Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36519 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Refiani Fitri Ardiyanti; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Afid Yusthi Ghozali
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.
Read More
S-11992
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arief Hertanto; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Laksita Ri Hastiti, Ispranto K. Adhy, Errik Yusnadi Saleh
Abstrak: Iklim keselamatan adalah persepsi bersama karyawan tentang kebijakan, prosedur, dan praktik yang berkaitan dengan keselamatan di lingkungan kerja mereka. Iklim keselamatan berhubungan dengan perilaku selamat dan kecelakaan kerja yang tidak disengaja di tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kematangan iklim keselamatan di PT X serta menganalisis hubungannya dengan perilaku selamat. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif menggunakan metode kuesioner dengan total 200 responden. Kuesioner terstruktur digunakan untuk menangkap karakteristik sosio-demografis responden, iklim keselamatan kerja, dan perilaku keselamatan kerja. Responden berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjawab kuesioner yang dibagikan secara online dan offline. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematangan iklim keselamatan di PT X berada di level Cukup, terdapat hubungan yang sangat kuat antara Variabel sub dimensi dengan iklim keselamatan, serta hubungan yang cukup kuat antara iklim keselamatan dengan perilaku selamat. Studi menekankan bahwa peningkatan tingkat iklim keselamatan dapat meningkatkan perilaku selamat sehingga efektif dalam mengurangi insiden kecelakaan kerja.
Safety climate is the shared perception of employees about policies, procedures and practices related to safety in their work environment. Safety climate is related to safe behavior and occupational accidents in the workplace. The purpose of this study was to measure the maturity level of the safety climate at PT X and to analyze its relationship with safety behavior. This research is descriptive quantitative using a questionnaire method with a total of 200 respondents. A structured questionnaire was used to capture the socio-demographic characteristics of the respondents, safety climate, and safety behavior. Respondents participated in this study by answering questionnaires distributed online and offline. The findings of this study indicate that the maturity level of the safety climate at PT X is at the fair level, there is a very strong relationship between the subdimensional variables and the safety climate, and a fairly strong relationship between the safety climate and safety behavior. The study emphasizes that an increase in the level of safety climate can increase safe behavior therefore it is effective in reducing the incidence of work accidents.
Read More
T-6174
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atikah Fauziyyah; Pembimbing: Syahrul Meizar Nasri; Penguji: Mila Tejamaya, Irma Setiawaty Wulandari
Abstrak: Proses kerja di workshop bagianPressure Control Equipment (PCE) berisiko terjadinya MSDs pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat risiko ergonomi yang berpotensi menimbulkan musculoskeletal disorders pada pekerja PT. X . Desain studi pada penelitian ini adalah cross sectional, menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk menilai tingkat risiko ergonomi di tiap tahapan kerja dan Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui letak keluhan terkait MSDs pada pekerja. Hasil penelitian berdasarkan NBM menunjukkan adanya keluhan pada pekerja di bagian punggung, panggul, lengan atas (kanan dan kiri), bahu (kanan dan kiri), lengan bawah (kanan atau kiri), pergelangan tangan (kanan dan kiri) leher bawah, dan kaki (kanan dan kiri). Hasil penilaian berdasarkan metode REBA, terdapat level tindakan 5 pada proses loading, level tindakan 3 pada proses testing tools, level tindakan 5 pada proses perakitan tools, level tindakan 5 pada proses chipping, level tindakan 4 pada proses painting. Memperbaiki desain kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja, menyediakan alat bantu angkat untuk aktivitas manual handling, melakukan kegiatan housekeeping, sosialisasi, inpeksi rutin, dan pemberian informasi mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja merupakan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mencegah tingginya tingkat risiko ergonomi pada pekerja. Kata kunci : REBA, NBM, musculoskeletal disorders, pekerja workshop, Pressure Control Equipment (PCE),tingkat risiko ergonomi
Read More
S-8652
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henry V. Matakupan; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Masjuli, Wifandi Raymond T. Purba
Abstrak: Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.
Kata Kunci: gangguan pendengaran, pajanan kebisingan, usia, masa kerja, pekerja industri

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss.
Keywords: hearing loss, noise exposure, age, years of service, industry workers
Read More
T-5489
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kristika Valentine; Pembimnbing: Chandra Satra; Penguji: Hendra, Ridwan Zahdi Sjaaf, Devie Putri Octaviani, Farida Tusafariah
Abstrak: Perilaku tidak selamat pada tenaga kerja merupakan salah satu faktor yangberkontribusi terhadap kecelakaan kerja. Berbagai penelitian dan laporan kasusmembuktikan tingkat kecelakaan akibat perilaku masih terus terjadi. Analisisperilaku tidak selamat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorongtimbulnya perilaku tidak selamat. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatankualitatif, menggunakan model ABC perilaku. Pengumpulan data dilakukanmelalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan dalampenelitian sebanyak 7 orang yang terdiri dari tiap lapisan tenaga kerja. Penelitianini menggambarkan perilaku tidak selamat tenaga kerja serta faktor anteseden dankonsekuensi yang melatarbelakangi munculnya perilaku tidak selamat pada tenagakerja. Perusahaan perlu mempertahankan program pelatihan dan promosi K3 yangsudah berjalan. Perilaku tidak selamat dapat dicegah dengan meningkatkanpengetahuan, pengimplementasian peraturan K3 dengan baik, komitmenmanajemen dalam pelaksanaan K3, pengawasan yang efektif, pelaksanaan HSEReward yang efektif, dan diberlakukannya sanksi K3.Kata kunci: Perilaku Tidak Selamat, Model ABC Perilaku , Anteseden,Konsekuensi.
Unsafe behavior in the workforce is one of the factors that contribute to create anaccident. Various studies and case reports have proven that the accident rate dueto the unsafe behavior still occurs. Unsafe behavior analysis purpose to determinefactors that encourage the emergence of unsafe behavior. Descriptive researchwith qualitative approach, using the ABC model of behavior. Data collectedthrough in-depth interviews, observation and document analysis. Informants in thestudy were 7 people consisting of each layer of the workforce. This studydescribes the unsafe behavior on workforce, antecedents and consequences as thefactors underlying the emergence of unsafe behavior. Companies need to maintainthe existing training programs and HSE promotion. Unsafe behavior can beprevented by improving knowledge, implementing HSE regulation as well,management commitment in the implementation of HSE, effective supervision,effective implementation of HSE Reward, and punishment.Key words: Unsafe Behavior, ABC Behavior Model, Antecedent, Consequences.
Read More
T-4568
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aldy Dharma; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Temajaya, Hery Aswan Putra
S-8521
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Firman Nur Hidayat; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mila Tejamaya, Istiati Suraningsih
Abstrak: Perkembangan teknologi yang pesat membuat hampir semua aktifitas pekerjaan manusia berhubungan erat dengan berbagai macam alat dan mesin. Tidak terkecuali dalam dunia industri yang saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Namun dalam interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan kerja terdapat berbagai risiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kecelakaan kerja bagi manusia. Salah satu penyakit akibat kerja yang kerap diderita oleh pekerja adalah penyakit yang berkaitan dengan otot serta rangka, atau lebih dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini dilakukan pada pekerja furnitur di PT. X di Klender, Jakarta Timur pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko MSDs pada bagian tubuh dan gejala MSDs yang dialami oleh pekerja. metode penelitiain ini adalah kualitatif dengan desain studi observasional. Responden berjumlah 8 orang, dan tingkat risiko ergonomi dinilai menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Penilaian menggunakan REBA mendapatkan hasil 1 tahapan pekerjaan (25%) termasuk dalam kategori medium risk (action level 3), dan 3 tahapan pekerjaan (75%) termasuk dalam kategori high risk (action level 4). Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui keluhan MSDs yang dirasakan pekerja dan didapatkan hasil 100% pekerja mengeluhkan gejala MSDs. Keluhan terbanyak dirasakan adalah pegal danrasa sakit pada tubuh bagian pinggang, leher bagian bawah, dan betis. Kata Kunci : REBA, Tingkat Risiko, Ergonomi, Keluhan Musculoskeletal Disorders(MSDs), Nordic Body Map (NBM), Furnitur PT. X.
Read More
S-8302
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zarah Defi Saputri; Pembimbing: Hendra; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Elsye As Safira
S-8195
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fierdania Yusvita; Pembimbimbing: Robiana Modjo; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Aznaldi Agustia, Tulus Herdiyanto
T-4189
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andrea Fahira Hanareza; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Abdul Kadir, Holillah
Abstrak:
Sektor manufaktur lebih mungkin menghadapi tantangan implementasi keselamatan akibat sifat operasionalnya yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, pengukuran iklim keselamatan perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa baik upaya keselamatan dijalani dan dipahami oleh pekerja. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi bersama pekerja terhadap nilai, kebijakan, dan praktik keselamatan di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran iklim keselamatan pada bagian produksi PT X berdasarkan enam dimensi: komitmen manajemen, komunikasi keselamatan, peraturan dan prosedur keselamatan, lingkungan yang mendukung, akuntabilitas personal, serta pelatihan keselamatan, serta mengidentifikasi dimensi yang perlu ditingkatkan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang, menggunakan kuesioner oleh Lestari et al. (2020) yang diisi secara mandiri oleh pekerja. Jawaban responden kemudian dilakukan analisis uji beda mean. Besar sampel ditentukan dengan metode stratified random sampling menggunakan rumus Slovin. Dari 81 responden, didapatkan bahwa iklim keselamatan pada pekerja di bagian produksi PT X termasuk dalam kategori baik (5,14 dari 6,00). Tidak ditemukan perbedaan rata-rata yang signifikan antarkelompok demografi, kecuali pada persepsi komitmen manajemen antarkelompok masa kerja. Komitmen nyata dari manajemen terhadap keselamatan berperan penting dalam upaya keselamatan kerja. Namun, masih diperlukan peningkatan pada akuntabilitas personal dan pelatihan keselamatan untuk meningkatkan upaya keselamatan di PT X.


The manufacturing sector is more likely to face challenges in safety implementation due to its high-risk operational nature. Measuring safety climate is essential to evaluate how well safety efforts are understood and practiced by workers. Safety climate reflects employees’ shared perceptions of safety values, policies, and practices in the workplace. This study aims to assess the safety climate among production workers at PT X, focusing on six dimensions: management commitment, safety communication, safety rules and procedures, supportive environment, personal accountability, and safety training, and to identify areas needing improvement. A quantitative, cross-sectional design was used, employing a self-administered questionnaire adapted from Lestari et al. (2020). Data from 81 respondents were analyzed using mean difference tests. The safety climate was rated as good, with a mean score of 5.14 out of 6.00. No significant differences were found across demographic groups, except for perceived management commitment, which varied by length of service. Findings highlight the importance of genuine management commitment in fostering a strong safety culture. However, improvement is still needed in personal accountability and safety training to enhance overall safety performance at PT X.
Read More
S-12096
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive