Ditemukan 33188 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Candra Alfi Kusumadewi; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Nunuk Agustina
S-8222
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kresna Lintang Pratidina; Pembimbing: Suyud warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Dzulfiqar Khaidir Sulong
Abstrak:
Gangguan mental emosional, atau yang biasa disebut dengan distres psikologik, merupakan salah satu penyebab disabilitas pada negara ekonomi menengah ke bawah. Gangguan neuropsikiatri ini merupakan penyumbang sepertiga disabilitas yang dinilai dengan disability adjusted life years (DALYs). Banyak faktor yang memengaruhi gangguan mental ini. Selain karakteristik responden seperti umur dan jenis kelamin, banyak penelitian yang menemukan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan mental seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan mental emosional ditinjau dari keberadaan RTH dan karakteristik responden. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara untuk mendapatkan data mengenai status mental, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan responden, data sekunder dari Bappeda, BPLH, dan Dinas Tata Kota Bekasi untuk mengetahui jumlah RTH di wilayah penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 23,3% responden di Kecamatan Jatiasih mengalami gangguan mental emosional. Faktor risiko tertinggi yang berhubungan signifikan dengan gangguan mental emosional pada responden yaitu tingkat pendidikan (OR = 4,206) dan status pekerjaan (OR = 2,306). Tidak ada hubungan yang signifikan antara RTH dan gangguan mental emosional.
Emotional mental disorders, or commonly referred to as psychological distress, are one cause of disabilities in the lower middle economies. Neuropsychiatric disorders is a third contributor to disability as measured by disability adjusted life years (DALYs). Many factors affect the mental disorder, such as depression and anxiety. In addition to respondent characteristics, e.g. age and gender, many studies found that the presence of green open space to be one of the factors that determine a person's mental health condition. This study aims to determine the factors associated with emotional mental disorders in terms of the presence of green spaces and respondent characteristics. The study design for this reaseach was cross sectional. Data collected by interviews to obtain data regarding mental status, age, gender, education level, and employment status of the respondents, secondary data from Bappeda, BPLH, and Dinas Tata Kota Bekasi to determine the amount of green spaces in the study area. The analysis showed that 23.3% of respondents in the Kecamatan Jatiasih suffered mental emotional disorder. The highest risk factors significantly associated to educational level (OR = 4,206) and employment status (OR = 2,306). There is no significant relationship between green space and mental emotional disorders.
Read More
Emotional mental disorders, or commonly referred to as psychological distress, are one cause of disabilities in the lower middle economies. Neuropsychiatric disorders is a third contributor to disability as measured by disability adjusted life years (DALYs). Many factors affect the mental disorder, such as depression and anxiety. In addition to respondent characteristics, e.g. age and gender, many studies found that the presence of green open space to be one of the factors that determine a person's mental health condition.
S-8235
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Istiqamah; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Dzulfiqar Khaidir Sulong
Abstrak:
Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bekasi, menyebabkan pencemaran PM10. Halini diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada alih fungsilahan seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jumlah RTH Kota Bekasi tahun 2012sekitar 10,95%.. Keberadaan RTH dapat menurunkan PM10 di udara melalui fungsidaun yang dapat menyerap dan mengendapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap konsentrasi PM10 dan risikonya terhadapkesehatan. Metode yang digunakan yaitu analisis risiko kesehatan lingkungan,mengestimasi risiko kesehatan non karsinogenik pajanan PM10. Dipilih dua lokasijalan raya yang berbeda berdasarkan cakupan ruang terbuka hijau tertinggi (JatiKramat, Kecamatan Jati Asih) dan terendah (Kaliabang, Kecamatan Medan Satria).Sampel lingkungan dan populasi diambil sebanyak 3 titik di Jalan Raya Jati Kramatdan 3 titik di Jalan Raya Kaliabang. Setiap titik diukur pada jarak 1 dan 100 meterdari jalan raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 di Jati Kramatlebih rendah dan di bawah baku mutu, penurunan PM10 di Jalan Raya Jati Kramatlebih besar dibandingkan Jalan Raya Kaliabang. Risiko kesehatan non-karsinogenikdaerah Jati Kramat baik real time maupun life span lebih besar, hal ini dikarenakanlebih besarnya nilai asupan pajanan. Manajeman risiko yang dipilih adalah denganmenambah ruang terbuka hijau untuk menurunkan konsentrasi PM10.Kata kunci : Jalan raya, PM10, ruang terbuka hijau, risiko
Increasing vehicle in Bekasi caused PM10 pollution. In addition, increasing ofpopulation can impact the land function like green space. Percentage of green spacein 2012 about 10,95%. The existence green space can reduce PM10 because leaf willabsorbs and precipitates. This study aims to determine the effect of green space to theconcentrastion of PM10 and health risk of population. Method study usesenviromental health risk analysis for estimating health risk non-carcinogenic of PM10exposure. Choosed the different location based on percentage of green space highest(Jati Kramat, Jati Asih) and lowest (Kaliabang, Medan Satria). The environment andpopulation sample was selected 3 points on Jati Kramat Highway and 3 points onKaliabang Highway. All points was observed at 1 meter and 100 meters from street.The Result refers that concentration PM10 on Jati Kramat is lower and still understandart, in additional PM10 decrease on Jati Kramat more significant (p-value 0,007)than Kaliabang (P-value 0,024). Health risk non-carcinogenic on Jati Kramat in realtime or life span is higher, it caused the value exposure intake is high. Riskmanagement was choosed is reduce the exposure PM10 by adding green space on thislocation.Keywords : Street, PM10, green space, risk
Read More
Increasing vehicle in Bekasi caused PM10 pollution. In addition, increasing ofpopulation can impact the land function like green space. Percentage of green spacein 2012 about 10,95%. The existence green space can reduce PM10 because leaf willabsorbs and precipitates. This study aims to determine the effect of green space to theconcentrastion of PM10 and health risk of population. Method study usesenviromental health risk analysis for estimating health risk non-carcinogenic of PM10exposure. Choosed the different location based on percentage of green space highest(Jati Kramat, Jati Asih) and lowest (Kaliabang, Medan Satria). The environment andpopulation sample was selected 3 points on Jati Kramat Highway and 3 points onKaliabang Highway. All points was observed at 1 meter and 100 meters from street.The Result refers that concentration PM10 on Jati Kramat is lower and still understandart, in additional PM10 decrease on Jati Kramat more significant (p-value 0,007)than Kaliabang (P-value 0,024). Health risk non-carcinogenic on Jati Kramat in realtime or life span is higher, it caused the value exposure intake is high. Riskmanagement was choosed is reduce the exposure PM10 by adding green space on thislocation.Keywords : Street, PM10, green space, risk
S-8231
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Septiana Susanti Subari; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Ema Hermawati, Agus Ismanto
S-8632
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aulia Rahman; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Ema Hermawati, Margareta M. Sintorini, Melati Ferianita Fachrul
Abstrak:
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakitterbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang TerbukaHijau (RTH) karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitandengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas UdaraAmbien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desainpenelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasilima parameter kualitas udara ambien (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) dan luas RTH dariDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), serta data jumlah kasus ISPA dariDinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitiandisajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acakdari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalamitrend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan diKota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkankualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok.Kata kunci : Ekologi; ISPA; kualitas udara ambien; penyakit pernapasan; ruang terbukahijau (RTH)
Acute Respiratory Infection (ARI) disease is still the highest number of diseasein Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space(GOS) due to the growing development is thought to be the causing factors. This studywas conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number ofARI cases that occurred in Depok during 2013-2017. The research design is ecologicalstudy. The units of analysis are the secondary data of the concentration of fiveparameters of ambient air quality (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) and GOS fromDepartment of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from HealthDepartment in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Resultof the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trendon theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. Itis suggested to the city government as well as the official departments in Depok City toformulate regulations and various programs to improve the quality of environmentalhealth and reduce the number of ARI cases in Depok.Keywords: ARI; ambient air quality; ecology; respiratory disease, green open space.
Read More
Acute Respiratory Infection (ARI) disease is still the highest number of diseasein Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space(GOS) due to the growing development is thought to be the causing factors. This studywas conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number ofARI cases that occurred in Depok during 2013-2017. The research design is ecologicalstudy. The units of analysis are the secondary data of the concentration of fiveparameters of ambient air quality (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) and GOS fromDepartment of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from HealthDepartment in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Resultof the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trendon theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. Itis suggested to the city government as well as the official departments in Depok City toformulate regulations and various programs to improve the quality of environmentalhealth and reduce the number of ARI cases in Depok.Keywords: ARI; ambient air quality; ecology; respiratory disease, green open space.
T-5240
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Emi Kuntari; pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Hamdani
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat pada kawasan perumahan di Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Alat yang digunakan untuk pengukuran tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter, luasan ruang terbuka hijau diperoleh dari site plan perumahan tersebut dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada hubungan yang kuat antara ruang terbuka hijau dan tingkat kebisingan R -0,649 (2) Ada pengaruh yang berbanding terbalik luas ruang terbuka hijau terhadap tingkat kebisingan, persentase sumbangan pengaruh luasan ruang terbuka hijau terhadap variable kebisingan adalah sebesar 42,1%, (3) Pengaruh luas ruang terbuka hijau terhadap kebisingan dapat terlihat pada persamaan sebagai berikut Y= 71.670 - 0.013 Apabila tidak ada ruang terbuka hijau maka tingkat kebisingan mencapai 71.670. Selain itu setiap kenaikan 1 m2 luasan ruang terbuka hijau maka akan menurunkan kebisingan sebesar 0.013 dB (4) Kebisingan menimbulkan ketergangguan pada masyarakat.
The purpose of this study was to determine the influence of green open area towards the noise level and its impact on public health in a residential area of Sumber Jaya Dorp, South Tambun Bekasi. The instrument used to measure the noise level is a Sound Level Meter; an area of green open area is obtained from the residential site plan and is analyzed by using correlation and regression analysis. The results of the study showed that (1) There is a strong relationship between green open area and noise level R -0.649 (2) There is an influence that is inversely proportional to the wide open area of noise level, the percentage contribution of the influence of green open area on the variable extent of the noise is equal to 42.1% , (3) The influence of green open area of the noise can be seen in the following equation Y = 71.670-0.013 If there is no green open area, the noise level reaches 71,670. Besides, any increase in each 1 m2 of the wide of green open area it will reduce the noise of 0.013 m2. (4) Noise produces the dependence on society.
Read More
The purpose of this study was to determine the influence of green open area towards the noise level and its impact on public health in a residential area of Sumber Jaya Dorp, South Tambun Bekasi. The instrument used to measure the noise level is a Sound Level Meter; an area of green open area is obtained from the residential site plan and is analyzed by using correlation and regression analysis.
S-8316
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alifah Syafriyani; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Makanan jajanan merupakan sumber pemenuhan gizi bagi anak-anak di sekolah. Akan tetapi, makanan jajanan khususnya yang dijual di Sekolah Dasar tidak selalu aman, dan juga rentan terkontaminasi Escherichia coli. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi makanan jajanan anak Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Medan Satria dan Jati Asih, Kota Bekasi dengan kontaminasi E.coli pada makanan jajanan. Subjek penelitian yaitu penjamah makanan jajanan di 15 SD Negeri dan Swasta Kecamatan Medan Satria dan Jati Asih, Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16,4% (10 sampel) makanan jajanan positif terkontaminasi E.coli. Berdasarkan pengujian chi square terdapat hubungan yang bermakna antara variabel higiene sanitasi bahan makanan (OR=6,150), higiene sanitasi peralatan (OR=10,571), higiene sanitasi makanan jajanan (OR= 19,688) dan kondisi sarana penjaja (OR=19,688) terhadap terjadinya kontaminasi E.coli pada makanan jajanan anak SD di Kec. Medan Satria dan Jati Asih, Kota Bekasi. Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa variabel paling dominan terhadap kontaminasi E.coli adalah kondisi sarana penjaja bersama dengan higiene sanitasi peralatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi E.coli melalui penyuluhan, pelatihan, dan pembinaan higiene sanitasi makanan kepada penjamah makanan, penyediaan fasilitas sanitasi, dan program pemantauan kualitas makanan melalui inspeksi higiene sanitasi dan pengujian mikrobiologi makanan.
Kata kunci: Escherichia coli, makanan jajanan, sekolah dasar
Read More
Kata kunci: Escherichia coli, makanan jajanan, sekolah dasar
S-10005
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dwi Nutfa Liani; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ema Hermawati, Ananda
Abstrak:
Penelitian mengenai hubungan ruang terbuka hijau dengan prevalensi hipertensidi Provinsi DKI Jakarta perlu dilakukan mengingat ketersediaan RTH di Provinsi DKI Jakarta kurang dari standar dengan prevalensi hipertensi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Maraknya urbanisasi yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah masalah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ketersediaan RTH di Provinsi DKI Jakarta hanya 10% dari total seluruh wilayahnya. Padahal berdasarkan UU. No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang standar minimal RTH di sebuah kota adalah 30% dari total seluruh wilayahnya. Padahal, keberadaan RTH memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah manfaat untuk kesehatan. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa RTH merupakan faktor protektif terhadap hipertensi. Prevalensi hipertensi lebih rendah pada wilayah dengan RTH lebih banyak. Prevalensi hipertensi di DKI Jakarta terus meningkat. Pada tahun 2013 prevalensinya hanya 20% sedangkan pada tahun 2017 prevalensinya menjadi 34,95%. Desain studi dari penelitian ini adalah studi ekologi dengan uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear sederhana. Kemudian analisis spasial juga dilakukan. Variabel-variabel yang diteliti adalah luas RTH dan prevalensi hipertensi. Terdapat hubungan yang lemah antara luas RTH dengan prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta (R= 0,247). Berdasarkan analisis spasial bahwa persebaran prevalensi hipertensi tinggi dan RTH yang juga tinggi terpusat di pusat Provinsi DKI Jakarta. Hubungan yang lemah antar variabel tersebut dikarenakan terdapat beberapa faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh adanya RTH yaitu faktor psikososial, faktor gaya hidup dan kebiasaan aktifitas fisik masyarakat. Kemudian, proporsi RTH yang dapat mendukung interaksi sosial dan aktifitas masyarakat di Provinsi DKI Jakarta dinilai rendah dan didominasi oleh pemakaman dan jalur hijau yang secara fungsinya tidak dapat mendukung kegiatan masyarakat yang menguntungkan dalam segi kesehatan. Kata kunci: RTH, hipertensi, studi ekologi, analisis spasial
Read More
S-10015
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurcholiza Hayati; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Al Asyary, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Latar belakang: Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi kadar gula darah yang tinggi. Riskesdas (2018), Jakarta menjadi wilayah dengan prevalensi tertinggi sebesar 2,6%. Tujuan: menganalisis hubungan antara ruang terbuka hijau serta faktor sosio-ekonomi, demografi, dan penduduk aktif berolahraga terhadap prevalensi diabetes melitus. Metode: Desain studi ekologi dengan unit analisis kecamatan dan populasi 44 kecamatan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022. Variabel dependen adalah prevalensi diabetes melitus, serta variabel independen meliputi pendidikan, status pekerjaan, kepadatan penduduk, jenis kelamin, usia, penduduk yang aktif berolahraga, luas ruang terbuka hijau dan jenisnya (taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan TPU). Analisis statistik menggunakan uji korelasi statistik dan spasial. Hasil: Proporsi luas ruang terbuka hijau adalah 28,73m2/1000m2 dan rata-rata prevalensi kasus diabetes melitus adalah 24.97kasus/1000orang, tertinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Faktor yang signifikan terhadap prevalensi Diabetes Melitus adalah usia produktif (p= 0,032;r=0,324); usia tidak produktif (p=0,032; r=-0,324), dan proporsi luas hutan kota (p=0,049;r= -0,298). Kesimpulan: Proporsi luas ruang terbuka hijau belum memenuhi standar 20%, dengan jenis ruang terbuka hijau terbanyak adalah taman dan yang paling sedikit adalah hutan kota. Secara statistik, terdapat hubungan proporsi hutan kota dengan prevalensi diabetes melitus di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022.
Background: Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels. According to Riskesdas (2018), Jakarta has the highest prevalence rate at 2.6%. Objective: To analyze the relationship between green open spaces, socio-economic factors, demographics, and physically active residents with the prevalence of diabetes mellitus. Method: An ecological study design with the unit of analysis is districts and the population consisting of 44 districts in DKI Jakarta Province in 2022. The dependent variable is the prevalence of diabetes mellitus, and the independent variables include education, employment status, population density, gender, age, physically active residents, the area of green open spaces and their types (urban parks, urban forests, green lanes, and cemeteries). Statistical analysis uses correlation tests and spatial analysis. Results: The proportion of green open space area is 28.73m²/1000m² and the average prevalence of diabetes mellitus cases is 24.97 cases/1000 people. Significant factors affecting the prevalence of Diabetes Mellitus are productive age (p=0.032; r=0.324); non-productive age (p=0.032; r=-0.324), and the proportion of urban forest area (p=0.049; r=-0.298). Conclusion: The proportion of green open space area below the recommended standard of 20% public open space, with the most common type of green open space is urban parks and the least common is urban forests. Statistically, there is a relationship between the proportion of urban forest area and the prevalence of diabetes mellitus in DKI Jakarta Province in 2022.
S-11774
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Akrima Fajrin Nurimani; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Melati Ferianita Fachrul
S-9170
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
