Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21120 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Hana Martha; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Indang Trihandini, Anindita Dyah Sekarputri
Abstrak: Skripsi ini membahas mengenai gangguan pertumbuhan yakni pendek (stunting),kurus (wasting), dan berat badan kurang (underweight) pada anak umur 0-59bulan di Indonesia.Gizi mempunyai peranan penting dalam periode pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat irreversible. Penilaian gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri menggunakan, indeks tinggi badan terhadap umur(stunting), serta indeks tinggi badan terhadap berat badan (wasting), indeks berat badan terhadap umur (underweight). Tujuan penelitian ini mengetahui keterkaitan faktor sosial ekonomi dan beberapa faktor lain seperti kecukupan energi danprotein, infeksi malaria dan pelayanan kesehatan sanitasi dasar serta status BBLR pada gangguan pertumbuhan anak 0-59 bulan. Penelitian bersifat kuantitatif,dengan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunderRiskesdas Tahun 2010. Sampel penelitian ini adalah semua anak umur 0-59 bulanyang menjadi responden dalam Riskesdas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi, pendidikan ibu dan ayah mempunyai pengaruh terhadap gangguan pertumbuhan.Semakin rendah status ekonomi keluarga semakin tinggi juga risiko balita dalam keluarga tersebut untuk mengalami kejadian pendek,kurus dan berat badan kurang. Balita dari keluarga status ekonomi terbawah mempunyai risiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pendek (stunting) 1,4 kali lebih besar mengalami kekurusan (wasting), dan 1,7 kali lebihbesar untuk mengalami berat badan kurang (underweight) dibandingkan dengan balita dari keluarga status ekonomi tertinggi. Balita yang mempunyai ayah dan ibudengan tingkat pendidikan rendah mempunyai risiko lebih besar dalam mengalami gangguan pertumbuhan. Sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang mendasari gangguan pertumbuhan balita, sosial ekonomi keluarga baik akan berdampak baik juga dalam kesediaan asupan, lingkungan yang sehat, danperilaku sehat.Kata kunci: stunting, wasting, underweight, irreversible, antropometri, indeks,sosial,ekonomi
This thesis mainly discusses about the growth disorders, stunting, wasting andunderweight in children aged 0-59 months in Indonesia. Nutrition be an importantrole during the growth and development period of the children, which isirreversible. Nutritional assessment by anthropometric measurements performedusing height of age index (stunting), height of weight index, weight of age index.The purpose of this study is to determine the relationship of socio-economicfactors and other factors, such as the adequacy of energy and protein, malariainfection, basic sanitation, and health care of LBW status in children 0-59 monthsof growth disorders. This research is quantitative, with a cross-sectional studydesign usingData Analysis of Primary Health Research 2010. Samples of thisstudy are all children aged 0-59 months who were respondents in Data Analysis ofPrimary Health Research 2010.Result of this study indicates that economic statusand level of intelligence of the parents have influence on children's growthdisorders. The lower the economic status of the family the riskier a toddler in thefamily would experience growth disorder.Toddlers from the family with lowesteconomic status have 1.8 times greater risk for experiencing stunting, 1.4 timesgreater risk for experiencing wasting, and 1.7 times greater risk for experiencingunderweight compared with toddlers from family with highest economic status.Toddlers with less educated parents also have greater risk for experiencing growthdisorder. Socio-economic factors in family underly the growth disorder of thetoddlers and would also affect the fulfillment of the nutritional intake, healthservices, and healthy behaviors in toddlers.Key words:stunting, wasting, underweight, irreversible, anthropometry, indexes,social, economic
Read More
S-8244
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riza Lestari Asmarani; Pembimbing: Kemal N. Siregar; Penguji: Besral, Yuni Zahraini
Abstrak: Skripsi ini membahas mengenai determinan ganguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Underweight, stunting dan wasting merupakan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan yang masih menjadi perhatian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan pada prevalensi anak usia 0-59 bulan underweight, stunting dan wasting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi pada anak usia 0-59 bulan di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah semua individu yang berusia 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang secara bersama-sama signfikan memengaruhi underweight, stunting, wasting dan gangguan gizi. Berat badan lahir rendah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian underweight (OR:2.08, 95%CI:1.75-2.47). Status ekonomi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.55, 95%CI:1.41-1.71) dan gangguan gizi (OR:1.59, 95%CI:1.45-1.75). Status gizi ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian wasting (OR:1.73, 95%CI:1.52-1.96). Untuk menanggulangi masalah gizi perlu melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi.
Kata kunci: Underweight. Stunting. Wasting. Gangguan gizi
Read More
S-8691
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yovita Dewi Pramesti; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Iwan Ariawan, Eflita Meiyetriani
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang hubungan status sosial ekonomi rumah tangga dengan persalinan seksio sesarea dengan menggunakan data pasien BPJS Kesehatan Tahun 2015/2016. Disain studi penelitian ini menggunakan penelitian potong lintang dengan persalinan seksio sesarea sebagai variable dependen dan status sosial ekonomi rumah tangga sebagai variable independen. Persalinan seksio sesarea diukur dengan melihat diagnosis primer yang tercatat pada database BPJS Kesehatan hingga akhir tahun 2016. Sementara itu, status sosial ekonomi rumah tangga diukur dengan melihat status kepesertaan BPJS Kesehatan, dimana peserta PBI dikategorikan sebagai kurang dan peserta Non-PBI dikategorikan sebagai cukup. Analisis menggunakan teknik regresi logistic untuk menilai pengaruh status sosial ekonomi rumah tangga terhadap persalinan, persalinan seksio sesarea dengan mengendalikan variable pengganggu, termasuk umur pasien, wilayah dan kepemilikan fasilitas kesehatan. Sampel penelitian sebanyak 74.103 persalinan kehamilan tunggal tahun 2015/2016.
Read More
S-10781
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vissia Didin Ardiyani; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Mohammad Nasir, Didit Damayanti
Abstrak:

Defisit pertumbuhan anak usia kurang dari 5 tahun banyak didapatkan di negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Schultink, Warner, 2000; WHO, 1997). WHO melaporkan di tahun 1992 terdapat ± 50% anak berumur kurang dari 5 tahun diklasifikasikan sebagai pendek (stunted) (WHO, 1992), keadaan ini masih tetap bertahan sampai dengan tahun 1997 (WHO, 1997). Jika keadaan ini di Indonesia tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, maka dapat membawa dampak terutama pada perkembangan kognitif anak di usia 7-8 tahun. Dampak lain dari pendek ialah melemahnya kekebalan tubuh, mengurangi performa kerja. Pertumbuhan anak umur antara setahun sampai masa 7-8 tahun sering disebut sebagai masa laten atau tenang. Keadaan ini berbeda dengan masa bayi dan remaja dimana pertumbuhan fisiknya sangat pesat. Walaupun pada masa anak ini pertumbuhan fisiknya lambat, tetapi merupakan masa untuk perkembangan motorik, kognitif, dan emosional (McGregor, 1995). Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan proses panjang yang berkesinambungan. Dengan demikian, derajat kesehatan anak perlu diketahui perkembangannya dan tidak hanya dilihat sesaat, melainkan harus dilihat secara berkesinambungan selama kehidupan anak. Penelitian ini menggunakan data longitudinal Indonesian Family Life Survei tahun 1993-2000. Determinan defisit pertumbuhan tinggi badan anak usia 7-8 tahun dianalisis dengan menggunakan uji regresi generalized estimating equation (GEE). Hasil penelitian menunjukan variabel yang dapat mempengaruhi defisit tinggi badan anak pada usia 7-8 tahun adalah defisit pertumbuhan anak di usia 1-2 tahun, faktor genetik (tinggi badan bapak dan ibu), kebiasaan minum susu, area tempat tinggal anak, kesehatan lingkungan, dan jenis kelamin. Variabel yang paling dominan terhadap defisit pertumbuhan tinggi badan anak yaitu jenis kelamin anak. Anak laki-laki lebih berisiko untuk mengalami defisit tinggi badan sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan perlunya peran orang tua dalam memantau perkembangan anak, perbaikan kondisi sosial ekonomi, edukasi bagi orang tua, revitalisasi fungsi posyandu, dan pemberian nutrisi bagi anak sekolah.


 

Growth retardation during early childhood found in many Southeast Asian countries, including Indonesia (Schultink, Warner, 2000). WHO reported in 1992 there were 50% of children age less than 5± years and classified as stunting (WHO, 1992). This situation still survive until the year 1997 (WHO, 1997). If this situation in Indonesia does not change from year to year, it can bring, especially the impact on cognitive development in children ages 7-8 years. Growth retardation during early childhood is rarely made up; so stunted children usually become stunted adults. The growth of children age between one year to the 7-8 year period is often referred to as a latent or quiet. The situation is different with the baby and young people where physical growth is very rapid. It is acknowledged that growth retardation in early chlidhood works through in adolescence and adulthood, but no information on the growth from infancy until adolencence was available in Indonesia. Causes and long term effects of growth retardation can only be studied through longitudinal studies, and only a limited number of these studies have been done in Indonesia. This study were used longitudinal data Indonesian Family Life Surveys in 1993 through 2000. Determinant growth retardation of children aged 7-8 years analyzed using a Generalized Estimating Equation (GEE). The research results showed that there was a positive realtionship between children retardation at the age of 7-8 years and their height at 1-2 years, genetic factors (height of the father and mother), drinking milk habits, the area where children live, environmental health, and sex. The most dominant of the children growth retardation is sex of the children. The boys are more at risk to have stunted 1.7 times compared with the girls. Based on the study, we recommended that need role of parents in monitoring child development, improvement of socio-economic conditions, education for parents, revitalization posyandu function, nutrition intervention for school children are necessary to support the attainment of their optimal growth potential.

Read More
T-3064
Depok : FKM-UI, 2009
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adinda Tri Wulandari; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Maria Gayatri
Abstrak: Kejadian stunting pada anak balita di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional bahkan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen pada tahun 2021 masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu 14 persen tahun 2024 dan target dunia untuk mengakhiri segala jenis malnutrisi tahun 2030. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya usia ibu saat menikah. Tingginya kasus dispensasi pernikahan dini dari tahun ke tahun, bahkan melonjak tajam pada tahun 2020 sebesar tiga kali lipat menjadi 64.211 kasus, dikhawatirkan akan menyebabkan peningkatan prevalensi stunting di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pernikahan dini sebagai risiko stunting pada anak usia 0-59 bulan (Balita) menurut provinsi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Laporan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) terintegrasi SUSENAS tahun 2019 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Unit analisis pada penelitian ini merupakan setiap provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pernikahan dini, indeks kesejahteraan rumah tangga kuintil 1 (terbawah) dan kuintil 2 (menengah kebawah), tingkat pendidikan wanita <SMA, wanita tidak bekerja, dan jumlah anggota rumah tangga >4 orang terhadap stunting dan hubungan yang negatif antara tidak ASI Eksklusif terhadap stunting. Setelah dikontrol variabel lain, terdapat hubungan negatif antara pernikahan dini dengan stunting
Read More
S-10913
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meilina Suwandi; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Maria Gayatri
Abstrak: ermasalahan kependudukan masih sangat kompleks. Salah satu hal nyata yang dihadapi adalah pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Salah satu bagian dari pertumbuhan penduduk tidak terlepas dari jumlah anak lahir hidup. Salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan jumlah anak lahir hidup adalah status ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat besar hubungan antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup pada wanita usia kurang dari 45 tahun berstatus kawin yang masa reproduksinya masih berjalan dan usia 45-49 tahun berstatus kawin yang sudah masuk ke akhir masa reproduksi. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi potong lintang menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa pada kedua kelompok umur diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup. Ditemukan pula bahwa odds lebih besar ditemukan pada status ekonomi sangat miskin, miskin, menengah, dan kaya dibanding dengan wanita yang status ekonominya sangat kaya. Selanjutnya ditemukan bahwa pada wanita usia kurang dari 45 tahun, didapati hasil bahwa variabel pendidikan, status pekerjaan, usia pertama menikah, penggunaan kontrasepsi, dan preferensi jumlah anak menjadi perancu antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup. Sedangkan pada wanita usia 45-49 tahun, variabel wilayah tempat tinggal, statuspekerjaan usia pertama menikah, penggunaan kontrasepsi, dan preferensi jumlah anak menjadi perancu antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup
Read More
S-10941
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofiya Rohmah Asyahida; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Achmad Arifurrohman
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Desember 2020-Januari 2021. HAsil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian antenatal di Indonesia sebesar 21,4%.
Read More
S-10559
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Sya`bani Wulandari MD; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Milla Herayati, Rahmadewi
S-8156
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sohibun; Pembimbing: Kemal N. Siregar; Penguji: Martya Rahmaniati MakfulIwan Ariawan, Rahmadewi, Ning Sulistyowati
Abstrak: Fertilitas menjadi sorotan hingga saat ini meskipun trennya terus menurun namun masih belum mencapai target. Keinginan memiliki anak lagi (menambah anak) adalah hal yang berkaitan langsung dengan fertilitas yang perlu dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosio-ekonomi dan demografi yang berhubungan dengan keinginan memiliki anak lagi pada wanita usia subur di Indonesia tahun 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik dengan desain potong lintang. Sampel penelitian adalah wanita usia subur usia 15-49 tahun ahun yang memiliki satu anak atau lebih berdasarkan data SDKI 2017. Analisis yang digunakan adalah analisis univariabel, bivariabel dan multivariabel dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 39,9 persen wanita ingin memiliki anak lagi. Dalam penelitian ini, proporsi wanita WUS yang telah memiliki anak namun masih ingin menambah anak masih tinggi, sehingga perlu dilakukan sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan ibu dan alat kontrasepsi agar wanita WUS dapat membatasi kelahiran.
Read More
T-6135
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Melinda Agnes Praditya; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Besral, Rahmadewi
S-8497
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive