Ditemukan 35283 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Astrid Citra Padmita; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakitakut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industripengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar areapemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea,ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.
Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.
Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
S-8164
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fitri Kurniasari; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
S-8199
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nanda Labado; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Bambang Wispriyono, Budi Hartono, Lora Agustina, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447). kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah
Read More
T-6425
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Epi Ria Kristina Sinaga; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Didik Supriyono
S-6983
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alya Haidar Hanun; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Di Kelurahan Sukamaju Baru, kasus ISPA balita menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan puncak kasus terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 5.135 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan total sampel sebanyak 140, yang terdiri atas 70 kelompok kasus dan 70 kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah balita yang didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju Baru, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak didiagnosa ISPA dan tinggal di wilayah RW yang sama dengan kelompok kasus. Analisis data mencakup analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda berbasis model determinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 variabel yang diteliti, ditemukan 8 variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita yaitu variabel status imunisasi (OR = 2,20), pengetahuan (OR = 2,39), kebiasaan membakar sampah (OR = 0,35), jenis dinding (OR = 2,36), luas ventilasi kamar (OR = 2,71), kepadatan hunian (OR = 2,48), kelembapan (OR = 3,27) dan pencahayaan alami (OR = 2,14), serta ditemukan variabel luas ventilasi kamar menjadi variabel dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar faktor risiko ISPA pada balita di Kelurahan Sukamaju Baru berasal dari faktor lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di wilayah ini, dengan fokus utama berupa penambahan luas ventilasi.
Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area.
Read More
Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity and mortality among children under five worldwide, particularly in developing countries. In Sukamaju Baru Village, ARI cases among children under five have shown an increasing trend in recent years, peaking in 2022 with 5,135 cases. This study aims to identify the most influential factors associated with ARI incidence among children under five in Sukamaju Baru Village in 2024. This research employs a case-control study design with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls. The case group comprises children under five diagnosed with ARI by healthcare workers at the Sukamaju Baru Public Health Center, while the control group includes children under five who were not diagnosed with ARI and resided in the same neighborhood unit (RW) as the case group. Data analysis includes bivariate analysis using the Chi-square test and multivariate analysis using a multiple logistic regression model based on determinant factors. The results of this study indicate that out of 15 variables examined, 8 were found to be significantly associated with ARI incidence among children under five. These variables include immunization status (OR = 2.20), maternal knowledge (OR = 2.39), waste-burning habits (OR = 0.35), wall type (OR = 2.36), bedroom ventilation area (OR = 2.71), household density (OR = 2.48), humidity (OR = 3.27), and natural lighting (OR = 2.14). Among these, the bedroom ventilation area was identified as the most dominant factor influencing ARI incidence. This study highlights that most ARI risk factors for children under five in Sukamaju Baru Village are related to the physical environment of the home. Therefore, further efforts are needed to improve the prevalence of healthy homes in the area, with a primary focus on increasing ventilation area.
S-11820
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jerikco Lewiyonah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: DewiSusanna, Edwin Nasli
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang terutama Indonesia. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio demografi, seperti usia Ibu, faktor sosio ekonomi seperti pendidikan orang tua dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 dan 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu desain studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.
Read More
S-10984
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Asep Sopari; Pembimbing: Dewi Susanna, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Tris Eryando, Naiek Isnaini, Widya Anggraini
T-2665
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Efi Kurniatiningsih; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Ema Hermawati, Leo Hariono
Abstrak:
Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap kejadian gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di desa Mekarmukti, Pasirgombong dan desa Wangunharja sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dustEPAM 5000.Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah statusmerokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5 dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita
Read More
T-6447
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fitria Halim; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
S-7203
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ema Fiki Munaya; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak:
Data menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit ISPA nasional selalu menunjukkan peningkatan setiap tahun. Tahun 2013 dengan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketujuh dengan jumlah penderita ISPA terbanyak. Angka kejadian ISPA nonpneumonia selama 2011-2013 di Kota Magelang maupun diPuskesmas Kelurahan Magersari selalu menunjukkan peningkatan dengan sebagian besar penderita adalah balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kualitas lingkungan fisik rumah ( jenis lantai, atap,dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian) dan pencemaran udara dalam rumah( keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah)terhadap kejadian ISPA nonpneumonia pada balita diwilayah kerja Puskesmas Magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah tahun 2013.
Desain penelitian ini adalah case-control dengan masing-masing sampel berjumlah 50 balita. Case adalah balita yang menderita ISPA nonpneumonia dengan diagnosis dokter puskesmas, sedangkan control balita yang didiagnosis tidak menderita ISPA. Ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai nilai p0,000 &OR 15,881 ( 95% CI : 4,949-50,958), jenis atap nilai p 0,000 & OR13,500 (95% CI 5,087-35,830), jenis dinding nilai p 0,000 &OR 17,484 ( 95% CI6,314-48,415), kepadatan hunian, nilai p 0,000 & OR 12,250 (95% CI 4,652-32,258), keberadaan perokok dalam rumah nilai p 0,003 &OR 4,205 ((95% CI1,692-10,448) dan penggunaan bahan bakar memasak nilai p 0,000 & OR 11,294( 95% CI 2,435-52,379).
Kata kunci ; faktor risiko, jenis lantai, atap, dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian,keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah, ISPA nonpneumonia
Nation health data show that the incidence of acute respiratory infection (ARI)always increased every years. 2013, with Central Java Province occupies was theseventh position with the highest number of patients with acute respiratoryinfection (ARI). The incidence of ARI nonpneumonia during 2011-2013 in thecity of Magelang as well as in the Village Health Center Magersari alwaysincrease which most of the patientare are under five children.
This study aims todetermine how big the risk factors of physical quality of the home environment(type of floor, roof, walls, extensive ventilation, residential density) and indoor airpollution (presence of smokers in the home, using anti-mosquito, cooking fuel inthe house) to nonpneumonia ARI incidence of under five children in the workingarea of Magersari health center, Magelang, Central Java in 2013.
The Research design was a case-control study by each sample for 50 under five children. Caseare under five with nonpneumonia ARI diagnosis by Megersari Helath Centerdoctors, whereas control are underfive children which not diagnosed with ARIs .There is a significant correlation between the type of floor p value 0.000 and OR15.881 (95 % CI : 4.949 to 50.958), the type of roof p-value of 0.000 and OR13,500 (95 % CI 5.087 to 35.830), the type of wall p-value of 0.000 and OR17.484 (95 % CI 6.314 to 48.415), residential density, p-value 0.000 and OR12,250 (95 % CI 4.652 to 32.258), the presence of smokers in the house p-valueof 0.003 and OR 4.205 (95 % CI 1.692 to 10.448) and cooking fuel p value0,000OR 11,294 (95 % CI 2.435 to 52.379).
Keywords ; risk factors, types of floors, roofs, walls, extensive ventilation,residential density, the presence of smokers in the home, anti-mosquito, cookingfuel in the house, ARI nonpneumonia
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kualitas lingkungan fisik rumah ( jenis lantai, atap,dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian) dan pencemaran udara dalam rumah( keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah)terhadap kejadian ISPA nonpneumonia pada balita diwilayah kerja Puskesmas Magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah tahun 2013.
Desain penelitian ini adalah case-control dengan masing-masing sampel berjumlah 50 balita. Case adalah balita yang menderita ISPA nonpneumonia dengan diagnosis dokter puskesmas, sedangkan control balita yang didiagnosis tidak menderita ISPA. Ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai nilai p0,000 &OR 15,881 ( 95% CI : 4,949-50,958), jenis atap nilai p 0,000 & OR13,500 (95% CI 5,087-35,830), jenis dinding nilai p 0,000 &OR 17,484 ( 95% CI6,314-48,415), kepadatan hunian, nilai p 0,000 & OR 12,250 (95% CI 4,652-32,258), keberadaan perokok dalam rumah nilai p 0,003 &OR 4,205 ((95% CI1,692-10,448) dan penggunaan bahan bakar memasak nilai p 0,000 & OR 11,294( 95% CI 2,435-52,379).
Kata kunci ; faktor risiko, jenis lantai, atap, dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian,keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah, ISPA nonpneumonia
Nation health data show that the incidence of acute respiratory infection (ARI)always increased every years. 2013, with Central Java Province occupies was theseventh position with the highest number of patients with acute respiratoryinfection (ARI). The incidence of ARI nonpneumonia during 2011-2013 in thecity of Magelang as well as in the Village Health Center Magersari alwaysincrease which most of the patientare are under five children.
This study aims todetermine how big the risk factors of physical quality of the home environment(type of floor, roof, walls, extensive ventilation, residential density) and indoor airpollution (presence of smokers in the home, using anti-mosquito, cooking fuel inthe house) to nonpneumonia ARI incidence of under five children in the workingarea of Magersari health center, Magelang, Central Java in 2013.
The Research design was a case-control study by each sample for 50 under five children. Caseare under five with nonpneumonia ARI diagnosis by Megersari Helath Centerdoctors, whereas control are underfive children which not diagnosed with ARIs .There is a significant correlation between the type of floor p value 0.000 and OR15.881 (95 % CI : 4.949 to 50.958), the type of roof p-value of 0.000 and OR13,500 (95 % CI 5.087 to 35.830), the type of wall p-value of 0.000 and OR17.484 (95 % CI 6.314 to 48.415), residential density, p-value 0.000 and OR12,250 (95 % CI 4.652 to 32.258), the presence of smokers in the house p-valueof 0.003 and OR 4.205 (95 % CI 1.692 to 10.448) and cooking fuel p value0,000OR 11,294 (95 % CI 2.435 to 52.379).
Keywords ; risk factors, types of floors, roofs, walls, extensive ventilation,residential density, the presence of smokers in the home, anti-mosquito, cookingfuel in the house, ARI nonpneumonia
S-8176
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
