Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38133 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
S-9010
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anindya Nuzhmi Zharifa; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Wahyu Septiono, Novi Indriastuti
Abstrak:
Merokok masih menjadi ancaman kesehatan bagi remaja hingga saat ini. Studi menemukan bahwa tren perokok anak usia 10 – 18 tahun di Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat. Merokok yang dimulai pada usia remaja akan lebih sulit untuk berhenti merokok saat dewasa. Kian langgengnya perilaku merokok yang dilakukan oleh penduduk usia belia di Indonesia menandakan belum tercapainya kemajuan program-program pengendalian tembakau yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan prevalensi pengalaman merokok remaja di Indonesia dari tahun 2009, 2014, hingga 2019. Analisis data memanfaatkan hasil Global Youth Tobacco Survey pada sampel remaja usia 11 – 17 tahun di tingkat menengah pertama dengan regresi logistik multivariabel untuk mengetahui determinan utama pengalaman merokok. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi merokok remaja di Indonesia meningkat secara signifikan dari waktu-waktu (p-value <0.001). Faktor-faktor yang mendorong perilaku mencoba merokok pada remaja ditemukan pada remaja laki-laki (AOR: 13,2; 95% CI: 11,055 – 15,788), remaja dengan persepsi social benefit positif (AOR: 1,2; 95% CI: 1,095 – 1,406), menerima tawaran rokok teman (AOR: 24; 95% CI: 19,450 – 29,788), terpapar asap rokok di tempat umum (AOR: 2; 95% CI: 1,774 – 2,228), terpapar asap rokok di rumah (AOR: 2,4; 95% CI: 2,103 – 2,706). Implikasi penelitian ini menyorot evaluasi program pengendalian tembakau di Indonesia yang perlu dikembangkan dari berbagai aspek guna menekan laju konsumsi rokok yang dilakukan remaja melalui penguatan regulasi dan kolaborasi lintas sektor.

Smoking is still a health threat to adolescents today. Studies have found that the trend in smokers among children aged 10 - 18 years in Indonesia has been increasing over time. Smoking that starts in adolescence will be more difficult to quit smoking as an adult. The persistence of smoking behavior by the young population in Indonesia indicates that effective tobacco control programs have not yet made progress. This study aims to determine the trends and prevalence of adolescent smoking experience in Indonesia from 2009, 2014, to 2019. Data analysis utilized the Global Youth Tobacco Survey on a sample of adolescents aged 11 - 17 years at junior secondary level with multivariable logistic regression to determine the main determinants of smoking experience. The study revealed that the prevalence of adolescent smoking in Indonesia increased significantly over time (p-value <0.001). Factors that encourage adolescent smoking trying behavior were found in male adolescents (AOR: 13.2; 95% CI: 11.055 - 15.788), adolescents with positive social benefit perceptions (AOR: 1.2; 95% CI: 1.095 - 1.406), accepting a friend's cigarette offer (AOR: 24; 95% CI: 19.450 - 29.788), exposure to cigarette smoke in public places (AOR: 2; 95% CI: 1.774 - 2.228), exposure to cigarette smoke at home (AOR: 2.4; 95% CI: 2.103 - 2.706). The implications of this study highlight the evaluation of tobacco control programs in Indonesia that need to be developed from various aspects to reduce the rate of cigarette consumption by adolescents through strengthening regulations and cross-sector collaboration
Read More
S-11728
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fathiyya Aliyah Birjaman; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Rico Kurniawan, Chandra Rudyanto
Abstrak:
Indonesia merupakan salah satu negara berpendapatan menengah yang 72 juta penduduknya atau hampir lebih dari seperempat penduduknya merupakan perokok aktif. Kelompok umur dengan prevalensi tertinggi ada pada kelompok remaja dan dewasa yang rentan terhadap perilaku merokok. Tingginya angka perokok berkontribusi pada tingginya prevalensi penyakit yang berhubungan dengan rokok. Berhenti merokok menjadi langkah penting untuk mencapai target pengurangan tembakau yang dapat berdampak signifikan pada peningkatan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok. Penelitian ini menggunakan data GATS 2021 di Indonesia dengan sampel penduduk usia 15-44 tahun. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok pada penduduk 15-44 tahun di Indonesia adalah jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, larangan merokok di rumah, dan status merokok keluarga. Sedangkan umur, status ekonomi, tempat tinggal, umur pertama merokok, pengetahuan bahaya rokok, pernah mengunjungi KTR, keterpaparan media antirokok dan keterpaparan iklan rokok tidak berhubungan signifikan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku berhenti merokok adalah status merokok keluarga. Diharapkan upaya berhenti merokok yang berfokus pada pendekatan keluarga yang dapat didukung dengan adanya larangan merokok di rumah. Upaya berhenti merokok juga dapat berfokus melalui tatanan sekolah atau pendidikan dengan meningkatkan kesadaran pentingnya berhenti merokok. Pendekatan promosi kesehatan dapat difokuskan pada tatanan tempat kerja melalui pemilik usaha/wiraswasta maupun kelompok pekerja untuk meningkatkan keberhasilan berhenti merokok pada penduduk usia 15-44 tahun.

Indonesia is one of the middle-income countries where 72 million people or almost more than a quarter of the population are active smokers. The age group with the highest prevalence is teenagers and adults who are vulnerable to smoking behavior. The high number of smokers contributes to the high prevalence of smoking-related diseases. Quitting smoking is an important step towards achieving tobacco reduction targets that can have a significant impact on health outcomes. Therefore, it is important to examine the factors associated with quit smoking. This study used GATS 2021 data in Indonesia with a sample of the population aged 15-44 years. Used a cross-sectional design with logistic regression analysis. Based on the results of logistic regression analysis, the factors associated with smoking cessation in the population of 15-44 years in Indonesia are gender, education, employment status, smoking restrictions at home, and family smoking status. While age, economic status, place of residence, age of first smoking, knowledge of the dangers of smoking, ever visited KTR, exposure to anti-smoking media and cigarette advertisements were not significantly associated. The most dominant factor associated with smoking cessation is family smoking status. It is hoped that smoking cessation efforts will focus on a family approach which can be supported by a smoking ban at home. Efforts to stop smoking can also be focused through schools or education by increasing awareness of the importance of quitting smoking. A health promotion approach in the workplace to increase the success of quitting smoking in the population aged 15-44 years.
Read More
S-11617
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Audrey Hanifa Putri; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Wahyu Septiono, Samuel Josafat Olam
Abstrak:
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok diketahui menyebabkan penurunan kemampuan kognitif serta meningkatkan risiko demensia namun literatur mengenai hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk usia produktif di Indonesia masih sangat terbatas. Melalui analisis data Indonesian Family Life Survey 5, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kuintil kekayaan, status perkawinan, status bekerja, tempat tinggal, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, penyakit jantung, dan stroke. Melalui analisis regresi linier ditemukan bahwa perokok memiliki rata-rata kemampuan kognitif yang lebih rendah dibanding non-perokok sebesar 0,07 (95%CI: -0,10 hingga -0,04) standar deviasi (p<0,05). Perokok berat ditemukan tidak memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah daripada perokok ringan yang signifikan secara statistik. Selain itu ditemukan hubungan merokok dengan kemampuan kognitif dari aspek lama menjadi perokok aktif dimana bertambahnya satu tahun menjadi perokok aktif berhubungan dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah 0,01 (95%CI: -0,01 hingga -0,01) standar deviasi (p<0,05).

Indonesia is one of the countries with the largest number of smokers in the world. Smoking is known to negatively affect cognitive ability and increases the risk of dementia, however literature regarding the relationship between smoking and cognitive abilities in the productive age population in Indonesia is still very limited. Through data analysis of the 5th wave of the Indonesian Family Life Survey, this study aims to determine the relationship between smoking and cognitive abilities in the Indonesian population whilst controlling the effect of age, gender, education level, wealth quintile, marital status, work status, place of residence, hypertension, diabetes, hypercholesterolemia, heart disease, and stroke. Through linear regression analysis, it was found that smokers’ cognitive ability was lower than non-smokers by 0.07 (95%CI: -0.10 to -0.04) standard deviations (p<0.05). Heavy smokers were not found to have statistically significant lower cognitive ability than light smokers. There was a relationship between smoking and cognitive ability from the aspect of years of smoking, where an increase of one year of being an active smoker was associated with lower cognitive ability of 0.01 (95%CI: -0.01 to -0.01) standard deviations (p <0.05).
