Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29317 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Musdalifah; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Tri Yunis Miko Wahyono, Adria Rusli
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama pemberian antiretroviral (ARV)setelah Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dimulai terhadap kegagalan perbaikan CD4pasien ko-infeksi TB-HIV. Penelitian dilakukan pada mei-juni 2016 di Rumah SakitPenyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso. Design penelitian yangdigunakan adalah kohort restrospektif dengan follow-up selama satu setengahtahun. Populasi studi adalah pasien Ko-infeksi TB-HIV yang naive ART dantercatat pada rekam medis periode Januari 2010 - November 2014. Kriteria inklusisampel adalah pasien usia ≥15 tahun, mendapat OAT minimal 2 minggu sebelumART dimulai, dan memiliki data hasil pemeriksaan CD4 sebanyak dua kali dengantotal sampel adalah 164 orang. Probabilias kumulatif kegagalan perbaikan CD4pasien ko-infeksi TB-HIV sebesar 14,43%. Hazard rate kegagalan perbaikan CD4pada pasien yang memulai terapi ARV 2-8 minggu setelah OAT dibandingkandengan yang menunda terapi ARV 8 minggu setelah OAT masing-masing 767 per10.000 orang tahun dan 447 per 10.000 orang tahun (p=0,266). Analisis multivariatdengan menggunakan uji cox regresi time independen menunujukkan ratekegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai ART >8 minggu setelah OATlebih rendah dibandingkan pasien yang memulai ART pada 2-8 minggu setelahOAT (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; p value=0,151) setelah dikontrol olehjenis regimen ARV dan klasifikasi pengobatan TB.Kata kunci: Ko-infeksi TB-HIV, Terapi Antiretroviral, Kegagalan perbaikan CD4
This study was aim to assess the effect of time to Antiretroviral Treatment (ART) onCD4 response failure in TB-HIV coinfection patients. This study was conductedfrom May to June 2016 at Infectious Disease Hospital Sulianti Saroso. This studyused cohort restrospective design with one and half year time to follow up. Studypopulation were TB-HIV coinfected patients, noted as a naive ART patient inmedical records from january 2010-november 2014. A total 164 patients ≥ 15 yearsold, had Anti Tuberculosis Treatment (ATT) 2 weeks before ART and had minimum2 CD4 sell count laboratorium test results. The cumulative probability of CD4response failure among TB-HIV co-infected patients was 14,43%. Hazard rate ofCD4 response failure was 767 per 10.000 person year in early ART (2-8 weeks afterATT) versus 474 per 10.000 person year in delayed ART (8 weeks after ATT) arm(p=0,266). In multivariate analysis using time independent cox regression test, rateof CD4 responses failure was lower in patients with delayed ART until 8 weeks afterATT than early ART 2-8 weeks after ATT. (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; Pvalue=0,151) controlled by types of ARV regiments and classification of TB cure.Keywords: TB-HIV Co-infection, Antiretroviral treatment, CD4 response failure
Read More
T-4699
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Maemun; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Renti Mahkota, Adria Rusli
Abstrak: Tujuh puluh delapan juta penduduk dunia terinfeksi Human Immunodefiency Virus (HIV), 39 juta diantaranya meninggal. Tuberkulosis (TB) yang merupakan ko-infeksi terbanyak pada ODHA di Indonesia. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh waktu awal pengobatan ARV terhadap ketahanan hidup pasien ko- infeksi TB-HIV. Desain penelitian kohort retrospektif, dilakukan pengamatan selama satu tahun (365 hari), yaitu pasien ko-infeksi TB-HIV yang naive ARV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso periode Januari 2011-Mei 2014, berusia ≥16 tahun. Analisis ketahanan hidup menggunakan metode Kaplan-Meier, bivariat dengan Log rank test dan multivariat dengan cox regression. Probabilitas ketahanan hidup kumulatif pasien ko-infeksi TB-HIV yang mendapatkan ARV pada satu tahun adalah 81,5%. Hasil analisis multivariat bahwa pasien ko-infeksi TB-HIV yang mendapatkan pengobatan ARV di fase lanjut berisiko 2,33 kali (95%CI: 1,25-4,33; p=0,008) mengalami kematian setelah dikontrol oleh lokasi infeksi M.tuberculosis. Ko-infeksi TB-HIV telah memperburuk progresivitas, HIV yang menyerang makrofag menyebabkan imunitas (CD4) menurun sehingga berdampak pada ketidakmampuan imunitas melawan kehadiran M.tuberculosis. Maka, segera memulai pengobatan TB dan memulai ARV pada fase intensif (2-8 minggu). Ketahanan hidup pasien ko-infeksi TB-HIV yang mendapatkan pengobatan ARV pada fase intensif lebih besar dibandingkan pada fase lanjut. Mengoptimalkan pengobatan ARV pada fase intensif (2-8 minggu) untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien ko-infeksi TB-HIV. Kata Kunci : Antiretroviral, TB-HIV, ketahanan hidup
Read More
T-4543
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Aini Hidayah; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Adria Rusli
Abstrak: Pada kondisi dengan keterbatasan sumber daya untuk mengakses pemantauan viral load, pemantauan imunologis menjadi bagian dari standar perawatan terapi pasien dengan pengobatan antiretroviral yang dapat digunakan untuk menilai respon terapi. Studi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara ketidakpatuhan pengobatan terhadap kegagalan imunologis pada pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Studi kohort retrospektif dilakukan di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada 284 pasien HIV/AIDS dewasa yang inisiasi antiretroviral lini pertama pada periode Januari 2014-April 2018, yang diikuti selama 12 bulan waktu pengamatan. Analisis menggunakan Kaplan Meier digunakan untuk mengestimasi probabilitas kegagalan imunologis berdasarkan ketidakpatuhan pengobatan (ambil obat dan minum obat), yang signifikansinya dilihat dengan Log-Rank Test. Analisis Cox Proportional Hazard dilakukan untuk menghitung Hazard Ratio dengan 95% confidence interval. Sebanyak 29 (10,2%) pasien mengalami kegagalan imunologis dengan 4,8 per 10.000 orang hari. Kepatuhan ambil obat (aHR 1,72, 95%CI: 0,67-4,44) dan kepatuhan minum obat (aHR 1,14, 95%CI: 0,41-3,19) berasosiasi terhadap kejadian gagal imunologis, meskipun tidak signifikan. Asosiasi yang tidak signifikan ini dimungkinkan karena pemantauan imunologis bukanlah gold standard dalam menilai respon pengobatan. Perhitungan sensitivitas dan spesifisitas kegagalan imunologis terhadap kegagalan virologis pada penelitian ini yaitu 50% dan 82,66%. Monitoring kepatuhan secara berkala dan pemeriksaan CD4/viral load yang lebih tepat waktu diperlukan untuk mencegah kegagalan pengobatan lebih dini. Kata kunci: Kegagalan imunologis, kepatuhan minum obat, kepatuhan ambil obat
Read More
T-5530
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nor Efendi; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Titi Sundari, Siti Nur Anisah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi anatomi TB terhadap kesintasan (ketahanan hidup) 2 tahun pasien ko-infeksi TB-HIV setelah diagnosis.Penelitian ini menggunakan desain kohort restrospektifdinamik menggunakan 177 rekam medik pasien ko-infeksi TB-HIV di RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Jakarta yang terdaftar tahun 2010-2013, diambil secara simple random samplingKasintasan pasien ko-infeksi TB-HIV 2 tahun setelah diagnosa dengan lokasi anatomi TB di ekstraparu sebesar 86%, lebih rendah dibandingkan dengan lokasi anatomi TB di paru sebesar 98%. Lokasi anatomi TB di ekstraparu mempengaruhi kecepatan kematian pasien ko-infeksi TB-HIV (adjusted HR 1,48, 95% CI : 0,55-4,02), setelah dikontrol oleh faktor risiko penularan dan kadar CD4 awal. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan sistem imunitas tubuh yang luas sehingga infeksi dan penyebaran kuman TB juga akan meluas seperti ke kelenjar getah bening, pleura dan organ lainnya. TB ekstra paru memiliki beban bakteri TB yang lebih tinggi dan menunjukkan progresifitas perjalanan penyakit semakin parah yang mengakibatkan probabilitas ketahanan hidup (kesintasan) penderitanya semakin menurun.Perlu dilakukan screening lebih intensif terhadap pasien ko-infeksi TB-HIV untuk menemukan kemungkinan TB di ekstra paru sedini mungkinagar dapat diberikan penatalaksanaan yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Kata Kunci : Lokasi Anatomi TB; Kesintasan;Ko-infeksi TB-HIV
Read More
T-4478
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurvika Widyaningrum; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Adria Rusli, Tepy Usia
T-4676
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
The Indonesian Jour. of Infectious Diseases, Vol.3, No.2, 2016, hal. 1-10
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prisilia Nurul Fajrin K; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Toha Muhaimin, Kurniawan Rahmadi
S-7051
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Marlina Meilani Simbolon; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Adria Rusli, Endang Lukitosari
T-4138
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yenni Risniati; Pembiming: Lukman Hakim Tarigan; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, I Made Setiawan, Toni Wandra
Abstrak:

Sindroma Syok Dengue (SSD) merupakan salah salu masalah kcschatan utama di Indonesia. Penyakit ini merupakan bagian dari demam berdarah dengue (DBD) dalam bentuk klinis yang berat. Berbagai Penelitian diiakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mcmpengaruhi terjadinya SSD, namun patogenesis terjadinya SSD hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Penclitian ini bcrtujuan untuk mengetahui apakah leucopenia mempunyai pengaruh terhadap terjadinya SSD. Bila hal ini benar, maka para klinisi akan dapat memprediksi dan menangani pcnderita DBD dengan lehih baik, schingga progresiiitas teljadinya SSD dapat dicegah dengan melakukan obscrvasi tanda-tanda SSD sejak dini. Pcnclitian ini menggunakan dcsain kasus kontrol. Sampel diambil dari rekam medis 43 penderita SSD untuk kasus, dan 86 penderita DBD untuk kontrol, berusia < 15 tahun yang dirawat di RS. Penyakit lnfeksi Pro£ Dr. Sulianti Saroso pada bulan Januari 2006 -» April 2008. Semua kasus dengan rekam mcdis lengkap menjadi sampel dan kontrol dipilih dengan simple random sampling. Jumlah sampel ini sesuai perhitungan sampel dengan oL= 0,05 dan B= 0,20 dengan jumlah kasus:kontroI l:2. Pengaruh leukopenia terhadap SSD ditentukan dengan menggunakan analisis multwle logisiic regression menggunakan perangkat STATA 7,0. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pcnderita DBD dengan leukopenia mcmpunyai risiko untuk terjadi SSD 2,86 kali lebih besar dibandingkan penderita tanpa Ieukopenia (OR, = 2,86 ; 95%CI = 1,23-6.62). Variabel yang menjadi konfounding adalah peningkatan nilai hematokrit (OR, = 3,99 ; 95%Cl = l,68-9,50) dan perdarahan masif (OR, = 2,12 ; 95%CI = 0,87-6,I9). Variabcl lainnya yang tidak menjadi konfounding adalah status gizi (OR, = ll,l8 ; 95%Cl = 1,88-66,69),jum1ah trombosit (OR, = 2,17 ; 95%CI = l,03~4,57), usia (OR, = 0,57 ; 95%Cl = 0,27-l,20) dan status infeksi (OR, = 0,57 ; 95%Cl = 0,25-1,3 l). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa leukopenia merupakan faktor prognosis terjadinya SSD pada penderita DBD. Oleh karena itu, tanda-tanda adanya syok pada penderita DBD yang mengalami Ieukopenia sebaiknya lebih diperhatikan sejak dini.


Syndroma shock dengue (DSS) is a major health problem in indonesia. This disease is a severe form of dengue haemorrhagic fever (DH F). Many researches be made to know about factors which are infiucnce DSS, but until now the pathogenesis DSS wasn't know exactly. In this research we tried to study about the influence leucopenia to DSS. The purpose of this research were the clinician can predict and manage the DHF patient better and the progressivity DSS can be controlled by early observation DSS signs. This was a case-control study. Samples were medical record from 43 DSS as cases and 86 DHF as controls, less than I5 years old who admitted in Proti Dr. Sulianti Saroso IDH from January 2006 to April 2008. All complete medical record from DSS patient be samples and controls were chosen by simple random sampling. Total samples were counted by ct=0,05, [3=0,20 and the comparison cases and control was l:2. The influence leucopenia to SSD was determined by Multiple logistic regression. Result from the study found there were influence leucopenia to DSS (OR.=2,86 ; 95%CI = 1,23-6,62). Confoundings were the increasing hematocrite (OR, = 3,99 95%CI = 1,68-9,50) and bleeding (OK, = 2,12 ; 95%CI = 0,87-6,l9). Variables nutritional status (0R¢ =1l,l8 ; 95%CI = |,88-66,69), platelets count (ORC = 2,17 ; 95%CI = 1,03-4,S7), age (OR¢ 0,57 ; 95%CI = 0,27-l,20) and dengue infection (OR¢ = 0,57 ; 95%CI = 0,25-l,3l) were not con founding. From this research we can got conclusion that leucopenia was prognostic factor for DSS. DHF patients who have leucopenia should be observed the signs of shock early.

Read More
T-2898
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lily Banonah Rivai; Pembimbing: Lukman Hakim Tarigan; Penguji: Ratna Djuwita, Indang Trihandini, Janto G. Lingga, Dyah Erty Mustikawati
T-3032
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive