Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29219 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Abdi Setia Putra; Pembimbing: Purnawan Junadi
B-404
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irmawati Ummi Masitha; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Mieke Savitri, Syaifuddin Zuhri
S-6134
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sulastri; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Nurlayli
S-6987
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Nadia; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Anhari Achadi, Wachyu Sulistiadi, Suharno ; Akmal Yadi
Abstrak: Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit memerlukan obat-obatanyang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. RSXYZ telah menjadi provider program pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional sejak bulanMei 2017 dan terjadi lonjakan pasien yang cukup signifikan. Rumah sakit perlu berbenahdiri dalam melakukan perbaikan untuk pengelolaan persediaan obat di instalasi farmasidemi tercapainya efektifitas dan efisiensi persediaan obat di farmasi. Tujuan daripenelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi pengelolaan persediaan obat instalasifarmasi Rumah Sakit XYZ dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional dalam rangkapenyusunan Rencana Kebutuhan Obat Rumah Sakit XYZ. Penelitian ini menggunakanmetode deskriptif cross-sectional yang bersifat kualitatif dan kuantitaif denganwawancara mendalam, observasi, telaah dokumen dan penghitungan klasifikasi analisaABC obat di instalasi farmasi. Penelitian in menunjukkan bahwa RS XYZ belummemiliki metode perencanaan dan pengadaan obat khususnya di era JKN. Perencanaanobat melihat trend pemakaian 1 minggu ke belakang untuk penggunaan 10 hari kedepan.Peneliti melakukan analisa ABC untuk melihat pengelolaan persediaan obat di RS XYZ.Analisa ABC yang dilakukan pada penggunaan obat di instalasi farmasi menunjukkanbahwa terdapat 1024 jenis obat yang digunakan dimana analisa ABC pemakaiankelompok C yang termasuk slow moving memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu 70 %.Hasil analisa ABC investasi kelompok A memiliki jumlah investasi paling besar yaitu4.445.922.485. Hasil analisa ABC indeks kritis didapatkan hanya 55 % obat indeks kritisyang masuk kedalam formularium. Terdapat 30 % dokter yang belum patuh terhadapperesepan sesuai formularium. RS XYZ belum memiliki Rencana Kebutuhan Obat(RKO) dalam rangka memenuhi syarat untuk ikut dalam proses e-purchasing. RS XYZbelum memiliki sistem pengelolaan persediaan obat yang sesuai standar. RS XYZdiharapkan dapat membuat Rencana Kebutuhan Obat yang menerapkan prinsip efisiensikendali mutu kendali biaya. RS XYZ diharapkan memiliki penghitungan jumlah obatyang harus di pesan, safety stock dan juga titik pemesanan kembali obat.Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Persediaan Obat, Analisa ABC, Formularium,Rencana Kebutuhan obat.
Read More
B-1938
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Frita Nadia; Pembimbing: Ronnie Rivany; Penguji: Kurnia Sari, Sukeksi Dwi Kahesti
S-7374
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Woro Endah Wahyuni; Pembimbing: Saida Simanjuntak; Penguji: Petter Patinama, Mieke Savitri, Sumijatun, Murdo Suwardjoko
Abstrak:

Penelitian tentang analisis kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok pada tahun 2002 dilatarbelakangi dengan adanya hasil survei kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat inap tahun 1999 yang menunjukkan tingkat rendah dan adanya peningkatan keluhan pasien rawat inap terhadap pelayanan tenaga keperawatan dari tahun 2000 sampai 2001. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat Inap. Tingkat kepuasan ini dinilai dengan cara mengukur tingkat kesesuaian antara kenyataan dan harapan berdasarkan komponen upah, wewenang, tuntutan tugas, kebijakan organisasi, interaksi, dan status profesional dari seluruh responden menurut karakteristik demografi (umur, status kawin, dan tingkat pendidikan) dan karakteristik pekerjaan (status kepegawaian, lama kerja, mutasi kerja, lama kerja, pengalaman kerja, dan jam kerja seminggu).Penelitian ini menggunakan disain penelitian non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Penentuan besar sampel penelitian dilakukan seeara total sampling dan didapatkan besar sampel sebanyak 103 orang. Data penelitian yang diperoleh berasal dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dan dari hasil wawancara dengan 5 (lima) orang informan serta data hasil pencatatan dan pelaporan rurnah sakit. Instrumen yang digunakan mengacu pada kuesioner Index of Work Satisfaction yang dibangun oleh Stamps yang dalam penelitian ini telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan karakteristik demografi rerata umur responden adalah sekitar 30 tahun, tingkat pendidikan sebagian besar (60%) adalah lulusan SPK/Bidan, dan sebagian besar (65%) berstatus kawin. Bila dilihat dari karakteristik pekerjaannya maka hampir seluruh responden (83,5%) merupakan pegawai tetap RS, sebagian besar (57,3%) menyatakan belum pernah dimutasi ke unit/ruang perawatan lain, dan rerata lama kerja di RSU Bhakti Yudha adalah 6 tahun. Selain itu, responden yang memiliki pengalaman bekerja dan yang tidak memiliki pengalaman bekerja di tempat lain sebelum bekerja di RSU Bhakti Yudha cukup berimbang, dan rerata jam kerja perawat dalam seminggu adalah sekitar 44 jam.Bila dilihat dari tingkat kepentingan kepuasan kerja, maka komponen yang paling penting dalam kepuasan kerja berdasarkan hasil penilaian responden adalah wewenang yang diikuti oleh komponen status profesional, upah, interaksi, kebijakan organisasi, dan yang paling rendah tingkat kepentingannya adalah komponen tuntutan tugas. Berdasarkan tingkat kepuasan kerja diketahui bahwa secara umum rerata tingkat kepuasan kerja responden adalah 75,80%. Komponen kepuasan kerja dengan tingkat kepuasan tertinggi ada pada komponen status profesional (86,10%) diikuti pada urutan selanjutnya adalah interaksi antarperawat (83,69%), wewenang (81,54%), tuntutan tugas (79,5%), kebijakan organisasi (72,28%), interaksi perawat-dokter (70,78%), dan tingkat kepuasan kerja terendah diperoleh pada komponen upah (58,31%). Pada diagram kartesius diketahui bahwa komponen kepuasan kerja yang perlu mendapat prioritas utama dalam kepuasan kerja responden untuk ditindaklanjuti adalah upah dan interaksi dokter-perawat, karena tingkat pelaksanaannya masih belum baik.Dari hasil uji statistik diketahui bahwa semua karakteristik demografi yang diteliti (umur, status kawin, dan tingkat pendidikan) memiliki hubungan yang signifikan. Sementara itu, karakteristik pekerjaan responden yang terbukti memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kepuasan kerja responden adalah variabel lama kerja.Mengacu pada hasil penelitian ini yang menunjukkan tingkat kepuasan terendah adalah pada komponen gaji dan interaksi perawat dan dokter maka saran yang diajukan peneliti adalah lebih mensosialisasi sistem pengupahan yang berlaku baik berdasarkan status kepegawaian (tetap dan kontrak), sistem kenaikan upah, pemberian insentif dan bonus pada tenaga keperawatan dan mengaktifkan/memberdayakan kembali perkumpulan perawat di RS yang sudah ada semua informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan SDM keperawatan dapat ditemukan dengan mudah oleh seluruh anggotanya. Selain itu, kegiatan bersama antara tenaga medis dan perawat perlu diselenggarakan misalnya dengan pemberian pelatihan dari dokter RS kepada perawat, penyelenggaraan seminar umum kesehatan dengan kepanitiaan bersama antara dokter dan perawat. Saran lainnya adalah sebaiknya semua tenaga keperawatan di RSU Bhakti Yudha adalah tenaga tetap bukan tenaga kontrak karena jenis tenaga ini termasuk dalam bisnis inti yang sangat berperan terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit mengingat kewajibannya sebagai tenaga keperawatan di rumah sakit adalah sama. Selain itu, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan kerja tenaga keperawatan di rumah sakit dengan metode dan instrumen yang berbeda untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang komponen lainnya yang mempengaruhi kepuasan kerja tenaga keperawatan sehingga hasilnya lebih komprehensif serta untuk mendapatkan alat ukur kepuasan kerja tenaga keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi perumahsakitan di Indonesia.


 

The background of this study was based on the results of nurses work satisfaction survey in inpatient ward conducted in 1999 that showed low of nurses work satisfaction and also the availability of patient complaint of nurse service that increased from year 2002 until 2001. The aim of this study was to assess the level of nurses work satisfaction in inpatient ward. The measurement of the level of work satisfaction used the appropriateness level between expectation and perception. It was based on work satisfaction components as follows: pay, autonomy, task requirements, organizational policy, interaction, and professional status of respondents according to demographic characteristics (age, marital status, and education level) and job characteristics (employee status, duration of work span, job mutation, working experience, and total office hours per week).The design of this study was non-experimental with cross sectional approach. It was conducted to 103 nurses as total sampling. Data resources were from filling in the questionnaire and doing interview with 5 informants and from hospital recording and reporting. The use of instrument was based on the modified of Index of Work Satisfaction questionnaire which built by Stamps.The result of this study showed that on the average the age of respondents was 30 years, the majority (60%) of them was graduated from Nursing School/Midwife School, and 65% of respondents were married. According to job characteristic, about 83,5% of respondents were full timer, 57,3% of nurses have never been mutated to other unit, and the average of duration of work span in Bhakti Yudha General Hospital was 6 years. The percentage of experienced and inexperienced employee stands balance enough and the average of nurse's working hours per week were about 44 hours.The highest importance level of the nurses work satisfaction component was autonomy, followed by professional status, pay, interaction, organizational policy, and the lowest importance level is task activity component. Based on the work satisfaction level known that 75,80% of respondents were satisfied. The highest satisfaction level goes to professional status component (86,10%) while the lowest satisfaction level is pay component (58,3%).Importance Performance Analysis which depicted as Kartesius Diagram, known that the main priority of nurses work satisfaction which should be intervened by the hospital management is pay and nurse-doctor interaction.All demographic characteristics (age, marital status, and education level) in this study were statistically related to the work satisfaction significantly. Meanwhile, job characteristic that related to the work satisfaction was duration of work span.It is recommended to Bhakti Yudha Depok General Hospital to socialize the pay system among nurses and to empower nurses association in Hospital. Besides, together activity between nurse-doctor should be held on such as training for the nurses by doctors, holding the health seminar in a together committee. The other recommendation is that all the nurse should be included as full time employee in hospital, not as contract employee considering this employee is a core business in the hospital who?s the same obligation and responsibility. Follow up study needs to be conducted to find other aspects related to nurses work satisfaction and to obtain the suitable instrument with the hospital condition and situation in Indonesia.

Read More
B-650
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elly Rozalia; Pembimbing: Hafizurrachman
B-660
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Josiah Irma; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Pujiyanto, Dewi Basmala, Takdir Mostavan
Abstrak:

Tesis ini membahas tentang waktu tunggu pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhakti Yudha dan mencari faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi standar minimal pelayanan waktu tunggu di instalasi farmasi yang telah ditetapkan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif  dengan desain deskriptif. Hasil penelitian bahwa waktu tunggu pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhakti Yudha tidak sesuai dengan standar minimal pelayanan yang ditetapkan pihak Farmasi Rumah Sakit Bhakti Yudha. Faktor yang berpengaruh diantaranya metode pembayaran khususnya pasien jaminan karena ketidakjelasan kesepakatan obat-obatan yang di cover khususnya vitamin, jenis resep racikan yang pengerjaanya membutuhkan proses yang lebih lama, stock obat yang sering kosong, SDM terbatas, sarana & prasarana yang tidak mendukung, ketidak sesuaian formularium dan ketidakjelasan penulisan resep, evaluasi terhadap waktu tunggu yang tidak secara rutin, dan pengawasan SOP yang rendah. Kata kunci : Waktu tunggu, farmasi, pelayanan.


 

The purpose of this study was to investigate about the waiting time of services at the Hospital Pharmacy Bhakti Yudha and seek any factor that affects the minimum standards of service in the pharmacy waiting time has been determined. The study was a descriptive qualitative research design. The study shows that the waiting time of service at the Hospital Pharmacy Bhakti Yudha not complies with minimum standards of service established by the hospital pharmacy Bhakti Yudha. Factors that affect them in particular payment method guarantees patients because of uncertainty deals drugs on the cover, especially vitamins, prescription type concoction whose implementation requires a longer process, stock drugs that are often empty, limited human resources, existing facilities do not support, incompatibilities prescribing formulary and uncertainties, evaluation of waiting time that is not routine, and SOPs low supervision. Key words : Waiting time, pharmacy, services.

Read More
B-1326
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mavkren J. Kambuaya; Pembimbing : Dumilah Ayuningtyas; Penguj: Mieke Savitri, Takdir Mostavan, Amila Megraini, Puput Oktamianti
Abstrak: ABSTRAK
 Menjelang diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional tahun 2014,rumah sakit wajib menyelenggarakan administrasi rekam medis yang tertib yakni rekam medis lengkap,dan akurat sesuai dengan pelayanan yang telah diberikan. Selain itu, ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis dan mencerminkan mutu pelayanan di suatu rumah sakit (Depkes,2006). Dari hasil pengamatan pendahuluan, masih ada keluhan dari pasien,perawat dan dokter terhadap sistem rekam medis rawat jalan di unit RSU Bhakti Yudha Depok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem rekam medis rawat jalan (input, process, output, feedback, dan control) di Unit Rekam Medik RSU Bhakti Yudha Depok tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian Mix Methods dengan pendekatan studi kasus. Cara pengumpulan data melalui observasi partisipatif moderat, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil: sistem rekam medis rawat jalan belum berjalan secara optimal sehingga berpengaruh pada output yakni rekam medis rawat jalan tidak akurat,tidak lengkap dan tidak aman secara fisik. Ini disebabkan oleh tidak dilakukannya analisis kelengkapan rekam medis rawat jalan, serta proses pengiriman rekam medis yang tidak aman. Saran : supervisor rekam medis menunjuk seorang petugas rekam medis yang khusus menangani penaataan berkas rekam medis rawat jalan, sekaligus melakukan analisis kelengkapan rekam medis dan kepada manajemen rumah sakit agar mempertimbangkan metode alternatif untuk mengirimkan rekam medis.
 

 ABSTRACT
 Towards the implementation of the National Social Security System (SJSN) in 2014, hospital must conduct an orderly administration of the medical record namely medical records complete, accurate and in accordance with the service provided. Moreover, the incompleteness of the charging medical records will greatly affect the quality of medical records and reflect the quality of care in a hospital (Depkes, 2006). From preliminary observations, there were still complaints from patients, nurses and doctors about the outpatient medical record systems in Bhakti Yudha Hospital. This study aims to analyze the outpatient medical record system (input, process, output, feedback, and control) at the Medical Records Unit of Bhakti Yudha Hospital in 2013. The method used was Mix Methods with a case study approach. The data collected through participant observation moderate, in-depth interviews, and documentation. Result : The outpatient medical record system was not running optimally, so that the effect on the output of the outpatient medical record are inaccurate, incomplete and not secure. This is due to the completeness analysis of outpatient medical records was never had been assessed, as well as the delivery method of medical records that is not safe. Advice for the Medical Record Supervisor is appoint a medical record officer who specializes in assembling the outpatient medical record, as well as to analyze the completeness of the medical records and suggest to hospital management to consider alternative methods to delivery the medical records.
 
Key words : system analysis, medical record, outpatient.
Read More
B-1541
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Monika N. Susanto; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Dumilah Ayuningtyas, Amila Megraini, Mohamad Firas
Abstrak: ABSTRAK Proses pembuatan formularium Rumah Sakit XYZ oleh Tim Farmasi Terapi (TFT) belum mempertimbangkan tingkat kritis suatu obat bagi pasien. Hal ini menyebabkan masih ada pembelian obat cito (obat diperlukan segera, mempengaruhi keselamatan pasien). Obat-obat ini dapat diidentifikasi dengan metode ABC untuk menetapkan jenis obat yang termasuk dalam kelompok A indeks kritis. Belum ada data mengenai obatobat yang bernilai investasi besar di RS XYZ, sehingga belum ada fokus dalam kontrol biaya persediaan obat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan menerapkan metode ABC berdasarkan pemakaian, nilai investasi dan indeks kritis terhadap data kebutuhan obat tahun 2018. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait perencanaan dan pengadaan obat. Sebesar 82% jenis obat yang tersedia di gudang jarang digunakan, namun 53 di antaranya merupakan obat yang memiliki nilai investasi tinggi yang memerlukan perhatian khusus. Obat yang memiliki 5 (lima) nilai investasi terbesar namun sangat jarang digunakan (kelompok C nilai pemakaian) adalah: Albuminar 25% infus, Octalbin 25%, Terfacef injeksi, Trijec 1 gram dan Lanmer injeksi. Formularium RS XYZ berikutnya harus mengeluarkan 530 jenis obat yang tidak kritis dan tidak ada pemakaian. Jumlah jenis obat yang masuk ke dalam formularium yang lebih sedikit akan memudahkan proses kontrol dan penyimpanan persediaan. Kata kunci : Logistik, farmasi, obat, metode ABC indeks kritis ABSTRACT The process of making the XYZ Hospital formulary by the Therapy Pharmacy Team (TFT) has not considered the critical level of a drug for patients. This causes the purchase of cito drugs (drugs needed immediately, affecting patient safety). These drugs can be identified by the ABC method to determine the types of drugs included in the critical index group A. There is no data on drugs that are worth a large investment in XYZ Hospital, so there is no focus in controlling the cost of drug supplies. This study used a qualitative research design by applying the ABC method based on usage, investment value and critical index of drug needs data in 2018. The research data was obtained through in-depth interviews, observation and document review related to drug planning and procurement. 82% of the types of drugs available in warehouses are rarely used, but 53 of them are drugs that have high investment value that require special attention. Drugs that have the top 5 (five) investment values but are very rarely used (group C usage value) are: Albuminar 25% infusion, Octalbin 25%, Terfacef injection, Trijec 1 gram and Lanmer injection. The next XYZ Hospital formulary must issue 530 types of drugs that are not critical and have no use. The smaller number of types of drugs that enter the formulary will facilitate the process of control and storage of inventory. Keywords: Logistics, pharmacy, medicine, ABC index critical method
Read More
B-2043
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive