Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31367 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yuli Subiakto; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Nurhayati A. Prihartono, Mohamad Sadikin; Penguji: Purwantyastuti, Sabarinah B. Prasetya, Meily Kurniawidjaja, Carmen M. Siagian, Wawan Mulyawan
Abstrak: Dengan Vitamin E 200 mg Terhadap Penurunan Stres Oksidatif Dan Peningkatan Antioksidan Pada Teknisi Awaak Pesawat Terbang Militer. Stres oksidatif merupakan kondisi patologis tubuh yang disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara oksidan dengan antioksidan tubuh, yang menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel secara dini. Radikal bebas akan berikatan bahan penyusun sel meliputi lemak, protein dan DNA akibatnya sel mengalami kerusakan, sehingga sel tidak dapat beregenerasi yang berdampak timbulnya penyakit degeneratif. Teknisi awak pesawat terbang militer sebagai personel khusus dalam melakukan pekerjaan bersinggungan langsung dengan bahan-bahan oksidan, sehingga berisiko tinggi mengalami stres oksidatif. Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan non enzim dari luar luar tubuh yang memiliki peran menghambat stres oksidatif, sehingga stres oksidatif tidak terjadi. Desain penelitian studi eksperimental dengan intervensi (intervention study) dengan randomized double blind controled trial. Besar sampel 206 orang terbagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi besar sampel 103 orang diberikan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dan kelompok kontrol besar sampel 103 orang diberikan placebo selama 40 hari tanpa putus. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pola dan jumlah konsumsi vitamin C, vitamin E dan nutrien makanan, yang diperoleh dari food frequecy questionnaire (FFQ) dan 24 jam recall, pemeriksaan stres oksidatif berdasarkan pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) dan antioksidan berdasarkan pemeriksaan kadar glutathione (GSH) dalam serum darah pada pre dan post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan stres oksidatif pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara bermakna dengan p value 0,04 dengan besar efek - 0,089 nmol/mL, selang kepercayaan 95% (-0,17875 – 0,00095). Tidak terjadi peningkatan antioksidan pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara tidak bermakna dengan p value 0,81 dengan besar efek -0,019 ug/mL, selang kepercayaan 95% (-0,140 – 0,180). Kata kunci : Suplemen Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, Stres Oksidatif, Antioksidan, Teknisi Awak Pesawat Terbang Milite
 

500 mg with Vitamin E 200 mg to Decrease Oxidative Stress and Increase Antioxidant on Technician Crew Military Aircraft. Oxidative stress is pathological condition body that is caused by imbalance between oxidants with antioxidants body, which produces free radicals that can lead cell damage early. Free radical will bind building blocks cell covering of fat, protein and DNA will result damage cell, so cell can not regenerate that affect onset of degenerative diseases. Technicians crew military aircraft as specialized personnel with activity job direct contact with material oxidant, thus high risk of oxidative stress. Vitamin C and vitamin E are antioxidant enzyme exogen outside body which has role inhibiting oxidative stress, so oxidative stress does not occur. The design study experimental studies with intervention randomized double blind controled trial. Sample size 206 people divided into two groups are intervention group with sample size 103 people are given supplements combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg and control group with sample size 103 people are given placebo for 40 days without break. Data collected include are characteristics of respondent, pattern and amount of consumption of vitamin C, vitamin E and nutrient food, derived from food frequecy questionnaire (FFQ) and 24-hour recall, examination of oxidative stress by checking levels malondialdehyde (MDA) and examination of antioxidant by checking levels glutathione (GSH) in blood serum in pre and post intervention. The results showed decrease oxidative stress in group intervention who are received suplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are significant with p value 0.04 with effects size -0.089 nmol/mL, confidence interval 95 % (-0.17875 - 0.00095). No increase antioxidants in group intervention who are received supplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are not significant with p value 0.81 with effects size -0.019 ug/mL, 95% confidence interval ( -0.140 - 0.180).
Read More
D-350
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Achmad Zaki; Promotor: Sudarto Rono admojo; Kopromotor: Ratna Djuwita, Nurhayati A Prihartono; Penguji: Sabarinah Prasetyo, Andri MT Lubis, Rimbawan, Agus Hadi Rahiman
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Saat ini terdapat perbaikan Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Indonesia dan penambahan populasi penduduk lanjut usia. Pada tahun 2017, AHH mencapai 71,06 tahun, dan jumlah lansia 23,4 juta orang (8,97% dari seluruh penduduk Indonesia). Hal ini berisiko meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Osteoartritis (OA) adalah penyakit yang sering dikaitkan dengan kondisi degeneratif dan mengakibatkan ketidakaktifan fisik. Pada Riskesdas 2013, penyakit Artritis berada di urutan kedua penyakit terbanyak diderita lansia dengan prevalensi 45% (55-64 tahun), 51,9% (65-74 tahun) dan 54,8% (usia >75 tahun). Pengobatan simtomatik dengan OAINS yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek samping yang fatal. Terdapat berbagai faktor risiko berkembangnya OA lutut, di antaranya konsentrasi serum Vitamin D (25(OH)D. Proporsi perempuan lansia dengan defisiensi 25(OH)D pada penelitian di Jakarta dan Bekasi mencapai 35,1%. Terdapat hubungan antara kadar Vitamin D (25(OH)D) yang rendah dengan nyeri lutut dan perubahan kartilago sendi lutut pada OA. Serum Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) merupakan produk degradasi penting dari kartilago sendi dan dapat menjadi marker diagnosis untuk OA lutut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu terhadap derajat nyeri berdasarkan indikator WOMAC, dan kondisi obyektif kartilago sendi dengan perubahan marker serum COMP pada penderita OA lutut lansia. Disain penelitian uji klinis teracak, tersamar ganda, dan terkontrol plasebo. Subyek dengan OA lutut simtomatis direkruit secara consecutive sampling dan dilakukan anamnesis, diperiksa kondisi fisik, radiologi lutut, kadar serum Vitamin D (25(OH)D), serum Calcium dan marker COMP. Subyek dialokasikan secara acak (random allocation) pada kelompok perlakuan yang diberikan suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) atau kelompok kontrol yang diberikan plasebo. Populasi sumber xviii Universitas Indonesia pada penelitian ini ialah pasien OA lutut lanjut usia yang berobat ke KPKM FKIK UIN Jakarta. Dari hasil pemeriksaan konsentrasi serum Vitamin D 25(OH)D sebelum dilakukan intervensi, 53,4% responden mengalami insufisiensi dan 12,3% responden mengalami defisiensi Vitamin D. Pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu, mempengaruhi penurunan derajat nyeri berdasarkan indikator WOMAC pada penderita OA lutut lansia yang bermakna secara statistik dengan perbedaan perubahan skor pra dan pascaintervensi pada kelompok intervensi dibanding kontrol sebesar 2,174 (p=0,00). Pemberian suplemen Vitamin D (Alphacalcidol) selama 12 minggu, mempengaruhi penurunan konsentrasi serum COMP pada penderita OA lutut lansia, dengan perbedaan perubahan skor pra dan pascaintervensi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol sebesar 38,15 ng/ml namun tidak bermakna secara statistik (p=0,39)
 

ABSTRACT
 
 
At present there are improvements in the Life Expectancy (AHH) of the Indonesian population and the addition of the elderly population. In 2017, AHH reached 71.06 yo and the number of elderly people reached 23.4 million people (8.97% of the total population of Indonesia). This has the potential to increase degenerative diseases. Osteoarthritis (OA) is a disease that is often associated with degenerative conditions and physical inactivity. Riskesdas in 2013 stated that Arthritis was the second most common disease suffered by the elderly with a prevalence of 45% (55-64 yo), 51.9% (65-74 yo) and 54.8% (>75 yo). Symptomatic treatment with prolonged NSAIDs can cause fatal side effects. There are various risk factors for developing knee OA, including serum Vitamin D (25(OH)D) concentrations. The proportion of elderly women with 25(OH)D deficiency in studies in Jakarta and Bekasi reaches 35.1%. It has been found an association between low Vitamin D levels (25(OH)D) with knee pain in OA and changes in the knee joint cartilage. Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) is an important degradation product of joint cartilage and can be act as a diagnostic marker of knee OA. This study aims to determine the effect of Vitamin D supplementation (Alphacalcidol) for 12 weeks on the degree of pain based on WOMAC indicators, and the objective conditions of joint cartilage with changes in COMP serum markers in patients with knee OA in the elderly. The research design is a randomized, double-blind, and placebo-controlled clinical trials. Subjects with symptomatic knee OA will be recruited by consecutive sampling and continued with history taking, physical conditions examinatons, knee radiology, and blood test for serum vitamin D (25(OH)D), serum calcium and marker COMP. Subjects were then randomly allocated to the treatment group given Vitamin D supplements (Alphacalcidol) or the control group given a placebo. The source population in this study was elderly with knee OA patients xx Universitas Indonesia who went to Primary Health Care Clinic (KPKM) of FKIK UIN Jakarta. We found that before intervention was done, 53.4% of respondents had Vitamin D insufficiency and 12.3% of respondents had Vitamin D deficiency. The administration of Vitamin D supplements (Alphacalcidol) for 12 weeks, influenced the decrease in the degree of pain based on the WOMAC indicator in knee OA of elderly patients significantly, with differences in changes in pre and post intervention scores of 2.174 compare with control (p=0.00). The administration of Vitamin D supplements (Alphacalcidol) for 12 weeks, affected the decrease in the serum concentration of COMP in knee OA of elderly patients, with differences in changes in pre and post intervention scores in the intervention group compared to the control group of 38.15 ng/ml but not statistically significant (p=0.39).
Read More
D-401
Depok : FKM-UI, 2019
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erni Yusnita Lalusu; Promotor: Ratna Djuwita Hatma; Kopromotor: Mondastri Korib Sudaryo, Dwiana Ocviyanti; Penguji: Pradana Soewondo, Endang L. Achadi, Besral; Rimbawan, Anang S. Otoluwa
Abstrak:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah selama kehamilan diantara ibu hamil yang diberikan suplemen MGM sejak periode prakonsepsi (Grup 1.), yang diberikan suplemen MGM sejak awal kehamilan (Grup 2.), dan yang diberikan Fe+Folat sejak awal kehamilan (Grup 3.) setelah mengendalikan berbagai kovariat. Metode: Ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan non-randomize community trial with pre and post-test control group design, yang melibatkan 25 orang pada grup 1, 41 orang pada grup 2, dan 37 orang ibu hamil pada grup 3. Kadar glukosa darah diperiksa pada baseline studi, minggu ke-12, 24, dan 28 kehamilan. Pengukuran dan pengambilan data menggunakan instrument terstandar. Pengukuran dan analisis glukosa darah dilakukan di laboratorium dengan metode terstandar. Analisis multivariat menggunakan Regresi Linear Generalized Estimated Equation (GEE). Hasil penelitian: Pada minggu ke-24 kehamilan antara grup 1 dan grup 3 menunjukkan perbedaan rerata kadar glukosa darah yang signifikan (p<0.001). Demikian pula antara grup 2 dan grup 3 (p<0.001). Grup 1 dan 2 lebih rendah (87 (53-111) mg/dl dan 86 (65-110) mg/dl) dibandingkan dengan grup 3 yaitu 115 (68-204) mg/dl. Pada minggu ke-28 juga menunjukkan perbedaan (p<0.001). Rerata kadar glukosa darah grup 1 = 91(53-141) mg/dl, grup 2 = 93 (62-146) dan grup 3 = 137 (74-244) mg/dl. Analisis multivariat menunjukkan pada minggu ke-24 rerata GDS ibu hamil pada grup 3 lebih tinggi 26 mg/dl dari grup 1 (p<0.001). Demikian pula pada minggu ke-28, rerata glukosa darah grup 3 lebih tinggi 48mg/dl dibandingkan grup 1 (p<0.001). Sedangkan antara grup 2 dan grup 1 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan baik pada minggu ke-24 (p=0.891) maupun pada minggu ke-28 (p=0.762). Pemberian suplemen MGM sejak periode prakonsepsi maupun sejak awal kehamilan menunjukkan kadar glukosa darah yang lebih rendah dibandingkan pada pemberian Fe+folat. Namun demikian, antara pemberian MGM sejak prakonsepsi dengan pemberian sejak awal kehamilan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kadar glukosa darah. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk memperkuat bukti temuan ini dengan menggunakan parameter yang lebih spesifik dan menerapkan prosedur randomisasi.

This study was conducted to determine the difference in Blood Glucose Level (BGL) during pregnancy between pregnant women who were given MMS since the preconception period (Group 1.), given MMS since early pregnancy (Group 2.), and those who were given iron-folic acid (IFA). early in pregnancy (Group 3.) after controlling for various covariates. This is a quasi-experimental study with a non-randomized community trial with a pre and post-test control group design, involving 25 people in group 1, 41 people in group 2, and 37 people in group 3. BGLs The examination is carried out at the 12th, 24th, and 28th weeks of pregnancy. Measurement and data collection using standardized instruments. BGL measurements and analyzes were performed in a standardized laboratory. Multivariate analysis using Generalized Estimated Equation Linear Regression (GEE). Results: At the 24th week of gestation, group 1 and group 3 showed a significant difference in the mean of BGL (p<0.001). Similarly, between group 2 and group 3 (p<0.001). Groups 1 and 2 were lower (87 (53-111) mg/dl and 86 (65-110) mg/dl) compared to group 3 at 115 (68-204) mg/dl. 28th Week also showed a difference (p<0.001). The mean blood glucose levels in group 1 = 91(53-141) mg/dl, group 2 = 93 (62-146) and group 3 = 137 (74-244) mg/dl. Multivariate analysis showed that at the 24th week the mean BGL of pregnant women in group 3 was 26 mg/dl higher than in group 1 (p<0.001). Similarly, at the 28th week, the mean BGL of group 3 was 48mg/dl higher than group 1 (p<0.001). Meanwhile, there was no significant difference between group 2 and group 1 at week 24 (p=0.891) or at week 28 (p=0.762). The administration of MMS supplements since the preconception period and since the beginning of pregnancy showed lower blood glucose levels than the administration of IFA. However, the administration of MMS since preconception and early pregnancy did not show a significant difference in blood glucose levels. Further research is needed to strengthen the evidence of these findings by using more specific parameters and applying randomization procedures.
Read More
D-469
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Setiati; Promotor: Bambang Sutrisna; Ko-promotor: Supartondo, Harry Isbagio; Penguji: Aziz Rani, Wiguno Prodjosudjadi, Ratna Djuwita, Syahrizal Syarif, Maryantoro Oemardi
D-208
Depok : FKM-UI, 2006
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Budi Haryanto; Promotor: Bambang Sutrisna; Ko-Promotor: I Made Djaja; Penguji: Budi Utomo, Julie Soemirat, Johanna S.P Rumawas, Ratna Djuwita, Sumengen Sutomo
D-221
Depok : FKM-UI, 2008
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Moechherdiyantiningsih; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah
T-774
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Gina Faziah; Pembimbing: Lukman Hakim Tarigan; Penguji: Dewi Susana, Togi Asman Sinaga, H.R.A Sofyan, Ririn Arminsih Wulandari
Abstrak:

Pestisida banyak memberi andil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat pestisida digunakan untuk mengendalikan vektor penyakit menular sehingga dapat menurunkan prevalensi penyakit seperti: malaria, demam berdarah, pes dan sebagainya. Namun dengan sifatnya sebagai racun biosid, efek pestisida tidak saja berlaku bagi hama yang menjadi target sasarannya, tapi juga memberikan dampak negative terhadap mahluk hidup lainnya termasuk manusia.DKI Jakarta sebagai kota jasa memiliki 97 perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pest control dengan pekerjanya memiliki resiko keracunan kronik dengan paparan tinggi, ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan cholinesterase darah teknisi yang menunjukan telah terjadinya keracunan, dan pada tahun 2001 angka prevalensinya mencapai 8,2%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan atas pelindung diri dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi perusahaan pest control di DKI Jakarta pada tahun 2002. Ini merupakan penelitian observasional dengan metoda case control. Responden dalam penelitian ini adalah teknisi pada perusahaan pest control yang memiliki aktifitas cholinesterase tidak normal (2,3) dari hasil pemeriksaan pada tahun 2001 sebagai kasus dan teknisi dengan hasil pemeriksaan aktifitas cholinesterase normal sebagai kontrol pada perusahaan yang sama dengan kasus bekerja dengan perbandingan 1:2 (40 kasus dan 80 kontrol). Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan analisis inultivariate logistic regression.Hasil uji analisis logistik diketahui ada hubungan yang signifikan antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi pest control di DKI Jakarta dengan OR 2,995 ( CI 95%: 1,303-6,886) yang berani risiko teknisi dengan aktifitas cholinesterase tidak normal 2,995 kali terjadi pada teknisi yang tidak menggunakan APD lengkap dibanding teknisi dengan cholinesterase normal setelah dikontrol oleh variable lain yaitu perilaku dan makan, minum dan atau merokok selama bekerja.Disimpulkan bahwa penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi pest control, dan untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan masalah ini yaitu dengan memberikan perhatian dan penekanan pada penggunaan APD yang tidak lengkap, dan melakukan upaya-upaya yang berkaitan diantaranya peningkatan pengetahuan dan kesadaran pada teknisi dan melakukan pengawasan terhadap penggunaannya serta melakukan pembinaan bagi perusahaan agar menyediakan APD secara lengkap dan sesuai persyaratan.Daftar bacaan : 53 (1983 - 2002)


 

