Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36394 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Weny Rinawati; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Andi Basuki Prima B., Kemal Imran
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Weny Rinawati Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Analisis biaya perawatan stroke berdasarkan Clinical Pathway di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta dalam pelayanan pasien Jaminan Kesehatan Nasional Latar belakang. Masalah yang sering dihadapi pada pelayanan pasien Jaminan Kesehatan Nasional adalah kesenjangan biaya perawatan pasien stroke dengan tarif INA-CBGs. Hal ini terkait dengan biaya perawatan dan Clinical Pathway. Tujuan. Mengetahui biaya perawatan pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Metoda. Penelitian kuantitatif deskriptif mengikutsertakan 277 subjek penyakit stroke yang diperoleh di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta selama Januari – Juni 2015. Biaya perawatan stroke dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost) dengan menggunakan metode activity based costing dan Clinical Pathway. Hasil. Biaya satuan perawatan stroke iskemik dan stroke hemoragik berdasarkan Clinical Pathway, dengan memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tanpa memperhitungkan jasa medis berturut-turut adalah Rp 311,860,860.83 dan Rp 585,083,610.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 321,682,940.73 dan Rp598,929,450.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif IDI adalah Rp 318,360,860.73 dan Rp 594,333,610.01; tanpa memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis adalah Rp30,361,681.00 dan Rp25,698,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 40,183,761.00 dan Rp 39,544,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan IDI adalah Rp 36,861,681.00 dan Rp 34,948,199.46. Simpulan: Dijumpai selisih biaya perawatan berdasarkan biaya satuan dan Clinical Pathway, baik yang memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, maupun tanpa memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, dengan tarif layanan existing dan tarif INA-CBGs Kata kunci : biaya, Clinical Pathway, INA-CBGs, stroke


ABSTRACT Name : Weny Rinawati Study Program : Hospital Administration Title : Cost of stroke treatment based on Clinical Pathway in National Brain Center Hospital, Jakarta Background. Problem often encountered in patient care National Health Insurance is the gap between the cost of stroke treatment with INA-CBGs tariff. This is related to the cost of treatment and the Clinical Pathway. Aim. Knowing the cost of stroke treatment in the National Brain Center Hospital Jakarta. Methods. Descriptive quantitative study involving 277 subjects stroke obtained at the National Brain Center Hospital Jakarta during January - June 2015. The cost of stroke treatment are calculated based on the unit cost using activity-based costing method and Clinical Pathway. Results. The unit cost of ischemic stroke and hemorrhagic stroke treatment by Clinical Pathway, taking into account investment costs and salary costs, regardless of medical services is IDR 311,860,860.83 and IDR 585,083,610.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based hospital is IDR 321,682,940.73 and IDR 598,929,450.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based IDI is IDR 318,360,860.73 and IDR 594,333,610.01; without taking into account investment cost, salary cost, and medical services are IDR 30,361,681.00 and IDR 25,698,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based hospital is IDR 40,183,761.00 and IDR 39,544,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based IDI is IDR 36,861,681.00 and IDR 34,948,199.46. Conclusion. Found difference in the cost of stroke treatment is based on unit cost and Clinical Pathway, both of which take into account the investment, salaries, and medical services cost, and without taking into account investment, salaries, and medical services cost, with existing services and tariff rates INA-CBGs Keywords: Clinical Pathway, cost, INA-CBGs, stroke

Read More
B-1786
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Rakhmawati; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Mursyid Bustami, Andi Basuki Prima Birawa
Abstrak: Clinical Pathway (CP) merupakan perangkat alat multidisiplin ilmu yang digunakan untuk perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence based). CP memiliki fungsi menyeragamkan terapi sehingga mampu meminimalkan komplikasi dan kesalahan pengobatan. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) merupakan rumah sakit rujukan otak dan persarafan nasional. Stroke perdarahan menjadi penyakit kedua tertinggi di RS.PON. Keberagaman keputusan dilakukannya operasi atau tidak, meskipun sudah masuk indikasi, menjadi poin penting untuk menganalisis implementasi pelaksanaan Clinical Pathway ini.
Tujuan penelitian: menilai implementasi CP stroke perdarahan yang telah dijalankan sehingga diharapkan mampu menjadi dasar penentu kebijakan rumah sakit jejaring maupun rumah sakit seluruh Indonesia. Menilai hubungan antara variabel-variabel dalam clinical pathway terhadap Length of Stay (LOS), morbiditas dan mortalitas
Metode: Penelitian ini menggunakan metode mixed method, dengan pendekatan retrospektif. Dalam penelitian kuantitatif dilakukan analisis univariat dan multivariat, dimana menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien stroke perdarahan yang dirawat di RS PON pada januari 2020 - Desember 2021. Dari total populasi 1254 pasien setelah dilakukan kriteria inklusi dan inklusi didapatkan 1001 pasien. Penelitian kuantitatif, dilakukan dengan menganalisis pengaruh implementasi CP terhadap lama hari rawat, morbiditas (nilai NIHSS) dan mortalitas. Faktor risiko dan efek atau penyakit yang terjadi di masa lampau diukur melalui catatan historis. Sementara pengumpulan data secara kualitatif menggunakan kuisioner dan wawancara secara mendalam kepada Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala Komite Medis, Kepala Komite Keperawatan, Kepala Divisi Vaskular, Dokter Spesialis Neurologi, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Dokter IGD, Perawat, Fisioterapi, Terapi wicara, Gizi dan Farmasi untuk mengetahui tahapan proses Clinical Pathway di RS PON. Total responden 129 orang. Penelitian kualitatif menilai pengetahuan tenaga medis dan paramedis terkait CP, implementasi, supervisi, monitoring dan evaluasi.
Hasil: penelitian kuantitatif menemukan adanya hubungan antara beberapa variabel yang berada dalam CP, seperti pemeriksaan penunjang, terapi sesuai indikasi dan penyakit komorbid terhadap LOS, morbiditas dan mortalitas. Sementara pada penelitian kualitatif menilai implementasi CP di RS PON memerlukan perbaikan dari segi sosialisasi, implementasi, monitoring dan evaluasi.
Kesimpulan: Implementasi CP berhubungan dengan outcome klinis pasien stroke perdarahan.
Read More
B-2268
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Taufiqurrahman; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Atik Nurwahyuni, Pujiyanto; Chairulsjah Sjahruddin, Amila Megraini
Abstrak: Clinical Pathway (CP) Apendisititis Akut (AA) memberikan gambaran secara rinci tahap-tahap pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Implementasi CP AA di RSI Ibnu Sina Pekanbaru diharapkan dapat mengendalikan variasi proses perawatan dalam upaya meningkatkan kendali mutu dan kendali biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran implementasi CP AA dalam meningkatkan efisiensi biya apendiktomi pasien JKN di RSI Ibnu Sina Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menghitung tagihan biaya pasien yang menjalani apnediktomi sebelum dan sesudah implementasi CP AA dan diolah dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan yang terkait dalam implementasi CP AA. Hasil penelitian terjadi pemendekan Length of Stay (LOS) secara bermakna (P<0.001) pada kelompok pasien sesudah implementasi CP dibandingkan sebelumnya. Terjadi penurunan rata-rata total biaya apendiktomi sebelum dan sesudah implementasi CP (Rp. 5.214.188.02 vs Rp. 4.436.438.37) yang bermakna (P<0.001) dengan persentase selisih 17,5%. Penurunan varian pelayanan berupa utilisasi alat kesehatan (Alkes), obat dan pemeriksaan laboratorium mempengaruhi peningkatan efisiensi biaya apendiktomi. Adanya varian dalam implementasi CP AA menjadi masukan untuk mencapai implementasi CP yang ideal. Varian berupa pengurangan pelayanan yang seharusnya diberikan kepada pasien harus ditinjaklanjuti dengan melakukan penilaian outcome pasien seperti tingakat kejadian readmission dan kondisi pasien ketika melakukan kontrol setelah pulang dari Rumah Sakit (RS).
Read More
B-2075
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mursyid Bustami; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Purnawan Junadi, Puput Oktamianti, Jofizal Jannis, Nizar Yamanie
B-1587
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maria Hotnida; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari,
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang penangguhan klaim JKN di RS PON tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk analisis permasalahan penangguhan klaim JKN yang belum terbayarkan di RS PON Jakarta pada tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan studi kasus untuk menganalisis penyebab penangguhan pembayaran klaim jaminan kesehatan di RS Pusat Otak dan Analisis data dilakukan dengan melakukan penelaahan data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Analisis untuk melihat factor yang menyebabkan penangguhan klaim mulai dari Koder sampai ke Manajemen RS. Hasil penelitian didapatkan bahwa penangguhan klaim terjadi karena banyaknya berkas SEP, billing dan TXT yang hilang di bagian keuangan/piutang sehingga menghambat klaim. Kata kunci : Klaim; koder; verifikasi; kebijakan piutang
This study discusses the suspension of JKN claims in RS PON 2015. The purpose of this study is to analyze the problem of suspension of unpaid JKN claims in RS PON Jakarta in 2015. This study is a case study approach to analyze the causes of deferral payment of health insurance claims in RS Pusat Otak and data analysis done by doing study data obtained from primary data and secondary data then analyzed based on existing theory. Analysis to see the factors that led to the suspension of claims ranging from Coder to Management Hospital. The results showed that the suspension of claims occurred because of the large number of SEP, billing and TXT files lost in the financial / receivables thus inhibiting claims. Keywords: Claim; coder; verification; account receivable policy.
Read More
B-1933
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadya Adina Zuhdi; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Jaslis Ilyas, Puput Oktamianti, Enny Mulyatsih, Sandry Tri Sumarni
Abstrak:
Penyakit saraf adalah gangguan pada sistem saraf yang dapat menurunkan fungsi tubuh. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (2023), salah satu penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit saraf, yaitu stroke yang memiliki biaya pengobatan tertinggi ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Akupunktur memiliki dampak yang signifikan pada pengobatan berbagai penyakit saraf. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional menangani kasus neurologi (kesehatan otak dan saraf) yang semakin meningkat dan kompleks. Akupunktur medik menjadi salah satu layanan perawatan penunjang di RS PON yang sudah tersedia sejak tahun 2021. Berdasarkan laporan capaian layanan 3 tahun terakhir, tren jumlah pasien tahun 2021-2023 berturut-turut adalah sebagai berikut: 496 pasien, 727 pasien, dan penurunan pada tahun 2023 dengan jumlah 575 pasien. Penurunan angka kunjugan ini berbanding terbalik dengan jumlah kunjungan pasien secara total di RS PON pada periode 2020-2024 yang mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan pasien rawat jalan di RS PON terhadap layanan akupunktur medik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan uraian hasil penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian cross sectional (potong lintang) yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Teori yang digunakan sebagai kerangka konsep pada penelitian ini adalah teori Capability, Opportunity, Motivation – Behavior (COM-B). Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, sejumlah 130 responden (58% dari total responden) memiliki keinginan terhadap layanan akupunktur medik, sisanya, taitu sejumlah 94 responden (42%) tidak memiliki keinginan terhadap layanan akupuntur medik. Persepsi layanan menjadi faktor yang paling mempengaruhi keinginan terhadap layanan akupunktur medik.


Neurological diseases are disorders of the nervous system that can reduce body function. Based on data from the Indonesian Health Survey (2023), one of the diseases with the highest prevalence is neurological disease, namely stroke which has the third highest medical cost after heart disease and cancer. Acupuncture has a significant impact on the treatment of various neurological diseases. The National Brain Center Hospital handles increasingly complex neurology (brain and nerve health) cases. Medical acupuncture is one of the supporting care services at the PON Hospital which has been available since 2021. Based on the service achievement report for the last 3 years, the trend in the number of patients in 2021-2023 is as follows: 496 patients, 727 patients, and a decrease in 2023 with a total of 575 patients. This decrease in the number of visits is inversely proportional to the total number of patient visits at the PON Hospital in the 2020-2024 period which has increased. The purpose of this study was to determine the factors related to the desires of outpatients at the PON Hospital for medical acupuncture services. This study is an observational study with a description of the results of descriptive research. The type of research chosen is cross-sectional research conducted using a questionnaire as a data collection instrument. The theory used as a conceptual framework in this study is the Capability, Opportunity, Motivation – Behavior (COM-B) theory. Based on the results of data analysis in this study, a number of 130 respondents (58% of total respondents) have a desire for medical acupuncture services, the rest, namely 94 respondents (42%) do not have a desire for medical acupuncture services. Perception of service is the factor that most influences the desire for medical acupuncture services.
Read More
B-2550
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Gusti Ayu Ika Kumala Dewi; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Ede Surya Darmawan, Mardiati Nadjib, Budi Hartono, Dince Erwina Indriyani
Abstrak: ABSTRAK Biaya perawatan (Cost Of Treatment) adalah perhitungan biaya terkait biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan dan atau tindakan layanan kesehatan per layanan penyakit terhadap pasien yang sesuai dengan clinical pathway dari penyakit tersebut. Rumah sakit sebagai penyelengara pelayanan kesehatan menjadi kewajiban untuk memberikan pelayanan yang adil dan bermutu bagi masyarakat. Menghitung unit cost layanan kesehatan sangat sangat diperlukan untuk mengetahui besaran biaya riil yang dibutuhkan untuk suatu produk layanan. Dengan menghitung unit cost berdasarkan clinical pathway adalah alat untuk mencapai pelayanan yang berkualitas dan efisien. Di Rumah Sakit Ari Canti kasus DHF merupakan kasus non bedah tertinggi dan merupakan 10 kasus terbanyak pada tahun 2016. Permasalahan yang terjadi sebelumnya adalah belum adanya unit cost berdasarkan data riil rumah sakit yang menyebabkan kendala dalam kebijakan yang membutuhkan perhitungan biaya dalam keputusan tersebut, antara lain penentuan tarif, negosiasi dengan pihak ketiga dan lain sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cost of treatment DHF murni kelas III Di Rumah Sakit Ari Canti, serta lebih jauh mengetahui gambaran biaya di unit produksi maupun di unit penunjang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Metode analisis biaya adalah dengan metode Activity based costing untuk unit produksi dan simple distribution untuk unit penunjang. Data yang digunakan adalah data sekunder dari bagian unit produksi terkait dan unit ix Universitas Indonesia penunjang ruah sakit tahun 2017. Dari hasil penelitian didapatkan COT adalah Rp. 1,654,884.68. UC actual RP. 1,358,859.68 dan UC simple distribution Rp. 296.025. COT adalah Rp. 1.654.884,68. Biaya Sumber daya di IGD yaitu perawat dan jasa dokter menghabiskan porsi biaya 73,77 % dari keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan di IGD, di laboratorium porsi biaya SDM sekitar 9 % dan di rawat inap sebesar 40,9 % (untuk biasa jasa medis dokter dan perawat). Khususnya di IGD menggambarkan kondisi yang belum efisien antara jumlah pegawai yang harus dibiayai dengan beban kerja yang ditanggung atau output yang dihasilkan sehingga biaya yang dibebankan kepada pasien menjadi tinggi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk rumah sakit dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan mengenai tarif dan negosiasi dengan pihak external lainnya. Kata Kunci : Cost Of treatment, DHF, biaya satuan Cost of Treatment is a cost calculation of the direct and indirect costs required to perform the care of performing treatment and / or health-care measures per patient disease service in accordance with the clinical pathway of the disease. Hospitals as health service providers must be provide a righteous and quality service for the community. Calculating unit cost of health services is very necessary to know the real cost value needed for a service product. By calculating unit cost based on the clinical pathway is a tool to achieve quality and efficient service. In Ari Canti Hospital, DHF case is the highest non-surgical case and is the top 10 cases in 2016. The problem that happened while the absence of unit cost based on real hospital data causing obstacles in the policy that require cost calculation in the decision, among others rate determination, negotiation with third parties and others. The purpose of this research is to know the cost of treatment of DHF class III At Ari Canti Hospital, and further to know the description of cost in production unit and in supporting unit. The type of this research is quantitative research with cross sectional approach. Cost analysis method is by Activity based costing method for production unit and simple distribution methode for supporting unit. The data used are secondary data from parts of related production units and supporting units in 2017. From the research results obtained COT is Rp. 1,654,884.68. Unit Cost actual Rp. 1,358,859.68. Unit Cost by simple distribution methode Rp. 296.025. xi Universitas Indonesia COT is Rp. 1.662.60306. The cost of resources in the ER is the nurses and physician services spent the cost of 73.77% of the total resources needed in the ER, in the laboratory portion of the cost of human resources about 9% and in hospitalization of 40.9% (for regular medical services physicians and nurse). Especially in the ER describes an inefficient condition between the number of employees to be financed with the workload borne or the resulting output so that the costs charged to the patient become high. It is expected that the results of this study can be considered for the hospital in determining policy and decision making on tariff and negotiation with other external partie Keywords: Cost Of treatment, DHF, unit cost.
Read More
B-1999
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nilandari; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Pujiyanto, Puput Oktamianti, Andi Basuki Prima Birawa
Abstrak: Keterlambatan pengajuan klaim BPJS berakibat pada turunnya cashflow rumahsakit. Proses klaim saat ini berjalan tidak efisien dan efektif. Tujuan daripenelitian ini adalah mendapatkan hasil analisis dan usulan perbaikan alur prosesdokumen klaim BPJS pasien rawat jalan dengan menerapkan konsep LeanHospital. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif inimengobservasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dokumen klaimsebelum diberikan kepada verifikator BPJS serta melakukan wawancaramendalam, observasi proses, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkanterjadi waste terbesar di unit mobilisasi dana yaitu selama 32,5 hari 18,8 menitdalam penyelesaian dokumen klaim. Jenis waste terbanyak adalah waiting dantransportation. Berdasarkan VSM diketahui Lead Time dari proses klaim saat iniadalah 33,9 hari. Usulan perbaikan yang diberikan dari penelitian ini adalahdengan optimalisasi tim Casemix yang baru saja dibentuk, sehingga lead timepengerjaan klaim yang dibutuhkan menjadi 6,44 menit. Standardisasi kerja danpenilaian kinerja berupa KPI, IKI, dan IKU dinilai perlu diterapkan agar kinerjapetugas menjadi optimal.
Kata Kunci: Lean Thinking, BPJS, klaim, value added activity, non value addedactivity, waste
Delay in the submission of BPJS claims resulted in decreasing hospital cash flow. The currentclaim process is not efficient and effective.The objective of this reseach is to analize and proposeimprovement in the claim process by applying Lean Hospital concept. This research usedquantitative and qualitative approaches to observed the time required to complete the claimprocess before submitted to the BPJS verificator and also have an in-depth interview, observe theprocess, and document review. The result showed most waste happened in mobilisasi dana unitfor 32.5 days 18.8 minutes in the settlement BPJS document claims. Based on Value StreamMapping, Lead Time of the claim process at this time is 33.9 day. Most types of waste arewaiting and transportation. Proposed improvement provided from the study is to optimizing thecasemix team which newly formed. By optimizing the casemix team, Lead Time required tocomplete the claims process is 6.44 minutes. Standardize work and performance appraisal (KPI,IKI, and IKU) consider to apply to reach employee best performance.
Keywords: Lean Thinking, BPJS, claim, value added activity, non value added activity, waste
Read More
B-1795
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Wayan Parna Arianta; Pembimbing: Atik Nurwahyuni;Penguji: Ede Surya Darmawan, R. Sutiawan; Agus Rahmanto; Tutik Kusumawardhani
B-2017
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Grace Dunant; Pembimbing: Amal Chalijk Sjaaf; Penguji: Purnawan Junadi, Anhari Achadi, Liman Harijono, Sjahrul Amri
Abstrak: Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Pemerintah Indonesia berupaya untuk memenuhi hak setiap warga negaranya untuk mendapatkan layanan kesehatan melalui suatu program yang disebut program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemerintah telah menunjuk suatu Badan Penyelenggara Jaminan Kesejahteraan Sosial (BPJS) dalam mengelola program ini, dengan tujuan pada akhir tahun 2019 seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali telah memiliki jaminan kesehatan (Indonesian Health Coverage). Dalam menghadapi reformasi pelayanan kesehatan di Indonesia seperti ini, rumah sakit sebagai suatu organisasi mendapatkan tuntutan untuk berubah dan berkembang. Bagi rumah sakit swasta seperti Rumah Sakit Royal Taruma perubahan ini bukanlah hal yang mudah. Sistem pembayaran yang semula retrospektif (fee for service) menjadi prospektif (out of pocket/ paket INA CBGs) menuntut perubahan mind set dan perilaku dari setiap anggota yang ada di dalam organisasi. Di samping itu dibutuhkan perencanaan persiapan yang matang untuk ikut serta dalam program JKN. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kesiapan Rumah Sakit Royal Taruma dalam mengimplementasikan program JKN. Jenis penelitian ini adalah Operational Research dengan pendekatan kualitatif dengan menganalisa kesiapan sumber daya yang dimiliki Rumah Sakit Royal Taruma sesuai dengan persyaratan kredensial yang diminta oleh BPJS serta melihat proses manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kesiapan, pengawasan serta sosialisasi. Hampir seluruh kriteria persyaratan yang diminta BPJS meliputi administrasi, sumber daya manusia, sarana/ prasarana, sistem dan prosedur, telah dipenuhi oleh Rumah Sakit Royal Taruma namun masih perlu perbaikan di proses manajemen agar sumber daya yang telah dimiliki dapat digunakan lebih optimal, dan pada akhirnya Rumah Sakit Royal Taruma siap dalam mengimplementasikan Program JKN. Kata kunci: Jaminan Kesehatan Nasional, Kredensial BPJS, Proses Manajemen, Rumah Sakit Health care is everyone's basic right. The Government of Indonesia seeks to fulfill the right of every citizen access to health care through a program called the National Health Insurance Program (JKN). The Government has appointed a Social Welfare Administering Body (BPJS) to manage this program, with the aim by end of Year 2019 all Indonesian citizens without exception will have health insurance (Indonesia Health Coverage). In the face of health care reform in Indonesia, hospitals will have to take necessary steps to accommodate the reform. For private hospitals such as Royal Taruma Hospital this change is not easy. Initial retrospective (fee for service) payment system will be changed to be prospective payment system (out of pocket / INA CBGs package). This required changing the mindset and behavior of every member within the organization. In addition, careful preparatory planning is required to participate in the JKN program. The purpose of this research is to analyze the preparedness of Royal Taruma Hospital in implementing JKN program. This type of research is Operational Research with qualitative approach by analyzing preparedness of resources owned by Royal Taruma Hospital in accordance with credential requirement requested by BPJS as well as looking at management process starting from planning, organizing, implementation of readiness, supervision and socialization. Almost all the requirements criteria requested by BPJS include administration, human resources, facilities, systems and procedures, have been met by Royal Taruma Hospital but still improvement in the management process is needed so that the resources that have been owned can be used effectively, and in the end Royal Taruma Hospital is ready to implement the JKN Program. Key: National Health Insurance, Credentials BPJS, Management Process, Hospital
Read More
B-1874
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive