada tahun 2012 & 2017. Sampel yang digunakan adalah wanita berusia subur (15-49 tahun) yang tinggal di 4 Provinsi, memiliki anak terakhir dalam 5 tahun terakhir, berstatus menikah/tinggal bersama dan menjadi responden dalam SDKI 2012 & 2017. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 1.001 responden dalam SDKI 2012 & 1.167 responden dalam SDKI 2017. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan pengetahuan ibu memiliki pengaruh yang konsisten terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada responden di tahun 2012 dan 2017. Pada tahun 2012, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan kunjungan ANC pada wanita usia subur yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan dan status ekonomi. Sedangkan di tahun 2017, terdapat faktor lain juga yang berpengaruh terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada wanita usia subur yaitu paritas ibu, jaminan kesehatan, dan dukungan dari suami.
Kata kunci: Antenatal Care, Kepatuhan, Wanita Usia Subur
Disparities in maternal health services are still a problem in Indonesia. The K4 coverage of Antenatal Care (ANC) program from 2012 to 2017 has decreased. However, it shows that the K4 ANC coverage has begun to meet the Ministry of Health Strategic Plan target in 2017. Based on data from the IDHS and the Indonesian Health Profile, it stated that some regions in Eastern Indonesia are still facing this problem. Papua, West Papua, Maluku and North Maluku itself are some provinces are always in top 10 provinces with the lowest K4 ANC coverage. The four provinces also had never met the targets of the Ministry of Health Strategic Plan since 2007, 2012, and 2017. This study aims to look at the factors that influence the level of ANC visit adherence in reproductive age women in 4 Provinces in 2012 & 2017. The sample is used in this study are the women in reproductive age in the 2012 & 2017 IDHS that are living in 4 provinces, married or are living together with their partner, and have their in the last 5 years. The number of samples in the study were 1,001 respondents in the 2012 IDHS & 1,167 respondents in the 2017 IDHS. This study itself use chi-square and multiple logistic regression. The results showed that maternal education and maternal knowledge had a consistent influence on the adherence of ANC visits for respondents in 2012 and 2017. In 2012, there are other factors that also affected ANC visit adherence in reproductive age women, namely participation in decision making and economic status. Whereas in 2017, there are also other factors that influence ANC visits adherence to reproductive age women, namely health insurance, parity, and husband support.
Key words: Antenatal Care, Adherence, Reproductive Age Women
Read More
Kata kunci: Antenatal Care, Kepatuhan, Wanita Usia Subur
Disparities in maternal health services are still a problem in Indonesia. The K4 coverage of Antenatal Care (ANC) program from 2012 to 2017 has decreased. However, it shows that the K4 ANC coverage has begun to meet the Ministry of Health Strategic Plan target in 2017. Based on data from the IDHS and the Indonesian Health Profile, it stated that some regions in Eastern Indonesia are still facing this problem. Papua, West Papua, Maluku and North Maluku itself are some provinces are always in top 10 provinces with the lowest K4 ANC coverage. The four provinces also had never met the targets of the Ministry of Health Strategic Plan since 2007, 2012, and 2017. This study aims to look at the factors that influence the level of ANC visit adherence in reproductive age women in 4 Provinces in 2012 & 2017. The sample is used in this study are the women in reproductive age in the 2012 & 2017 IDHS that are living in 4 provinces, married or are living together with their partner, and have their in the last 5 years. The number of samples in the study were 1,001 respondents in the 2012 IDHS & 1,167 respondents in the 2017 IDHS. This study itself use chi-square and multiple logistic regression. The results showed that maternal education and maternal knowledge had a consistent influence on the adherence of ANC visits for respondents in 2012 and 2017. In 2012, there are other factors that also affected ANC visit adherence in reproductive age women, namely participation in decision making and economic status. Whereas in 2017, there are also other factors that influence ANC visits adherence to reproductive age women, namely health insurance, parity, and husband support.
Key words: Antenatal Care, Adherence, Reproductive Age Women
S-10447
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mega Sophiana Rahma Hanida; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Teti Tejayanti
Abstrak:
COVID-19 dapat menyebabkan kasus kematian secara cepat dan luas, hal ini dapat menimbulkan dampak psikologis, yaitu ketakutan dan kecemasan.Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pengumpulan data primer secara crossectional. Penelitian dilakukan di RS Graha Juanda Bekasi Tahun 2021. Instrument menggunakan PASS (Perinatal Anciety Screening Scale). Jumlah responden sebanyak 60 orang.
Read More
S-10858
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Mundzir Kamiluddin; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Mila herdayati, Teti Tejayanti
Abstrak:
Di negara-negara berkembang hampir 1 dari 5 Balita meninggal disebabkan olehpneumonia. Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap terserangpneumonia. Period prevalence pneumonia pada anak Balita di DKI Jakartaberdasarkan data Riskesdas 2013 mencapai 19,6 permil.
Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui faktor lingkungan fisik rumah dan faktor lainnya yangberhubungan dengan kejadian pneumonia pada Balita di DKI Jakarta denganmenggunakan data Riskesdas 2013. Desain penelitian ini adalah cross sectional.Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabelyang diteliti dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antaravariabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa prevalensi pneumonia Balita di DKI Jakarta sebesar 4%. Hasil analisisbivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadianpneumonia Balita adalah usia Balita.
Kata kunci: Pneumonia, Balita, DKI Jakarta, Riskesdas 2013
In development countries nearly 1 in 5 children under five years old died due topneumonia. Children under five years old are the age group that susceptible topneumonia. Period prevalence of pneumonia in children under five years old inJakarta based on National Basic Health Research 2013 has reached 19.6 per mil.
The objective of this study is to determine the physical environment of house andother factors associated to the incidence of pneumonia children under five yearsold in Jakarta using National Basic Health Research 2013 data. This study designis cross-sectional study. Univariate analysis is used to describe each variablestudied and bivariate analysis is used to determine the relationship between thedependent and independent variables.
The results showed that the prevalence ofpneumonia children under five years old in Jakarta at 4%. Results of bivariateanalysis showed that the variables associated with the incidence of pneumonia isage of children under five.
Key words: Pneumonia, children under five years old, physical environment ofhouse, DKI Jakarta, Riskesdas 2013
Read More
Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui faktor lingkungan fisik rumah dan faktor lainnya yangberhubungan dengan kejadian pneumonia pada Balita di DKI Jakarta denganmenggunakan data Riskesdas 2013. Desain penelitian ini adalah cross sectional.Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabelyang diteliti dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antaravariabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa prevalensi pneumonia Balita di DKI Jakarta sebesar 4%. Hasil analisisbivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadianpneumonia Balita adalah usia Balita.
Kata kunci: Pneumonia, Balita, DKI Jakarta, Riskesdas 2013
In development countries nearly 1 in 5 children under five years old died due topneumonia. Children under five years old are the age group that susceptible topneumonia. Period prevalence of pneumonia in children under five years old inJakarta based on National Basic Health Research 2013 has reached 19.6 per mil.
The objective of this study is to determine the physical environment of house andother factors associated to the incidence of pneumonia children under five yearsold in Jakarta using National Basic Health Research 2013 data. This study designis cross-sectional study. Univariate analysis is used to describe each variablestudied and bivariate analysis is used to determine the relationship between thedependent and independent variables.
The results showed that the prevalence ofpneumonia children under five years old in Jakarta at 4%. Results of bivariateanalysis showed that the variables associated with the incidence of pneumonia isage of children under five.
Key words: Pneumonia, children under five years old, physical environment ofhouse, DKI Jakarta, Riskesdas 2013
S-9046
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Pipit Ratnasari; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Milla Herdayati, Teti Tejayanti
Abstrak:
Pneumonia is the second leading cause of death after diarrhea in Indonesia, especially in children under five years old. Over the past few years the prevalence of pneumonia in children under five years old in East Java increased from 1,06% to 4,2% in 2013. The purpose of this study was to analyze the physical and environmental factors of houses and other factors such as children characteristic factors and socio economic factors. This research used secondary data from the National Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012.
This research used cross-sectional design study, with 2.058 total sample of children aged 0-59 months. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis using Chi Square method. This research could not prove an association between physical environmental factors of house and other factors with the prevalence of pneumonia in children under five years. Keywords : pneumonia, children under five years, physical environmental factors
Read More
This research used cross-sectional design study, with 2.058 total sample of children aged 0-59 months. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis using Chi Square method. This research could not prove an association between physical environmental factors of house and other factors with the prevalence of pneumonia in children under five years. Keywords : pneumonia, children under five years, physical environmental factors
S-9228
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dyah Nursmarastri Sasabil Sidqi; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo; Penguji: Artha Prabawa, Teti Tejayanti
Abstrak:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi, hubungan spasial faktor risiko dengan kejadian COVID-19 dan menentukan zona kerawanan COVID-19 berdasarkan faktor risiko melalui pendekatan SIG. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi ekologi. Populasi dan sampel dari penelitian yaitu kasus COVID-19 yang tercatat di Kecamatan Purwokerto Selatan pada tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko kemiskinan (p-value = 0,034 r = 0,791) mempengaruhi jumlah kasus COVID-19 secara signifikan dan memiliki hubungan yang sangat kuat. Jumlah KK pengguna sanitasi umum (p-value = 0,094; r = 0,679) dan cakupan rumah tangga ber-PHBS (p-value = 0,251; r = 0,502) tidak mempengaruhi secara signifikan, namun ada hubungan yang kuat terhadap jumlah kasus COVID-19, dan kepadatan penduduk tidak berhubungan secara signifikan (p-value = 0,658). Secara spasial ada hubungan jumlah kasus COVID-19 dengan kemiskinan dan KK pengguna sanitasi umum.
Read More
S-10734
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Laila Salsabila; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Popy Yuniar, Teti Tejayanti
Abstrak:
Read More
Kelahiran prematur merupakan penyebab kematian neonatal ketiga terbanyak di Indonesia. Kelahiran prematur dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatal/bayi sehingga dapat berdampak pada indikator kesehatan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan perdesaan Indonesia. Data berasal dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel penelitian ini adalah perempuan umur 10-54 tahun yang pernah kawin, mempunyai pengalaman reproduksi dalam kurun waktu lima tahun terakhir untuk anak terakhir dengan total sampel 32.288 responden. Penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan pedesaan yaitu, kunjungan ANC, kehamilan kembar, hipertensi, dan perdarahan antepartum. Usia, ibu, ketuban pecah dini, dan metode persalinan hanya berhubungan di wilayah perkotaan, sedangkan plasenta previa hanya berhubungan di wilayah perdesaan. Kehamilan kembar menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan perdesaan Indonesia
Preterm birth is the third leading cause of neonatal mortality in Indonesia. It significantly contributes to neonatal morbidity and mortality, thereby affecting the overall health indicators of the country. This study aims to identify the determinants of preterm birth in urban and rural areas of Indonesia. The data were obtained from the 2023 Indonesian Health Survey using a cross-sectional study design. The study sample consisted of 32,288 ever-married women aged 10–54 years who had given birth in the last five years. Data were analyzed using chi-square tests and multivariable logistic regression. The results showed that antenatal care (ANC) visits, multiple pregnancies, hypertension, and antepartum hemorrhage were significant determinants of preterm birth in both urban and rural areas. Maternal age, premature rupture of membranes, and mode of delivery were only associated with preterm birth in urban areas, while placenta previa was only significant in rural areas. Multiple pregnancies were the most dominant factor associated with preterm birth in both settings.
Preterm birth is the third leading cause of neonatal mortality in Indonesia. It significantly contributes to neonatal morbidity and mortality, thereby affecting the overall health indicators of the country. This study aims to identify the determinants of preterm birth in urban and rural areas of Indonesia. The data were obtained from the 2023 Indonesian Health Survey using a cross-sectional study design. The study sample consisted of 32,288 ever-married women aged 10–54 years who had given birth in the last five years. Data were analyzed using chi-square tests and multivariable logistic regression. The results showed that antenatal care (ANC) visits, multiple pregnancies, hypertension, and antepartum hemorrhage were significant determinants of preterm birth in both urban and rural areas. Maternal age, premature rupture of membranes, and mode of delivery were only associated with preterm birth in urban areas, while placenta previa was only significant in rural areas. Multiple pregnancies were the most dominant factor associated with preterm birth in both settings.
S-12016
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rozanah Aminurrahmah; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Teti Tejayanti
Abstrak:
Read More
Pelayanan antenatal merupakan program penting guna menurunkan angka kematian ibu. Pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan RI menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jumlah kunjungan antenatal menjadi minimal 6 kali selama kehamilan. Akan tetapi pada tahun 2023, cakupan antenatal K6 di Indonesia baru mencapai 17,6%. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal K6 adalah pemberdayaan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberdayaan perempuan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal di Indonesia, sekaligus mengembangkan indeks pemberdayaan perempuan yang komprehensif menggunakan data SDKI tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan antenatal K6 di Indonesia pada tahun 2017 adalah 5,4% (95% CI: 4,9-5,9). Akan tetapi perlu ditekankan bahwa pada tahun 2017 belum ditetapkan kebijakan antenatal K6 sehingga cakupannya masih rendah. berdasarkan hasil principal component analysis, diketahui bahwa pemberdayaan perempuan dapat digambarkan melalui 5 dimensi. Rata-rata skor pemberdayaan perempuan Indonesia tahun 2017 berdasarkan masing-masing dimensi adalah 83,98 untuk dimensi sikap terhadap pemukulan istri, 62,59 untuk dimensi pengambilan keputusan, 56,60 untuk dimensi pendidikan, 33,42 untuk dimensi kontrol atas hubungan seksual, dan 41,61 untuk dimensi kontrol atas sumber daya. Adapun rata-rata indeks pemberdayaan perempuan di Indonesia secara keseluruhan adalah 50,37. Pemberdayaan perempuan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dengan nilai AOR sebesar 1,70 (95% CI: 1,27-2,27). Dimensi yang berhubungan signifikan adalah dimensi sikap terhadap pemukulan istri tinggi (AOR: 2,73), pengambilan keputusan tinggi (AOR: 1,48), pendidikan sedang (AOR: 1,61), pendidikan tinggi (AOR: 1,85), kontrol atas hubungan seksual tinggi (AOR: 0,58), dan kontrol atas sumber daya sedang (AOR: 1,49). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Antenatal care is an important program to reduce maternal mortality. In 2021, the Indonesian Ministry of Health established a policy to increase the number of antenatal visits to a minimum of 6 times during pregnancy. However, in 2023, K6 antenatal coverage in Indonesia only reach 17.6%. One factor that can influence the utilization of K6 antenatal utilization is women’s empowerment. This research aims to determine the relationship between women’s empowerment and the antenatal care utilization in Indonesia, as well as developing a comprehensive women’s empowerment index using 2017 IDHS data. The results show that K6 antenatal coverage in Indonesia in 2017 was 5.4% (95% CI: 4.9-5.9). However, it needs to be emphasized that in 2017 the K6 antenatal policy had not been established so coverage was still low. Based on the results of the principal component analysis, it is known that women’s empowerment can be described through 5 dimensions. The average score for Indonesian women’s empowerment in 2017 based on each dimension was 83.98 for the attitude towards wife beating, 62.59 for the decision-making, 56.60 for the education, 33.42 for the control over sexual relations, and 41.61 for the control over resources. The average women’s empowerment index in Indonesia as a whole is 50.37. Women’s empowerment has a significant relationship with the antenatal care utilization with an AOR value of 1.70 (95% CI: 1.27-2.27). The dimensions that were significantly related were the high score in dimensions of attitudes towards wife beating (AOR: 2.73), high scoce in decision making (AOR: 1.48), moderate score in education (AOR: 1.61), high score in education (AOR: 1.85), high score in control over sexual relations (AOR: 0.58), and moderate score in control over resources (AOR: 1.49). Therefore, efforts need to be made to increase women’s empowerment in Indonesia.
S-11731
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Regita Septiani; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Teti Tejayanti
Abstrak:
Read More
Praktik pemberian makanan prelakteal masih menjadi masalah yang harus diatasi Indonesia karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bayi. Meskipun persentase praktik pemberian makanan prelakteal sudah cenderung menurun, ketidakmerataan masih terjadi berdasarkan beberapa dimensi ketidakmerataan. Sebagai upaya mengatasi ketidakmerataan pada berbagai indikator kesehatan, WHO mengeluarkan sebuah aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus) yang mampu mengidentifikasi ketidakmerataan melalui berbagai ukuran ketidakmerataan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber data sekunder, yaitu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakmerataan praktik pemberian makanan prelakteal masih terjadi pada pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, IMD, dan penolong persalinan, namun dengan tingkat ketidakmerataan yang berbeda-beda. Tren ketidakmerataan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2017 pada seluruh variabel, kecuali variabel provinsi yang justru menunjukkan ketidakmerataan tertinggi terjadi pada tahun 2017. Praktik pemberian makanan prelakteal menurut provinsi juga menunjukkan ketidakmerataan tertinggi dibandingkan dimensi ketidakmerataan lainnya.
Prelacteal feeding practices still be a problem in Indonesia and it needs to be addressed because it may cause a negative impact to baby’s health. Even though the percentage of prelacteal feeding practices has decrease time to time, inequality still occurs based on several dimensions of inequality. To overcome the inequalities that occur in various health indicators, WHO issued an application called Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus) that can be used to identify inequality through various inequality measures. This study used the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in the year of 2002, 2007, 2012, and 2017 as the data sources. The results this study found that there were an inequality of prelacteal feeding practices by mother's education, economic status, area of residence, province, early initiation of breastfeeding, and birth attendants with various degrees of inequality. The trend of inequality tended to decrease from 2002 to 2017 in all variables, except for the province which actually showed the highest inequality in 2017. Prelacteal feeding practices by province also showed the highest inequality compared to other dimensions of inequality that used in this study.
S-11358
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Diah Safitri; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Teti Tejayanti
Abstrak:
Read More
Masih tingginya AKI di Indonesia mencerminkan bahwa intervensi untuk menurunkan AKI masih belum berjalan maksimal. Intervensi tersebut melalui antenatal care. Sayangnya, masih terdapat perbedaan cakupan antenatal care K6 yang cukup besar antara perkotaan dan pedesaan Indonesia. Cakupan K6 ditemukan lebih tinggi pada wilayah perkotaan (56.1%) bila dibandingkan dengan wilayah pedesaan (41.9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kunjungan antenatal care (K6) pada ibu hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang tinggal di Indonesia serta memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah sampel 6790 responden untuk wilayah perkotaan dan 7013 responden untuk wilayah pedesaan. Penelitian ini menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia tahun 2017, yaitu usia, paritas, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan terkait komplikasi kehamilan, indeks kekayaan rumah tangga, dukungan suami/pasangan, dan pengambil keputusan terkait perawatan kesehatan ibu. Paparan dengan media massa hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan saja. Sementara, tempat/fasilitas pelayanan kesehatan hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah pedesaan saja. Tingkat pendidikan ibu menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wanita hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia.
The still high MMR in Indonesia reflects that interventions to reduce MMR have not run optimally. The intervention is through antenatal care. Unfortunately, there are still quite large differences in coverage of K6 antenatal care between urban and rural Indonesia. K6 coverage was found to be higher in urban areas (56.1%) when compared to rural areas (41.9%). This study aims to identify the determinants of antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia. The sample for this study were all women of childbearing age living in Indonesia and meeting the inclusion criteria with a sample size of 6790 respondents for urban areas and 7013 respondents for rural areas. This study uses the chi square test and multiple logistic regression in its analysis. The results of this study indicate that the determinants of antenatal care visits (K6) in urban and rural areas of Indonesia in 2017, namely age, parity, education level of the mother, knowledge related to pregnancy complications, household wealth index, husband/spousal support, and decision makers regarding care mother's health. Exposure to the mass media is only related to antenatal care (K6) visits in urban areas. Meanwhile, health service places/facilities are only related to antenatal care (K6) visits in rural areas. Maternal education level is the most dominant variable related to antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia.
S-11352
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurkhaira Manel; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo; Penguji: Martya Rahmaniati, Rahma Dewi, Teti Tejayanti
Abstrak:
AKI di Indonesia masih jauh dari target SDGs. Kematian ibu dapat dicegah jika ibu hamil dapat mengakses perawatan antenatal berkualitas (ANC) namun secara global pada tahun 2017 hanya 64% perempuan menerima perawatan antenatal empat kali atau lebih selama kehamilan mereka. Berdasarkan data yang ada masih terdapat disparitas antar wilayah perdesaan dan perkotaan untuk cakupan ANC, masih ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan ANC serta masih adanya dari standar pelayanan ANC yang belum berjalan optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor perilaku ibu dalam menggunakan layanan kesehatan dilihat dari segi kuantitas (cakupan K4) dan kualitas (pelayanan sesuai standar 8 T) antenatal care (ANC) di indonesia. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain crossectional study. Sumber data dalam penelitian ini adalah data mencakup seluruh wilayah di Indonesia yang didapatkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Hasil penelitian mendapatkan bahwa faktor perilaku ibu yang mempengaruhi penggunaan layanan kesehatan dilihat dari segi kuantitas pelayanan ANC sesuai standar adalah status ekonomi, pengdidikan rendah, dukungan pasangan, status perencanaan kehamilan, umur saat hamil, asuransi kesehatan dan urutan kelahiran. Dilihat dari segi kualitas, faktor perilaku ibu yang mempengaruhi penggunaan layanan ANC sesuai standar adalah status perencanaan kehamilan, riwayat komplikasi
Read More
T-6351
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