The Influence of Ppe Using with Cholinesterase Activity on the Technicians of Pest Control Relation Company in DKI Jakarta, 2002Pesticide gives many roles in community welfare. Within public Health field, pesticide is used to control infected diseases so it can reduce disease infection such as: malaria, DBD, pest, and etc. However, with poisoning property as biosid, pesticide effects acts not only to the plant disease as a target but to other creatures as well including human being.Jakarta as a service city has 97 company which running service of pest control field where the employees has the risk against chronic poisoning with high exposure. It can be seen from cholinesterase blood examination of the technicians which showed the poisoning has occurred. And in the year of 2001, the prevalence reaches 8,2%.The research purpose to find out the influences of PPE using (Personnel Protective Equipment) with cholinesterase activity on technicians of pest control Company in DKI Jakarta , 2002. This is Observational research, with case control method. The respondents are the technicians of pest control company having abnormal cholinesterase activity obtained from examination result in 2001 as the case , while examination result of technicians with normal cholinesterase activity as the control in the same company with comparison of occupational case 1:2 (40 cases and 80 controls). Data analysis used chi square test and regression logistic multivariate analysis.Logistic analysis test showed that there is significant relation between using of PPE with the cholinesterase activity on the technicians of pest control company in DKI Jakarta with OR 2,995 (CI 95%; 1,303 -- 6,886), it means that technicians risk against abnormal cholinesterase activity is 2,995 times occurs to the technicians without using completed PPE compared to technicians with normal cholinesterase, and controlled by another variabeles, that is practice and habitual of eat, drink and smoking usually working.It is concluded that PPE using has significant relation to the cholinesterase activity on the technicians of pest control company. Prevention and protection is conducted by giving attention for the inappropriate PPE , and by applying some related efforts such as increasing knowledge, technicians awareness, and monitoring to the PPE, and developing company as well by serving appropriate PPE.References : 53 (1983-2002)

Read More
T-1440
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Harist Syahirul A'en; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Trisari Anggondowati, Ika Permatasari
Abstrak:
Latar belakang: Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia mencapai 32%. Jawa Barat memiliki prevalensi anemia yang tinggi mencapai 41.93%. Prevalensi anemia di Purwakarta bahkan mencapai 51%. Hal ini menunjukkan anemia masih menjadi permasalahan gizi, khususnya pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi berbasis game Nutrition Impact terhadap perubahan perilaku terkait anemia pada remaja sekolah menengah pertama di Purwakarta tahun 2023. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan metode kuantitatif menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 130 responden. Hasil: Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata pada kedua kelompok penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Artinya tidak ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok penelitian. Terjadi perubahan pola makan ditinjau dari jumlah responden yang mengonsumsi bahan makanan tertentu dan asupan zat gizi, seperti protein, zat besi, dan vitamin C. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi untuk bahan makanan inhibitor zat besi. Artinya ada sedikit perbedaan perubahan pola makan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Pada kelompok kontrol, terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Selain itu, pada kelompok kontrol juga didapatkan hubungan antara dukungan guru dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test. Kesimpulan: Intervensi menggunakan game digital memberikan pengaruh positif dalam mengubah perilaku terkait anemia pada remaja (peningkatan pengetahuan dan perubahan pola makan).

Background: Anemia is still a public health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in adolescents in Indonesia reaches 32%. West Java has a high prevalence of anemia reaching 41.93%. The prevalence of anemia in Purwakarta even reaches 51%. This shows anemia is still a nutritional problem, especially in adolescents. Objective: This study aims to determine the effect of providing nutritional messages based on the Nutrition Impact game on behavior changes related to anemia in junior high school adolescents in Purwakarta in 2023. Methods: The method used in this research is quasi-experimental with quantitative methods using primary data collected from 130 respondents. Results: There was an increase in the average value of knowledge which is higher in the intervention group than in the control group. The average increase in the two study groups showed a statistically significant difference. This means there is no difference in knowledge between the two research groups. There was a change in eating patterns regarding the number of respondents who consumed certain food ingredients and their intake of nutrients, such as protein, iron, and vitamin C. There was a significant difference in the intervention group for iron inhibitor foods. This means there is little difference in changes in eating patterns between the intervention group and the control group. In the intervention group, there was a relationship between gender and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and post-test. In the control group, there is a relationship between the father's occupation and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and post-test. In addition, the control group also found a relationship between teacher support and knowledge scores during the pre-test. Conclusion: Interventions using digital games have a positive effect on changing anemia-related behavior in adolescents (increasing knowledge and changing eating patterns).
Read More
S-11255
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fiolia Natazia Senduk; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Dwi Gayatri, Elisa Taurisia
Abstrak:
Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan kumpulan gejala akibat penggunaan layar perangkat digital secara berlebihan dan berdampak negative pada produktivitas dan kualitas hidup. salah satu upaya menangani CVS dengan modifikasi konsumsi makanan. Namun, penelitian mengenai asosiasi antara asupan Vitamin dan Omega-3 terhadap CVS masih terbatas, terutama pada kelompok mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan desain cross-sectional. Populasi studi adalah seluruh mahasiswa jenjang S1, S2,dan S3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Peneliti mengirimkan kuesioner melalui surat elektronik kepada 960 calon responden dan sebanyak 265 mahasiswa yang bersedia menjadi responden (tingkat partisipasi=27,6%). Analisis multivariat menggunakan teknik Cox Regression. Mayoritas responden mengalami gejala CVS (78,1%) dan memiliki asupan vitamin A dan Omega-3 yang kurang (93,6% untuk vitamin A dan 96,2% untuk Omega-3). Tidak ditemukan adanya asosiasi vitamin A dengan CVS, namun terdapat perbedaan risiko CVS berdasarkan tingkat konsumsi Omega-3 walaupun tidak bermakna secara statistik. Mahasiswa yang kurang asupan Omega-3 memiliki risiko 1,2 kali untuk mengalami CVS dibandingkan yang cukup asupan Omega-3, setelah dikontrol oleh kovariat. Efek gabungan antara vitamin A dan Omega-3 tidak ditemukan dalam penelitian ini. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran baik untuk mahasiswa mengenai pentingnya pola asupan gizi yang baik seperti vitamin A dan Omega-3.

Computer Vision Syndrome (CVS) is a group of symptoms due to excessive use of digital device screens and has a negative impact on productivity and quality of life. One effort to deal with CVS is by modifying food consumption. However, research on the association between Vitamin and Omega-3 intake and CVS is still limited, especially in student groups. This study is a quantitative study using a cross-sectional design. The study population was all undergraduate, postgraduate, and doctoral students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia (FKM UI). Researchers sent questionnaires via electronic mail to 960 prospective respondents and 265 students who were willing to be respondents (participation rate = 27.6%). Multivariate analysis used the Cox Regression technique. The majority of respondents experienced CVS symptoms (78.1%) and had low intake of vitamin A and Omega-3 (93.6% for vitamin A and 96.2% for Omega-3). No association of vitamin A with CVS was found, but there was a difference in the risk of CVS based on the level of Omega-3 consumption although it was not statistically significant. Students with insufficient Omega-3 intake had a 1.2 times greater risk of experiencing CVS compared to those with sufficient Omega-3 intake, after being controlled for covariates. The combined effect of vitamin A and Omega-3 was not found in this study. It is hoped that the results of this study can be a good lesson for students regarding the importance of good nutritional intake patterns such as vitamin A and Omega-3. Computer Vision Syndrome (CVS) is a collection of symptoms due to excessive use of digital device screens and has a negative impact on productivity and quality of life. 
 
Read More
T-7451
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
RM Tjahja Nurrobi; Promotor: Sudarto Ronoatmodjo; Kopromotor: Mondastri Korib Sudaryo, Besral; Penguji: Hadi Pratomo, Ratna Djuwita, Syahrizal Syarif, Syamsul Maarif, Wawan Mulyawan
Abstrak: DKI Jakarta menempati peringkat pertama jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, dengan 416.747 kasus kumulatif (15 kasus per 10.000 penduduk) dan 6.866 kematian kumulatif (CFR 1,64% atau 16 kematian per 1.000 kasus COVID-19) per tanggal 15 Mei 2021. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas COVID-19 ini disebabkan oleh faktor pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap COVID-19 yang rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tersebut adalah dengan pelatihan. Dan pelatihan yang dianggap efektif pada masa pandemi COVID-19 ini adalah dengan menggunakan metode pelatihan e-learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan metode e-learning terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku kesiapsiagaan bencana pandemi COVID-19 level individu, keluarga dan komunitas pada kader Dasa Wisma di DKI Jakarta. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah Mixed Method. Pada pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan desain Interventional Pre Post Study pada 505 sampel kader Dasa Wisma dari 20 kelurahan di DKI Jakarta yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok intervensi mendapatkan pemberian e-modul dan pemaparan modul secara virtual. Sedangkan kelompok kontrol hanya pemberian e-modul saja. Kedua kelompok dibandingkan nilai pre-tes serta post-tes pada minggu ke 2 dan ke 4. Sementara studi kualitatif digunakan sebagai formative research serta untuk menganalisis kendala pada saat pelatihan dengan metode FGD, Wawancara Mendalam dan observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 1 bulan follow up, bila dibandingkan antara sebelum dan sesudah pelatihan, maka pelatihan metode e-learning baik yang tanpa pemaparan maupun yang dengan pemaparan e-modul kesiapsiagaan bencana pandemi COVID-19 pada umumnya dapat meningkatkan secara bermakna semua variabel kecuali variabel komunitas (COM) dan kebijakan (POL). Sedangkan bila dibandingkan antara kelompok kontrol dan intervensi, maka pelatihan metode elearning dengan pemaparan dapat meningkatkan secara bermakna variabel kesiapsiagaan individu (INCOV), kesiapsiagaan keluarga (FAMCOV), pengetahuan individu (KIN), pengetahuan keluarga (KFAM), perilaku individu (PIN), perilaku keluarga (PFAM) dan perilaku organisasi (PORG). Namun tidak berpengaruh bermakna pada variabel kesiapsiagaan komunitas (COMCOV), sikap individu (AIN), sikap keluarga (AFAM), komunitas (COM) dan kebijakan (POL)
Read More
D-458
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive