Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
ABSTRAK Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada saat ini masih menerapkan pelayanan administrasi secara manual baik dari pengumpulan data pasien, pengumpulan tagihan pasien, serta perhitungannya. Hal ini dinilai kurang efektif karena mengakibatkan waktu pelayanan yang lama, terutama bagi pasien rawat inap. Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada bermaksud mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) secara bertahap yang dimulai dari computerized billing system pada instalasi rawat inap. Billing system yang tepat waktu dan akurat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien karena Rumah Sakit ibu dan Anak Puspa Husada merupakan rumah sakit swasta, yang sangat bergantung pada revenue pasien. Tujuan: Menyusun disain computerized billing system pada instalasi rawat inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada untuk mendukung kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah pegawai Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada yang berkaitan dengan sistem billing rawat inap, yaitu: Direktur Keuangan, petugas loket pendaftaran rawat inap. petugas administrasi billing di ruang rawat inap, petugas administrasi instalasi farmasi, petugas administrasi instalasi laboratorium, dan petugas administrasi instalasi radiologi. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara dan alat perekam suara. Hasil: Pengembangan computerized billing system yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada dimulai dengan melakukan analisa sistem yang berjalan saat ini, spesifikasi kebutuhan sistem, serta perancangan sistem yang meliputi hardware, software, dan brainware. Disain usulan computerized billing system Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada dimulai dengan satu modul administrasi rawat inap dan dibangun dengan spesifikasi access project yang merupakan aplikasi microsoft access yang menggunakan database MySQL server. Kesimpulan: Manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak Puspa Husada telah mengembangkan computerized billing system. Program pengembangan tersebut merupakan upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien. Pengembangan computerized billing system baru diterapkan di instalasi rawat inap berdasarkan banyaknya keluhan mengenai lamanya waktu tunggu pembayaran tagihan pasien saat hendak pulang setelah dirawat. Untuk menunjang implementasi maka perlu dipersiapkan kemampuan sumber daya manusia, pemeliharaan sistem, dan usaha pengembangan sistem.
ABSTRACT Still today Puspa Husada Mother and Child Hospital manually administered serviced on collecting, gathering, and calculating patient bills. The less effective services caused longer time services, especially for inpatient installation. Puspa Husada Mother and Child Hospital intend to develop Hospital Management Information system gradually, starting from computerized billing system at inpatient installation on time and accurate billing system is well needed to efficiently increased healthcare services in Puspa Husada Mother and Child Hospital, a small private hospital who depends on the patients revenue. Objectives: To develop computerized billing system at inpatient installation in order to support healthcare satisfaction Puspa Husada Mother and Child Hospital. Method: A descriptive method with a qualitative approach being held with these researches. Informant in these research are employee at Puspa Husada Mother and Child Hospital that connected and linked with Hospital billing system; Finance Director, officer at inpatient registration, billing administration, pharmaceutical administration, laboratorial administration, and Radiology administration. Instrument been used contain written and recording interview. Result: The development of computerized billing system in Puspa Husada Mother and Child Hospital started by Analyzing system that rolled before until recent, and system design that included the environment system necessity; hardware, software, and brainware. Proposal design of computerized billing system of Puspa Husada Mother and Child Hospital began with the development of an administration inpatient module and build with access project which was Microsoft access that used MySQL server. Conclusions: The management of Puspa Husada Mother and Child Hospital had developed computerized billing system. The program was an attempt to enhanced quality health services to patient and patient family. The development of computerized billing system at inpatient installation based on many complain regarding the waiting time for hospital billing at inpatient installation after care. To support the implementation, It's best to prepare Human Resources, System maintenance, and the continuing of system development.
Rumah sakit merupakan institusi dalam pemberi pelayanan kesehatan di Indonesia mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita. Kemampuan pemerintah untuk membiayai sektor kesehatan terbatas, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk lebih mendorong dengan perubahan status beberapa rumah sakit pemerintah dan pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN). Rumah Sakit Anak & Bersalin Harapan Kita adalah salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 127 tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000 berubah status dari PNBP menjadi PERJAN. Dengan perubahan status ini diharapkan rumah sakit akan lebih mandiri dan mampu bersaing dengan kompetitor.Berdasarkan laporan kinerja layanan rawat inap khususnya rawat inap kebidanan BOR (Bed Ocupancy Rate) periode tahun 2000 dan 2001 cenderung turun 3,23 %, kunjungan rawat jalan kebidanan mengalami penurunan 25,42 % pada tahun 2001, kunjungan perneriksaan kandungan juga mengalami penurunan 12,78 % pada tahun 2001 dan kunjungan antenatal baru mengalami penurunan 17,20 % pada tahun 2001. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian lebih dalam lagi bagaimanakah karakteristik serta pilihan dari pasien antenatal terhadap pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan oleh pasien antenatal. Lingkup penelitian ini dibatasi pada karakteristik pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan dan yang tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan dan bagaimana pilihannya terhadap pelayanan kesehatan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif - analitik dengan design "Cross Sectional". Populasi penelitian adalah data-data sekunder dari medical record pasien antenatal trimester III periode Desember 2001 dan data primer pasien antenatal yang melahirkan di RSAB Harapan Kita dan tidak melahirkan di RSAB Harapan Kita.Dari 90 catatan medik pasien antenatal yang diteliti, diperoleh 70 % dari pasien antenatal yang memanfaatkan pelayanan rawat inap kebidanan melahirkan di RSAB Harapan Kita dan 30 % pasien antenatal tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan.Dari 8 variabel bebas yang diteliti, ternyata hanya 1 variabel yang terbukti menunjukkan hubungan bermakna dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Sedangkan 7 variabel lainnya tidak dapat dibuktikan berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Dari 8 variabel bebas yang diteliti terdapat 5 variabel menunjukkan hubungan bermakna terhadap pilihan responden memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan di RSAB Harapan Kita.Karakteristik pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan melahirkan adalah usia ibu terbanyak usia produktif dengan tingkat pendidikan tinggi, pekerjaan suami pedagang/ swasta, jarak tempat tinggal dekat dari RSAB Harapan Kita, dan membayar sendiri, diagnosa normal, sistem perjanjian, jumlah anak sedikit.Karakteristik pasien antenatal yang tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan pada dasarnya sama dengan pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan. Hanya faktor diagnosa ibu yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan melahirkan. Alasan pilihan responder terhadap pemanfaatan layanan rawat inap melahirkan adalah kekhususan RSAB Harapan Kita, kualitas pelayanan medis, peralatan medis yang lengkap, mempunyai fasilitas ruang perawatan sesuai kelas perawatan dan tarif pantas.Mempertahankan pelanggan yang sudah ada yaitu pasien antenatal dengan cara-cara antara lain membuat paket melahirkan bekerjasama dengan Program Parent Education, kerjasama dengan Bank-Bank yang berlokasi di RSAB Harapan Kita. Memberikan sarana yang lengkap kepada para dokter dan perawat berupa ruang khusus yang nyaman agar dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan pelayanan.
The Factors What Related To Utilization Of Mother's Room Care In Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Harapan Kita On 2001 - 2002 By Antenatal PatientsIn Indonesia hospital is health care services institution what have functions is curing and recovering patients. Because of government limited prosperity in financing health sector, the administration had made prudence for urging change of hospital corporate, from Public Company on existence Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) to be Division Company or Perusahaan Jawatan (PERJAN). Rumah Sakit Anak Bersalin Harapan Kita has been being Division Company (Perjan) at 12 December 2000 under government regulation number 127 and year of 2000. This alteration was be able expect to be independent company what be capable compete with others.Under report performance of room care, especially in mother's room care on period 2000 -2001 had been inclined decrease of bed occupancy rate (BOR) about 3,23% and on mother ambulatory care, the trend was being about 25.42%. Meanwhile, on examination of womb had been happened too, about 12,78%. Whereas of prenatal visit, the decreased was being on last year 2001, about 17,20%. So that, researcher interested to engage study about characteristic and background of patient in utilization mothers room care. The objective for this research was be able to get information about factors what influence the patient to give birth on RSAB Harapan Kita, and spend the night at mother's room care. Stand on those reason, researcher had limited the research with the character of antenatal patients who using mothers room care and of antenatal patients who didn't use mothers room care and how theirs made decision for choosing its.This research was descriptive with "cross sectional" design. Population of research were secondary data from medical record of antenatal patient in trimester III on December 2001 and primary data from patient who give birth at RSAB Harapan Kita and from patient who didn't give birth on this hospital.From 90 medical record of patient who researched, were been obtained about 70% patient has gave birth on this hospital and their spend the night in mothers room care, but 30% patient didn't use those facilities.There was one independent variable what significant correlation with utilization of room care and other's (seven variables) were not. Besides that, from eight independent-variable, only five variable what significant correlation with reasons of choosing hospital facility for stay night after giving birth.The characteristic of patients who used hospital facility were related with age of patient (=they were on productivity age), were educated, and their husband worked as trade or worked on private company, children number, agreement system and pregnant diagnosis, in addition, distance between hospital and patient residence were being influence too. There were not different characters for patient who didn't use hospital facility.Pregnancy diagnosis was the only one factors what influence patient to give birth on RSAB Harapan Kita. The reason of respondent to choose its were stressing on specific services of hospital, quality of medical services, fully equipped medical, and effective cost for appropriate room care facilities.To maintenance those customers. RSAB Harapan Kita should has to have good plan, such as using the whole of source hospital optimally, for example co-operation with Parent Education Program to make package to give birth to, co-operation with many bank what on location. Finally, for doctor, nurse and other staffs. RSAB Harapan Kita has to supply tools and infrastructure sufficiently, but the important one is giving opportunity to grow effectively and efficiently.
Saat ini RS Persahabatan berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan profesional, bermutu, dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan bagi konsumen sasarannya dalam rangka penyelenggaraan status rumah sakit swadana. Beberapa upaya telah dilakukan antara lain dengan membuka Instalasi Praktek Dokter Spesialis Terpadu pada pertengahan tahun 1998. Dalam perjalanannya hingga tahun 2001 angka kunjungan pasien relatif meningkat tetapi masih sekitar 4% dibandingkan dengan angka kunjungan Instalasi Rawat Jalan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diketahui informasi tentang perkembangan konsumen dengan melakukan pemantauan tentang keinginan dan kebutuhan konsumen sasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien yang tidak ingin memanfaatkan lagi IPDST RSP sebagai bahan pertimbangan untuk membuat strategi pengembangan 1PDST RSP. Penelitian ini merupakan case control dengan data primer yang diambil menggunakan kuesioner pada 145 responden. Analisa data dengan cara univariat dan bivariat untuk menganalisa faktor-faktor yang diteliti, kemudian dilakukan uji statistik dengan bantuan komputer untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor yang diteliti dengan tidak kembalinya pasien untuk berobat lagi (drop out). Hasil penelitian hampir seluruhnya menunjukkan persepsi responden baik terhadap IPDST RSP, hanya masalah tarif dan sebagian responden memanfaatkan fasilitas pelayanan lain yang lebih dekat tempat tinggal. Berdasarkan hal-hal tersebut, manajemen RSP perlu memantau persepsi, keinginan dan kebutuhan konsumen sasaran dan menindaklanjuti strategi pengembangan yang telah disusun. Daftar bacaan : 57 (tahun 1968 - 2002 )
The Caracteristices Drop Out Patient of the Instaiasi Praktek Dokter Spesialis Terpadu at Persahabatan Hospital, 2001 At the moment, Persahabatan Hospital makes efforts to increase health service quality through the organization of professional health service, better quality and friendly, the satisfaction of the target customer in making efforts as a swadana (self funding) hospital. The efforts had performed; one of them is opening the Instalasi Praktek Dokter Spesialis Terpadu (The Consolidate Doctor Specialist Practice) in the middle of 1998. In the progressing to 2001, patient visit numbers are increase relatively, but still remain about 4 % if compare with the Instalasi Rawat Jalan (Out Patient Installation). For that reason, information regarding the behavior of the target customer is needed and can be achieved through the monitoring of their wants and needs so we can really understand them. The objective of this research is to obtain information about the patient characteristics that doesn't want to utilize the Instalasi Prakktek Dokter Spesialis Terpadu of Persahabatan Hospital as a consideration to set up developing strategy of IPDST RSP. This research is made by using case control design and using primary data taken from questionnaire of 145 respondents interviewed Univariate analysis is used to set up the frequency distribution and followed by the bivariate analysis to obtain the cross tabulation of variables used by computer to inform the connection of the factors of unutilization IPDST (patient drop out). The result shows that in general the perception about IPDST is relatively good but more attention must be made to the price and some of the patients use other health service that closer to their home. Based on the result of the research above, the management needs to monitoring the perception, desire and target customer needs and perform developing strategy that had been set up. List of references: 57 (1968 - 2002)
Salah satu aspek di Rumah Sakit yang paling mendatangkan keluhan pasien adalah menunggu. Departemen Penerimaan Pasien (Admission Department) mempunyai peranan penting bagi Rumah Sakit, karena departemen ini merupakan tempat pertama kali pasien datang ke Rumah Sakit.Pada Departemen Penerimaan Pasien Rawat Inap di RSPI, tempat tersebut merupakan tempat pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan dan informasi. Departemen ini dikeluhkan karena waktu proses pendaftaran rawat inapnya lama. Penghitungan awal waktu proses penyelesaian administrasi pendaftaran rawat inap yang dilakukan pada tanggal 6 - 11 Agustus 2001 pada 20 pasien di dapat waktu rata-ratanya adalah 30 menit (pasien belum diantar ke ruangan).Waktu proses pendaftaran pasien rawat inap ini, kalau menurut hasil studi yang dilakukan bulan Mei 1993 dl oleh NAHAM (National Association of Health care Access Management) adalah 10,57 menit/pasien.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lamanya proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI, serta faktor-faktor apa yang ada hubungannya dengan lamanya waktu proses tersebut. Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), yaitu melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu, serta mencatat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian setiap tahapan proses pendaftaran pasien rawat inap.Penelitian dilakukan selama 22 hari, dengan jumlah sampel 131 pasien yang mendaftar rawat inap di RSPI (yang bukan dari emergency). Pengambilan sampel dengan metoda proposional random sampling berdasarkan jenis pembayaran yang berlaku di RSPI, yaitu Cash (69%), Asuransi (16%) dan Kerjasama Perusahaan (15%).Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pendaftaran rawat inap mempunyai alur proses yang berbeda antara pasien yang melakukan pembayaran rawat inapnya dengan cash, asuransi atau kerjasama perusahaan. Rata-rata lamanya waktu proses pendaftaran pasien masuk rawat inap di RSPI adalah 32 menit 7 detik.Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dilakukan uji Chi-Square, maka hasil didapat dari 8 variabel bebas yang diteliti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan lamanya waktu penyelesaian proses pendaftaran pasien rawat inap (variabel terikat), yaitu kesiapan ruang rawat dalam menerima pasien, kesiapan pasien untuk diantar ke ruang rawat, mencari bed (alokasi bed) dan pemberian tanda kunjungan dan tanda parkir.Dengan teridentifikasinya rata-rata lama waktu proses pendaftaran pasien rawat inap dan faktor-faktor penghambatnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki prosedur penyelesaian pendaftaran pasien rawat inap agar lebih singkat lagi.
Factors Influencing the Administration Processing Time for In-Patients Admitted at Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) (2002)One of the common aspects in hospital that complained by patients is "waiting time?. The admission department in hospital plays an important role as the initial point for patient to obtain various hospital services.The admission department in Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) is the location where patients make inquiries and do their admission to be treated as in-patient out-patient. The department has been complained due to its long administration processing time, particularly for in-patients.A survey conducted on 6 - 11 august 2001 to 20 samplers showed the average administration processing time for in-patients admitted in RSPI was 30 minutes/patient, prior to their admission.Meanwhile, according to study carded out by NAHAM (National Association of Healthcare Access Management) in May 1993, the ideal time of administration process for in-patients are 10.57 minutes/patient.The objective of this thesis is to find out the length of administration processing time for in-patients in RSPI; and to identify factors influencing the processing time. The method adopted on this study is descriptive by qualitative and quantitative approach through in-depth observation to the activities involved in the admission process.The field study was performed in RSPI for 22 days to 131 samples, excluding the emergency-unit patients. The sampling method carried out is a proportional random sampling based on the type of payment in RSPI, which covers cash (69%), insurance (16%) and company cooperation (15%). The study indicates that different types of payment have different admission process, with the average processing time of 32.07 minutes/patientTo find out the correlation between `dependent variables' and 'independent variables', Chi-Square method is applied. The study reveals that 3 out of 8 independent variables observed have direct correlation to the length of administration processing time (as the dependent variable). These three in depended variables are: room/bed preparation, room/bed allocation, patient preparation and issuing the visitor badge & parking ticket.By identifying the average length of administration processing time for inpatients and the impediment factors, it is expected that the processing time can be reduced in order to increase patient's satisfaction.
Dinas Kesehatan Lampung Utara dalam penjabaran tujuan pembangunan kesehatan telah menerapkan suatu kebijakan unit swadana di Puskesmas Bukit Kemuning dengan tujuan memberikan keleluasan Puskesmas dalam mengelola pendapatan fungsionalnya untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Selanjutnya untuk menentukan kebijakan lebih lanjut Puskesmas unit swadana yang sudah di uji cobakan di Puskesmas Bukit Kemuning selama 3 tahun ini perlu dievaluasi. Berkaitan itu dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan unit swadana di Puskesmas Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara tahun 2002 dengan pendekatan input ,proses dan out put. Penelitian ini adalah studi kasus dengan disain potong lintang di Puskesmas Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara. Data diperoleh dari wawancara, dan observasi, dan penelusuran data sekunder. Wawancara mendalam dilakukan pada 12 informan yang terlibat dan memahami proses keswadanaan, tidak melibatkan pengguna Puskesmas. Hasil Penelitian menunjukkan dalam hal pengelolaan sumber daya manusia sesudah swadana dengan adanya kebijakan untuk dapat menggunakan pendapatan fungsional untuk menunjang pengelolaan sumber daya manusia menyebabkan telah diberikannya insentif sebagai sistem reward, dilakukannya kegiatan pendidikan dan ketrampilan secara mandiri serta dilakukannya kegiatan peningkatan kedisiplinan. Hasil kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan pendapatan karyawan dari Rp 8.974.523 (tahun 1999) sampai Rp 35.580.745 (tahun 2001), adanya kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan yang dilaksanakan secara mandiri sebanyak 6 kali dan adanya peningkatan jumlah hari kerja dari 93,72 % ke 96,05 % dibandingkan sebelum swadana. Permasalahan yang ada adalah masa depan tenaga honorer, belum adanya konsep perhitungan insentif dan standar pelaksanaan pelatihan. Dalam hal pengelolaan keuangan menunjukkan bahwa sesudah swadana dengan adanya sumber dana dari seluruh pendapatan fungsional Puskesmas dan kebijakan mengelola semua pendapatan fungsionalnya sehingga menyebabkan penganggaran keuangan dilakukan terpadu dengan botom up system, penerimaan dari semua pelayanan dengan sistem satu pintu, penggunaan keuangan berdasarkan pedoman yang telah disahkan dan pelaporan keuangan yang dilaksanakan tiap bulan dan akhir tahun yang terdokumentasi lengkap dibandingkan sebelum swadana. Permasalahan yang ada sesudah swadana adalah administrasi yang rinci dengan tidak didukungnya penyelenggara keuangan dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Puskesmas swadana membawa manfaat terutama dalam bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan keuangan untuk meningkatkan pelayanan, sehingga dapat diterapkan pada Puskesmas lain yang telah memenuhi kriteria. Puskesmas swadana juga merupakan salah satu solusi mengurangi beban pemerintah daerah dalam rangka menyediakan kebutuhan dana untuk operasional Puskesmas namun harus disesuaikan dengan kondisi daerah dimana Puskesmas berada.
Financial and Human Resources Management before and after Implementation of Swadana Policy (A Case Study in Bukit Kemuning Health Center, North Lampung District, 2002)To achieve the goal of health development, the District Health Office of North Lampung has decided Bukit Kemuning Health Center to be transformed as an Swadana Health Center. The Health Center has a more flexibility in managing its revenue and uses it to improve the quality of care. Bukit Kemuning Swadana Health Center has been set up as a trial Health Center three years ago and need to be evaluated as lesson learned and further policy making. A study is conducted to obtain the information on the management of financial and human resources before and after implementation swadana policy the input, process and out-put approach. This study is a cross-sectional study. The data were obtained from in-depth interview, observation, and analysis of the secondary data. In-depth interview is conducted, 12 informants that related and understand to the process of swadana policy were interview. The result of study showed that there was improvement on management of human resources after implementation of the policy where they could use their revenue for incentive as part of the reward system. Education and training activities were also undertaken to improve staff skills. There was also improvement in discipline on staff. The employees? income has increased from Rp. 8.974.523 in 1999 to Rp. 35.580.745 in 2001, as well as the knowledge of employee and productive working days increase from 93.72% to 96.05%. However, sustainability for providing honoraria of the staff remains questionable. The employment status has not cleared yet, since there is no concept of incentive formula and standard of training for the employee. After implementation of the policy swadana unit, Bukit Kemuning Health Center managed its revenue from all source of funds. The budget is allocation process is conducted integrated leg using bottom up approach, one door policy. Monthly and annual income statements were documented regularly. However, the financial administration in detail remain a problem, it is not supported by training on financial management. After implementation of swadana Health Center, the management of financial and human resources at Bukit Kemuning Health Center has been improving. The policy might be applied to other Health Centers, as long as is the criteria could be met. District Health office could consider this policy to reduce financial burden without scarifying the community.
Menyadari semakin terbatasnya kemampuan pemerintah utamanya dalam hal pembiayaan, maka berkembanglah konsep kemitraan dengan swasta dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kasus yang dilakukan di RSUD "X" yang bermitra dengan pihak swasta. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kuantitatif dengan mencatat data keuangan yang ada dan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan terpilih. Perhitungan biaya di PKS dilakukan dengan dua cara yaitu Full Cost (menghitung biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh PKS) dan Variabel Cost (menghitung biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh oleh PKS).Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemitraan yang dijalin antara RSUD "X" dengan pihak swasta dalam membangun gedung rawat inap dengan fasilitas VIP (PKS) adalah dengan sistem B.0.T yaitu bagi hasil selama 10 tahun dari hasil sewa kamar dengan formula 60% pihak swasta dan 40% pihak RSUD "X". Pengelolaan PKS dilakukan oleh Koperasi Pegawai RSUD "X".Dari penelusuran biaya pada tahun 2001 diperoleh bahwa biaya total di PKS pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 2.912.323.106,-(Full Cost) dan Rp.2.225.133.800,-(Variabel Cost). Biaya terbesar di PKS adalah biaya operasional yaitu sebesar 80,91% dari seluruh biaya yang ada(Full Cost). Sedangkan biaya operasional terbesar adalah untuk alokasi biaya personil yaitu 53,35% dari total biaya operasional yang ada. Total pendapatan PKS pada tahun 2001 adalah Rp.2.894.887.000,-. Adapun CRR PKS tahun 2001 adalah 99,40% (Full Cost) dan 130,10% (Variabel Cost). Pada tahun 2001 PKS tidak menghasilkan SHU atau PKS dalam keadaan defisit yaitu sebesar (Rp.I7.436.106,-) (Full Cost). Tetapi apabila dihitung secara Direct Cost, PKS mendapatkan SHU sebesar Rp.669.753,200,-.Dari hasil wawancara mendalam diperoleh informasi bahwa PKS tidak melakukan subsisdi silang kepada RSUD "X". Trend pendapatan dan pengeluaran PKS sejak mulai didirikan sampai tahun 2001 terlihat relatif meningkat baik yang dihitung secara current price maupun constant price. Dari hasil forecasting selama 10 tahun (1996-2005) menunjukkan bahwa dari kemitraan tersebut, pihak investor mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 872.849.930,- sedangkan pihak RSUD "X" mengalami kerugian sebesar Rp.3.108.259.938,-.Dengan melihat hasil forecasting dapat diketahui bahwa investor swasta merupakan pihak yang paling diuntungkan dalam kemitraan tersebut. Dan pemerintah dalam hal ini RSUD "X" merupakan pihak yang dirugikan. Salah satu harapan dalam kerjasama atau kemitraan dengan swasta di lingkungan RSUD "X" adalah terwujudnya subsidi silang dari PKS kepada RSUD "X" , namun dalam kenyataannya subsidi silang tersebut lama sekali tidak terwujud.
Government-Private Partnership in Hospital Services in Financing and Cross Subsidy Perspective (Case Study in Hospital "X")Constraints of the government to finance healthcare services had ignited the concept of government - private sector partnership in hospital services. This study is a case study in a district government hospital "Z" which had started partnering with private sector in developing a new in-patient hospital service (PKS). Data collection has been done using quantitative data collection and qualitatively explored using in-depth interviews with selected informants. Cost calculations in PKS were done using two methods: full cost (calculating the costs that should have been borne by PKS) and direct cost (calculating the costs that has actually been borne by PKS).The partnership of this district hospital with private sector took place in the form of private sector build a new VIP in-patient building using BOT arrangement for 10 years period. Revenue from bed usage will be divided 60% to the private investor and 40% to the hospital. The cost of PKS services in 2001 was Rp. 2,912,323,106 (full cost) and Rp. 2,225,133,800 (direct cost). Operating cost has the highest share of the total cost (full cost). Within the operating cost category, staff cost ranks first with 53.35%.Total revenue of PKS in 2001 was Rp 2,894,887,000. Cost Recovery Rate of the PKS in 2001 was 99.40% (full cost) and 130.10% (direct cost). PKS in the year 2001 was deficit (Rp. 17, 436, 106,-) (full cost). But if calculation by direct cost, PKS gain profit Rp. 669,753,200).From the in-depth interview, it was found that cross subsidy was not take place from PKS to the hospital. Trends of the revenue and costs of PKS from its beginning to 2001 were found increasing both in current and constant price. From forecasting, for a period of 10 years (1996-2005), it was found that from this partnership private investor will gain Rp. 872,849,930,- and the hospital would loose Rp. 3,108,259,938.From the forecasting, it was found that the private investor will gain benefit from this partnership while the hospital will not. One of the reasons from the development of government-private partnership in this hospital is to provide cross subsidy from the PKS to the hospital. However, this notion has not been realized so far.
Pelayanan jasa kesehatan rumah sakit di Indonesia akhir-akhir ini banyak mengalami perubahan. Salah satu paradigma baru yang berkembang adalah mengenai mutu sehingga banyak rumah sakit yang meredefinisi ulang tujuannya ke arah fokus pada pelanggan. Saat ini belum ada metode baku untuk mengukur kepuasan pelanggan terhadap mutu layanan rumah sakit. Penelitian ini mencoba menerapkan metode SERVQUAL yang dikembangkan Zeithaml, et at., 1990 yang membagi variabel layanan daiam lima dimensi mutu yaitu keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan perwujudan. Penelitian ini merupakan penelitian survei, dilakukan terhadap 49 karyawan yang berobat di Instalasi Rawat JaIan RS Santa Maria selama bulan Juni 2001. Sebagai variabel kepuasan dihitung gap skor antara persepsi dengan harapan. Dari uji validitas dan reliabilitas didapatkan semua atribut dalam kuesioner mempunyai korelasi cukup erat kecuali untuk atribut mengenai pelayanan tanpa membedakan jam kedatangan pasien yang mempunyai korelasi rendah. Hasil penelitian didapatkan SERVQUAL SCORE negatif untuk semua dimensi pelayanan yang berarti secara keseluruhan pelanggan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Setelah diteliti masing-masing atribut ditemukan dua atribut yang mempunyai skor paling jelek yaitu mengenai ketersediaan obat dan peralatan yang lengkap, bersih dan modern. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Rawat Jalan RS Santa Maria dengan nilai skor sebagai acuan prioritas penyelesaian masalah. Disarankan untuk penelitian lanjutan melibatkan responden yang bukan karyawan rumah sakit.
Employees Satisfaction Analysis in Santa Maria Hospital Pekanbaru As an ASKES Participants Through Services in Santa Maria's Outpatient Unit Using SERVQUAL MethodForward-moving corporations and health care organizations are shifting their attention away from outdoing their competitors toward satisfying their customers. Successful corporations recognize the importance of a customer focus and the direct relationship between a customer focus and business success. Customer-oriented people treat customer satisfaction as a much higher priority than what's traditional or convenient for themselves as providers. Managers who treat employees as customers recognize that satisfied employees do not jump ship but instead have motivation to contribute to the organization's objectives. Since November 2000, Santa Maria Hospital Pekanbaru had changed the employee's health program to an insurance company : PT ASKES. To assess this decision we need a model of customer satisfaction study that can be used to internal customers. This quantitative study called SERVQUAL developed by Zeithaml, et al. ( 1990 ) consisted of two sections : (1) an expectations section and ( 2) a perceptions section measured customer's assessments within five service categories : reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangibles. This study was a cross sectional survey using descriptive analysis approach. The population of study were all the employees in Santa Maria Hospital. The sample used were employees who visited the outpatient's unit during June 2001. The study showed negative SERVQUAL SCORE for all the five dimension. The more negative SERVQUAL SCORE, the more serious the service quality shortfall in the eyes of customers. The most negative score for reliability dimension was the statement for drug supplies and the most negative score for tangibles dimension was the statement for modem-looking equipment. Clearly, there is a mismatch between the priorities expressed by customers and the levels of quality delivered by the hospital management The study recommended that the SERVQUAL method can be used to asses customer satisfaction in hospital fields and for the next study should include respondents who are not hospital's employees.
ABSTRAK Nama : Idawati Muas Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Ekonomi Kesehatan Judul : “Analisis Pertumbuhan Profil Keuangan Rumah Sakit Pemerintah Di Jawa Barat Tahun 2013-2015” Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia sejak tahun 2014 telah mengubah pola pembayaran pelayanan kesehatan di rumah sakit dari sistem pembayaran berdasarkan pelayanan menjadi sistem paket INA CBGs. Hal ini memberikan dampak terhadap kinerja keuangan rumah sakit, termasuk rumah sakit pemerintah yang sebagian pendanaan berasal dari pasien JKN dan pihak manajemen ditantang untuk melakukan berbagai upaya untuk keberlangsungan operasional rumah sakit. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran kinerja keuangan RS pemerintah di Jawa Barat meliputi pertumbuhan total aset, pertumbuhan pendapatan, ratio likuiditas dan rasio aktifitas serta diketahui hubungan antara kunjungan rawat jalan dan kasus rawat inap dengan total aset dan hubungan antara kunjungan rawat jalan dan kasus rawat inap dengan pendapatan di tahun 2013-2015. Menggunakan data sekunder dari survei, penelitian deskriptif ini mengamati perubahan di kinerja keuangan rumah sakit dalam era Jaminan Kesehatan Nasional. Total aset di RS pemerintah kelas A di Jawa Barat mengalami peningkatan di tahun 2014 tetapi menurun di tahun 2015, tetapi total pendapatan RS pemerintah kelas A mengalami peningkatan di tahun 2014 dan 2015. Pertumbuhan pendapatan rumah sakit secara prosentase lebih tinggi di kelas C dibanding kelas B. Terdapat hubungan yang signifikan antara kunjungan rawat jalan dan kasus rawat inap dengan total aset yang menunjukkan semakin banyak kunjungan rawat jalan dan kasus rawat inap maka semakin tinggi total aset. Dan hubungan yang signifikan antara kasus rawat inap dengan pendapatan yang menunjukkan semakin banyak kasus rawat inap maka semakin tinggi pendapatan. Rasio likuiditas yang diukur dengan rasio kas, rasio cepat dan rasio lancar di RS pemerintah di Jawa Barat terjadi peningkatan untuk tahun 2014 dan tahun 2015. Rasio aktifitas di RS pemerintah di Jawa Barat tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi peningkatan perputaran total aset namun periode penagihan hutang mengalami penurunan tahun 2014 dan 2015 sedangkan lama penagihan hutang mengalami penurunan. Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Kinerja Keuangan, Rumah Sakit
ABSTRACT Name : Idawati Muas Study Programe : Public Health Majority : Health Economic Title : “Growth on Financial Profille of Public Hospitals in West Java in year of 2013 – 2015" The implementation of the Indonesia’s national health insurance (JKN) in Indonesia in early 2014 has changed the pattern of health service payments in hospitals from the service-based payment system to the INA CBGs package system. This has an impact on the financial performance of hospitals, including public hospitals that are partly funded by JKN patients and management is challenged to adapt and evolve to sustain the hospital's operations. This study aims to understand the financial performances of public hospitals in West Java in 2013 – 2015, uncovering total asset growth, revenue growth, liquidity ratio and activity ratio; while also analyzing the relationship between outpatient visit and inpatient case with total assets and relationship between outpatient visit and inpatient case with revenue in the period of 2013 – 2015. Using secondary survey data, this descriptive study observes the changes in the financial performance of hospitals as it transitions into the JKN era. Total assets in type A public hospital in West Java have increased in 2014 but decreased in 2015, while income of Type A public hospital has increased in 2014 and 2015. The growth of hospital income in percentage is higher in type C than type B. The study also found a significant relationship between outpatient visits and inpatient cases with total assets, indicating larger outpatient visits and inpatient cases had higher total assets. The same significant relationship was found to be true between in-patient cases and income. Liquidity ratio that was measured by cash ratio, fast ratio and current ratio in public hospital in West Java has increased for 2014 and 2015. In the activity ratio, there was an increase in total asset turnover in 2014 and 2015, however debt collection period experienced a decline in 2014 and 2015 while the duration of debt collection decreased. Keywords : National Health Insurance, Financial Performance, Hospital
, ]Klinik Pasutri pada saat ini sedang mengembangkan layanan kesehatan melalui internet yang pada saat ini telah banyak digunakan oleh klinik-klinik online. Layanan kesehatan ini meliputi layanan Artikel, konsultasi kesehatan melalui E-mail dan chatting.Untuk dapat melayani masyarakat melalui internet butuh banyak persiapan yang meliputi kesiapan Teknologi, Sumber daya manusia, keuangan dan Manajemen serta organisasi yang cocok untuk mengelola layanan ini. Sehubungan banyaknya persiapan dalam menyediakan layanan ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Klinik Pasutri dalam memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dengan customer, serta mengenali permasalahan yang ada, dan sekaligus mencari cara pemecahan masalah yang tepat.Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan mengadakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam (indeph interview) terhadap petugas yang berkaitan dengan layanan kesehatan melalui internet ini di Klinik Pasutri.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dibalik persiapan yang sudah dilaksanakan oleh Klinik Pasutri masih ada kekurangan-kekurangan yang masih harus dibenahi baik dalam manajemen, teknologi, sumber daya manusia serta keuangan.
Health Clinics nowadays are using internet online as a tool to help community in health services. Pasutri Clinic, one of health clinics is also developing in health services via internet. These health services are consist of article service and health consultation via E-mail and chatting.For community services via Internet, they need more preparation and readiness of technology, human resources, financial, management and suitable organization. Related in preparing these services, therefor this research has intend for knowing how ready Pasutri Clinic in using internet as a communication media with customers and also knowing its problem plus to End out the right solution.This research is a descriptive study with using a qualitative approach. Qualitative method is made by in-depth interview with person in charged who relate with health service via intemet in Pasutri Clinic.We got the result and make our conclusion from this research that preparation which has been done by Pasutri Clinic still find out many of lacks and has to straighten out by management,technology, human resource and finance.