Read More
S-11717
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Laila Salsabila; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Popy Yuniar, Teti Tejayanti
Abstrak:
Kelahiran prematur merupakan penyebab kematian neonatal ketiga terbanyak di Indonesia. Kelahiran prematur dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatal/bayi sehingga dapat berdampak pada indikator kesehatan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan perdesaan Indonesia. Data berasal dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel penelitian ini adalah perempuan umur 10-54 tahun yang pernah kawin, mempunyai pengalaman reproduksi dalam kurun waktu lima tahun terakhir untuk anak terakhir dengan total sampel 32.288 responden. Penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan pedesaan yaitu,  kunjungan ANC, kehamilan kembar, hipertensi, dan perdarahan antepartum. Usia, ibu, ketuban pecah dini, dan metode persalinan hanya berhubungan di wilayah perkotaan, sedangkan plasenta previa hanya berhubungan di wilayah perdesaan. Kehamilan kembar menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kelahiran prematur di wilayah perkotaan dan perdesaan Indonesia

Preterm birth is the third leading cause of neonatal mortality in Indonesia. It significantly contributes to neonatal morbidity and mortality, thereby affecting the overall health indicators of the country. This study aims to identify the determinants of preterm birth in urban and rural areas of Indonesia. The data were obtained from the 2023 Indonesian Health Survey using a cross-sectional study design. The study sample consisted of 32,288 ever-married women aged 10–54 years who had given birth in the last five years. Data were analyzed using chi-square tests and multivariable logistic regression. The results showed that antenatal care (ANC) visits, multiple pregnancies, hypertension, and antepartum hemorrhage were significant determinants of preterm birth in both urban and rural areas. Maternal age, premature rupture of membranes, and mode of delivery were only associated with preterm birth in urban areas, while placenta previa was only significant in rural areas. Multiple pregnancies were the most dominant factor associated with preterm birth in both settings.
Read More
S-12016
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Galila Aisyah Latif Amini; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo, Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Punto Dewo
Abstrak: Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim. Faktor risiko kanker payudara bersifat multifaktor salah satunya adalah prilaku merokok pasif. Hubungan tentang merokok pasif dan kanker payudara masih menjadi perdebatan, selain itu studi tentang hubungan keduanya masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok pasif pada perempuan dengan kanker payudara. Menggunakan desain studi cross sectional dengan data skunder Riskesdas 2013. Sampel penelitian adalah perempuan berusia 15-54 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat kecenderungan lebih tinggi kejadian kanker payudara pada perokok pasif dibandingkan dengan bukan perokok pasif. Namun hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik (p = 0,171 OR 0,814; CI 0,6-1,09).Hal ini dikarenakan banyak hal, antara lain pengkategorian perokok pasif yang masih kurang spesifik, dan tidak tergambarnya intensitas paparan rokok pasif. Selain itu Kanker payudara merupakan penyakit yang multifaktoral. Perlu paparan yang lama hingga terjadi mutasi DNA, inisiasi, promosi, progresi hingga akhirnya menjadi kanker. Untuk selanjutnya supaya dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan desain studi kohort. Kata kunci: Merokok Pasif, Kanker Payudara, Indonesia Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In Indonesia, breast cancer is the second most common cancer after cervical cancer. Breast cancer risk factors are multi factors which one of them is the passive smoking behavior. The relationship between passive smoking and breast cancer is still conflicting. This study aims to determine the relationship between passive smoking in women with breast cancer. Used a cross sectional study design and data from Riskesdas by 2013. The study sample is women aged 15-54 years who meet the criteria of inclusion and exclusion.The results showed that there was a higher incidence of breast cancer incidence in passive smokers compared with non-passive smokers. However, this relationship was not statistically significant (p = 0.171 OR 0.814; CI 0.6-1.09). This is because of many factors, among others, the categorization of passive smokers is still less specific, and not illustrated the intensity of exposure to passive cigarettes. In addition, breast cancer is a multifactoral disease. Need a long exposure to DNA mutations, initiation, promotion, progression to eventually become cancer. Furthermore, a similar further study should be conducted using a cohort study design. Keywords: Breast Cancer, Pasive Smoking, Indonesia
Read More
T-4975
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisha Indreswari Arsyaningrum; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Milla Herdayati, Uswatun Hasanah
Abstrak: Pendahuluan: Obesitas saat ini telah berkontribusi dalam 2,8 juta kematian di seluruhdunia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi obesitas adalah gangguan mentalemosional. Gangguan mental emosional dapat mempengaruhi kejadian obesitasdikarenakan seseorang yang sedang dalam kondisi stres cenderung makan makananmanis, karena makanan manis memiliki efek menenangkan dan dapat memperbaikisuasana hati. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh gangguan mental emosionalterhadap kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan menggunakan desain studi cross sectional.Penelitian ini dilakukan pada penduduk berusia diatas 18 tahun dengan jumlah sampel633.612 orang.Hasil: Berdasarkan hasil analisis hubungan antara gangguan mental emosional denganobesitas diperoleh hasil bahwa gangguan mental emosional tidak memiliki hubunganpositif dengan kejadian obesitas (OR=0,940). Hasil analisis multivariat denganmengontrol pengaruh dari status perkawinan, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitasfisik dan pola makan menggambarkan bahwa gangguan mental emosional merupakanfaktor protektif dari kejadian obesitas (p=0,007, OR=0,945).Kesimpulan: Status gangguan mental emosional merupakan faktor protektif darikejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Kata kunci:Obesitas; Gangguan Mental Emosional; Dewasa.
Read More
S-9773
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riva Yunesfi; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Toha Muhaimin, Punto Dewo
Abstrak: Tuberkulosis (TB ) merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan utama didunia dan Indonesia termasuk negara dua terbanyak dengan beban TB di dunia. Secaraglobal pada tahun 2016, diperkirakan ada 1,3 juta kematian TB di antara orang HIV-negatif (WHO 2016). Merokok merupakan salah satu faktor risiko paling penting dalamterjadinya perburukan tuberkulosis paru karen pada orang yang merokok terjadiperubahan imunitas sehingga dapat memfasilitasi Mycobacterium Tuberculosis. Dengantidak merokok dapat mencegah seseorang untuk terinfeksi kuman TB. Namunberdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2013, proporsi merokok pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 36% meningkat dari tahun 2010(34%). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengankejadian TB Paru. Analisis ini bersifat kuantitatif menggunakan data Riskesdas 2013.Analisis regresi logistik dilakukan pada sampel 55,752 responden berusia ≥15 tahunyang ditanyakan tentang perilaku merokok dan status tuberkulosis (PertanyaanRiskesdas A18, A20 dan G05). Hasil analisis multivariabel didapatkan bahwa terdapatasosiasi antara merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru, dimana responden yangdulunya pernah merokok (mempunyai riwayat merokok) bersiko 2,6 kali menderita TBdibanding yang tidak merokok. Oleh karena itu perlunya integrasi layanan berhentimerokok dengan penyakit menular terkait Tuberkulosis.Kata kunci: Tuberkulosis (TB), Merokok
Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is a major health problem in the worldand Indonesia is numbrtwo countries with the highest burden of TB in the world.Globally by 2016, there are an estimated 1.3 million TB deaths among HIV negativepeople (WHO 2016). Smoking is one of the most important risk factors in theoccurrence of worsening of pulmonary tuberculosis in people who smoke a change inimmunity so that it can facilitate Mycobacterium Tuberculosis. With no smoking canprevent a person to be infected with TB germs. However, based on the results of basichealth research 2013, the proportion of smoking in the population aged ≥ 15 years inIndonesia is still high at 36% increase from the year 2010 (34%). This study aims to seethe relationship between smoking and the incidence of pulmonary tuberculosis. Thisanalysis is quantitative using Riskesdas 2013 data. Logistic regression analysis wasperformed on a sample of 55,752 respondents aged ≥15 years who were asked aboutsmoking behavior and tuberculosis status (Question Riskesdas A18, A20 and G05).Multivariable analysis showed that there was an association between smoking and theincidence of Pulmonary Tuberculosis, where respondents who had once smoked (had asmoking history) had a 2.6 times greater risk of TB than non smokers. There fore theneed for integration of smoking cessation services with Tuberculosis related infectiousdiseases.Key words: Tuberculosis (TB), Smoking.
Read More
S-9685
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Naila Syifa Uttami; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Maria Gayatri
Abstrak: Perilaku seksual pranikah pada remaja wanita merupakan perilaku bermasalah yang dapat berdampak negatif pada kesehatan remaja. Terlebih remaja wanita menjadi kelompok berisiko jika harus mengalami kehamilan pada usia remaja. Presentase perilaku seksual pranikah remaja wanita baik pada daerah perdesaan maupun perkotaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja wanita di perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan sumber data dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dan dengan studi potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah remaja wanita usia 15-24 tahun yang belum menikah. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda usia, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, pengetahuan kesehatan reproduksi dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perdesaan meliputi usia, pendidikan, status ekonomi, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, paparan media massa, perilaku merokok, konsumsi alkohol, pengalaman pacaran dan komunikasi kesehatan reproduksi dengan tenaga kesehatan. Variabel sikap terhadap perilaku seksual pranikah menjadi faktor yang berhubungan paling dominan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan maupun remaja wanita di perdesaan
Premarital sexual behavior in female adolescent is a problematic behavior that can affect negative impact on health. Female adolescent is a risk group if they get pregnant at young age. The percentage of premarital sexual behavior among female adolescents in both rural and urban areas has increased. This study aims to determine the factors associated with premarital sexual behavior among female adolescent adolescent in rural and urban areas. This research used secondary data from Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 with cross-sectional design. The population in this study were unmarried female adolescent aged 15-24 years. Based on the results of multiple logistic regression, age, alcohol consumption, drug consumption, attitudes towards premarital sexual behavior, knowledge of reproductive health, and peer influence are related to premarital sexual behavior of adolescent girls in urban areas. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior of teenage girls in rural areas are age, education, economic status, attitudes towards premarital sexual behavior, exposure to mass media, smoking behavior, alcohol consumption, dating experience, and reproductive health communication with health workers. The attitude variable towards premarital sexual behavior is the most dominant factor associated with the premarital sexual behavior of female adolescents in urban and rural areas
Read More
S-10933
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adinda Pratiwi; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Toha Muhaimin, Cut Yasmin
Abstrak:
ABSTRAK
 
 
Infertilitas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, dan penyebabnya bukan hanya dari faktor wanita namun juga dari faktor pria. Jumlah sperma yang rendah atau kualitas sperma yang jelek merupakan penyebab utama terjadinya infertilitas pada pria. Rendahnya kualitas sperma ditandai dengan rendahnya motilitas sperma, jumlah sperma dan kelainan morfologis sperma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan merokok dengan konsentrasi, motilitas dan morfologi sperma. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien klinik fertilitas ldquo;X rdquo; Jakarta. Sampel sebanyak 985 orang pria yang merupakan pasangan dengan masalah infertilitas yang melakukan pemeriksaan analisis sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria yang merokok memiliki peluang 1,018 kali lebih tinggi untuk memiliki konsentrasi sperma abnormal dibandingkan yang tidak merokok, dan memiliki peluang 1,074 kali lebih tinggi untuk memiliki motilitas sperma abnormal dibandingkan yang tidak merokok serta memiliki peluang 1,166 kali lebih tinggi untuk memiliki morfologi sperma abnormal dibandingkan yang tidak merokok.
 

 
ABSTRACT
 
 
Infertility is one of public health rsquo s problem. Determinant of infertility is not just from female factors but also from male factor. Poor sperm quality is a major cause of male infertility. The purpose of this study was to determine the correlation of smoking with concentration, motility and sperm morphology. The design of this study was cross sectional using secondary data from medical records of Klinik Fertilitas X Jakarta. A sample consist of 985 men with infertility issues who performed sperm analysis. The results showed that men who smoked had an odds to have abnormal sperm concentrations 1,018 times higher than those who did not smoke, and had an odds to have abnormal sperm motility 1,074 times higher than those who didn rsquo t smoke, as well as a 1,166 times higher odds of having abnormal sperm morphology than who didn rsquo t smoke.
 
Read More
S-9501
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive