Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36501 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Joyce Margriet Tibuludji; Pembimbing: Ronnie Rivany; Penguji: Mardiati Nadjib, Wachyu Sulistiadi, Nurbaiti, Iman Dahlan
Abstrak:

Alokasi pembiayaan kesehatan di Indonesia termasuk kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Keadaan ini diperberat lagi dengan adanya krisis ekonomi berkepanjangan yang menyebabkan makin tingginya beban pemerintah. Hal ini mendorong upaya mobilisasi dana masyarakat dan swasta terutama melalui sistem asuransi kesehatan dalam upaya pengendalian biaya kesehatan.PT. ASKES Indonesia sebagai salah satu pelaku dalam jasa perasuransian di Indonesia saat ini tidak lagi hanya menyediakan paket layanan bagi PNS, pensiunan ABRI beserta keluarga, namun juga bagi karyawan BUMN dan Swasta.Penelitian ini merupakan survei analitik dengan desain cross sectional yang mencoba menggambarkan dan menganalisa faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan demand perusahaan terhadap asuransi kesehatan komersial PT. ASKES Indonesia di Wilayah Jakarta Pusat tahun 200l yang diasumsikan dapat diwakili oleh pengambil keputusan dalam perusahaan. Dari 32 perusahaan yang menjadi target pemasaran PT. ASKES pada tahun 2001, sebanyak 7 perusahaan (21.9%) ada demand atau membeli produk yang ditawarkan sedangkan 25 perusahaan (78.1%) tidak ada demand atau tidak membeli produk yang ditawarkan.Adapun faktor-faktor yang secara statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan demand pengambil keputusan perusahaan terhadap asuransi kesehatan komersial PT. ASKES yaitu paket jaminan, pelayanan dan karakteristik perusahaan. Dan uji multivariat diperoleh variabel paket jaminan sebagai variabel yang paling dominan berhubungan dengan demand pengambil keputusan perusahaan terhadap asuransi kesehatan yang ditawarkan PT. ASKES pada tahun 2001.Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas sehingga disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis menggunakan variabel bebas lain untuk dapat menghasilkan model demand kelompok terhadap asuransi kesehatan yang lebih mendekati kesempurnaan.


 

Fund allocation for health sector in Indonesia is relatively low compared to other countries in Asia region. This condition even worse due to the long economic crisis whereby government's burden more multifaceted. This situation has also encouraged mobilizing public and private funds especially through health insurance's system as well as control the health expenditure.PT. ASKES Indonesia as a player in insurance services in Indonesia provides not only benefit package for the government employee, retired armies and their family, but also for BUMN and private company employees.This research is an analytical survey with cross sectional design aimed to describe and to analyze the factors related to demand for commercial health insurance from PT. ASKES Indonesia, using unit analysis company's decision makers in Central Jakarta.Out of 32 companies that become marketing's target of PT. ASKES in year 2001, 7 company's decision makers (21.9%) demanded or they bought the product offered, whereas 25 decision makers (78.1%) have no demand or they didn't buy the product.The result of statistical analysis showed that the company's characteristics, services and benefit are the independent variables that have significant relation with demand for health insurance. From multivariate analysis, benefit package is the most dominant factor in relation to the demand of health insurance offered by PT. ASKES in year 2001.Variables used in this research are still limited; it is suggested for the other researchers to perform such research using other independent variable to answer what are other factors that may influence demand for health insurance package.

Read More
T-1286
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Laura Mayanda; Pembimbing: Ascobat Gani; Penguji: Pujiyanto, Ahmad Husni Basuni, Hasanuddin, Dono Widiyatmoko
Abstrak: Rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan mum yang baik dan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Untuk dapat memenuhi usaha di atas rumah sakit harus berkembang dan memenuhi kemajuan teknologi kedokteran yang ada.
 
 
Mengingat bahwa bidang usaha perumahsakitan yang kompleks, dinamis, padat teknologi, padat modal dan padat karya, multidisiplin serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah, maka manajemennya juga sangat kompleks. Salah satu komponen manajemennya adalah manajemen keuangan rumah sakit, yang apabila dikelola dengan baik akan menunjang dalam pengembangan rumah sakit, dimana sasaran pokoknya adalah peningkatan pendapatan fungsional rumah sakit agar biaya operasional dan investasi dapat ditutupi (Cost recovery).
 
 
Dalam manajemen keuangan rumah sakit yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pengelolaan piutang pasien (Patient account receivable). Dengan pengelolaan piutang yang baik diharapkan terjadi pembayaran yang penuh terhadap semua pelayanan yang diberikan rumah sakit. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang terpenting dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pasar Rebo dari bulan Mei sampai dengan Juni 2002, bertujuan untuk mendapatkan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas manajemen sistem piutang di RSUD Pasar Rebo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah research operasional untuk menganalisis sitem penagihan piutang yang mempengaruhi keberhasilan penagihan piutang. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara mendalam.
 
 
Dari data keuangan RSUD Pasar Rebo didapat bahwa piutang pasien rawat inap terjadi setiap tahunnya sebesat 0,6 % dari total pendapatan. Piutang ini berasal dari pasien yang bayar sendiri. Pasien jaminan perusahaan dan ASKES tidak mempunyai piutang. Tetapi bila dibandingkan dengan pendapatan rawat inap piutang tersebut telah mencapai 2,5 % pada tahun 2001. Dari piutang ini yang dapat ditagih hanya sebesar 5-10 %, sisanya menjadi piutang yang tak tertagih yang secara terus menerus akan membebani keuangan rumah sakit. Dan juga mengingat perkembangan RSUD Pasar Rebo ke depan yang akan menjadi BUMD, maka perlu dilihat kembali bagaimana sistem manajemen piutang yang berlaku di rumah sakit Pasar Rebo.
 
 
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
 
1.Piutang yang terjadi dibandingkan dengan biaya operasional rumah sakit sebesar 0,68 % pada tahun 2000 dan 0,64 % pada tahun 2001.
 
2.Sistem deposit hanya untuk pasien jaminan perusahaan
 
3.Sistem pemulangan pasien telah melewati prosedur medis dan administrasi
 
4.Tidak tegasnya petugas dalam menarik uang muka perawatan.
 
5.Tidak adanya bagian pra penerimaan dan penerimaan yang khusus menangani pasien rawat inap. Kegiatan ini dipegang oleh bagian informasi (front office).
 
6.Tidak ditemukannya beberapa standard operating proceduer dari masing-masing tahapan piutang.
 
7.Pemberitahuan jumlah tagihan pasien telah dilakukan secara periodik setiap 3 hari.
 
8.Banyaknya tugas rangkap pada petugas yang bersifat pelayanan maupun penerimaan piutang.
 
9.Kurangnya usaha rumah sakit untuk menagih piutang yang ada pada pasien.
 
10.Penutupan piutang pasien berdasarkan peraturan Pemerintah Provinsi DKI.
 
 
Saran yang diberikan adalah:
 
1.Perlunya sosialisasi uang muka pada masyarakat
 
2.Perlunya ketegasan petugas dalam menarik uang muka
 
3.Melengkapi/membuat semua SOP pada setiap pelaksanaan tahapan piutang sebagai landasan petugas bekerja.
 
4.Mengoptimalkan fungsi penerimaan pasien
 
5.Pengadaan tim verifikator alamat.
 
6.Memisahkan fungsi pelayanan dan penerimaan keuangan
 
7.Perlunya mekanisme kontrol antara pemberi jasa dan penerima keuangan.
 
8.Pengadaan kasir 24 jam
 
9.Peningkatan keaktifan rumah sakit dalam menagih piutang.
 
10.Membentuk tim khusus untuk menagih piutang dan pemberian reward pada petugas yang berhasil menagih piutang.
 

Analysis of Accounts Payable Management System of Pasar Rebo District Hospital's In-Patient Department in the Year 2001Hospital is one of health services that are required to provide good quality of services within affordable price for the society. A hospital is an enterprise with characteristics of dynamic, technological based, large capital investment and requires a considerable amount of personnel, and multidiscipline. In addition, the enterprise is also highly interactive with its environment, which in result requires a highly complex management. Financial management is an essential component of hospital management and if it is properly managed will significantly contribute to the development of the hospital, with the specific focus on the effort to increase the functional income of the hospital. This increase will in turn recovers the operational and investment cost (cost recovery).
 
 
In the hospital financial management, the attention should be given to patient account receivable with specific target to fulfill all charged cost of health care services received by the patient. Account receivable is the most important factor in the balance sheet; therefore it should be granted the most attention of all in terms of the efficiency of projected.
 
 
This qualitative study used direct observation and in-depth interview on the success rate of the collection of account-receivable, in Pasar Reba Hospital during May - June 2002, with the design of the study is operational research in account collection's system analysis.
 
 
From RSUD Pasar Rebo's financial data, it recorded that account receivable frin in-patient patients is 0.6 % from total income or if calculated from the total in-patient income is 2.5 % in the year 2001. This account receivable are source from out of pocket patient, and then is no problem from in patient from coorporate company and ASKES, because all of the service give by hospital will pay after that. From this percentage, the success ratio of collection is around 5-10%, and the rest would become un-collected account receivable. With the intention on becoming State Enterprise, these issues should get more attention.
 
 
From the research's results:
 
1. Account receivable is compare with operational budget is more than 0,68 % at 2000 and 0,64 % at 2001.
 
2. Deposit system for corporate company patients
 
3. Discharge system patients has done medical and administrative procedure
 
4. Weak firmness of employee to receive down-payment for in-patient services
 
5. There no standard operating procedure (SOP) in each steps of account collection and no pre admission and admission department
 
6. Joint appointment in service area and financial area
 
7. Regularly informs account receivable patient
 
8. Little effort was conducted by the hospital to collect the account receivable.
 
 
As suggestion are:
 
1. There is a need to socialize down payment to all hospital customers and community.
 
2. Develop necessary SOP at each step of collection.
 
3. Optimalization admission department function.
 
4. Separate service functions and payment receiving to simplify control.
 
5. Develop a verificator patients address
 
6. Establish 24 hours cashier
 
7. Improve the hospital?s effort to collect account receivables.
 
8. Make a special team for collect account receivable and give reward to the team by hospital if they successfully collate the account receivable.
Read More
T-1335
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bagus Trihandoyo; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Hasbullah Thabrany, Mardiati Nadjib, Hendrianto Trisnowibowo, Wahyuni Prabayanti
Abstrak:

Tingkat pemulihan biaya pada unit-unit produksi di RSUD sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh masing masing tingkat pendapatannya. Diharapkan konsep subsidi silang dapat berjalan guna pemerataan pelayanan kesehatan.Penelitian ini merupakan penelitian kasus yang dilakukan di 2 RSUD di Propinsi Jawa Tengah (RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri). Pengumpulan data dilakukan dengan melihat data yang sudah ada hasil dari penelitian penulis pada tahun 2000, dan untuk data keuangan tahun 2001 menggunakan penyesuaian (adjustment) dengan indeks harga konsumen dari data biaya tahun 2000. Perhitungan biaya dilakukan dengan dengan 2 Cara yaitu secara full cost maupun secara direct cost.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan unit produksi yang tertinggi di RSUD Sragen pada tahun 2000 adalah rawat inap dan terendah elektro diagnostik, sedangkan tahun 2001 pendapatan tertinggi rawat inap dan terendah radiologi. Pada RSUD Wonogiri pada tahun 2000 pendapatan tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik, untuk tahun 2001 pendapatan tertinggi juga rawat inap dan terendah kamar operasi (OK).Biaya total unit produksi pada tahun 2000 berdasarkan perhitungan full cost di RSUD Sragen tertinggi rawat inap dan terendah adalah fisioterapi, untuk tahun 2001 biaya total unit produksi tertinggi juga rawat inap dan terendah fisioterapi.Sedangkan biaya total unit produksi tahun 2000 di RSUD Wonogiri yang tertinggi adalah rawat inap dan terendah adalah tindakan diagnotik, tahun 2001 tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik Jika perhitungan berdasarkan direct cost, biaya total unit produksi tahun 2000 di RSUD Wonogiri tertinggi rawat inap dan terendah elektro diagnostik, tahun 2001 tertinggi rawat inap dan terendah elektro diagnostik. RSUD Wonogiri tahun 2000 tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik, tahun 2001 tertinggi juga rawat inap terendah diagnostik CRR RSUD Sragen tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost, hanya satu unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Sragen sebesar 35.54% dan 27.81% jika dihitung direct cost ada lima unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Sragen sebesar 70.75% dan 54.31%. CRR RSUD Wonogiri tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost, ada dua unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Wonogiri sebesar 35.27% dan 29.95% jika dihitung direct cost ada di unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Wonogiri sebesar 56.98% dan 47.09%.Dan perhitungan SHU unit produksi tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost pads RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri, hampir tidak ada unit produksi mempunyai SHU positif sehingga tidak terjadi subsidi silang. Jika dihitung secara direct cost ada beberapa unit produksi yang mempunyai SHU positif, jadi masih terjadi subsidi silang antar unit produksi. Namun SHU total dari hasil retribusi di kedua RSUD tersebut masih teriihat negatif.Terlihat adanya perbedaan besaran subsidi silang antara kedua RSUD pada tahun 2000 dan 2001, dimana unit produksi yang CRR >100% (SHU positif) berbeda antara RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri. RSUD Sragen sebagian besar (5 unit produksi) yang mempunyai SHU positif, sedangkan di RSUD Wonogiri ada 2 unit produksi yang mempunyai SHU positif yaitu unit produksi laboratorium dan radiologi.


 

Analysis Of Cross-Subsidy for Production Unit at Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital, 2000-2001Cost Recovery Rate (CRR) for production unit at District Hospital are various influenced by each income level to expect establishing cross-subsidy concept for equity of health care service.This case research performed at 2 District Hospital in Central Java Province (Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital). The data is collected by observing available research result of writer in 2000 and the financial data collection 2001 by applies adjustment with Consumption Price Index (CPI) of budget 2000. There are 2 methods of cost calculation namely full cost and direct cost.The research result shows that the highest production unit income at Sragen District Hospital 2000 is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic; in 2001 the highest production unit income is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic. At Wonogiri District Hospital 2000 the highest production unit income is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic, in 2001 the highest also from hospital wards and the lowest operation room (OK).Full cost calculation defined that biggest total cost at production unit of year 2000 at Sragen District Hospital is hospital ward and the lowest is physiotherapy, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and physiotherapy. At Wonogiri District Hospital the biggest total cost at production unit of year 2000 is hospital ward and the lowest electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest are also from hospital ward and electro diagnostic. If calculation with direct cost the biggest and the lowest total cost at production unit at Sragen District Hospital in 2000 are hospital ward and electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and electro diagnostic. At Wonogiri District Hospital in 2000 the biggest is hospital ward and the lowest electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and electro diagnostic CRR at Sragen District Hospital in 2000 and 2001 full cost calculation define that only one production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Sragen District Hospital 35.54% and 27.81%, and direct cost calculation define that there are 5 production units having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Sragen District Hospital 7035% and 54.31%. CRR at Wonogiri District Hospital full cost calculation define that there are 2 units production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Wonogiri District Hospital 35.27% and 29.95%, and direct cost calculation define that there are 2 unit production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Wonogiri District Hospital 56.98% and 47.09%.Full cost calculation business yield remaining (SHU) of production unit at Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital in 2000 and 2001, production unit almost never have positive SHU more ever cross-subsidy was not establish there. Meanwhile direct cost calculation define that there are some units having positive S}JU where such cross-subsidy is establish among production units. However total SHU from total retribution of both District Hospital shows negative result.There is define difference cross-subsidy of both District Hospital of year 2000 and 2001, the production unit having CRR > 100% (positive SHU) between Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital was difference. Almost the production unit at Sragen District Hospital having positive SHU and only 2 production units at Wonogiri District Hospital having positive SHU there are Iaboratory and radiology.Reference: 24 (1980 - 2001)

Read More
T-1345
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agoes Samsi M; Pembimbing: Prastuti Chusnun Soewondo; Penguji: Mardiati Nadjib, Dono Widiatmoko, Ahmad Husni, Mardiana B. Kaswan
Abstrak:

Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan selama kurun waktu 1995-2000 terjadi penurunanjumlah rumah sakit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari 73 buah dengan 7246 tempat tidur di tahun 1995 menjadi 68 buah dengan 6888 tempat tidur di tahun 2000. Atau terjadi penurunanjumlah rumah sakit sebesar 6,9% dan tempat tidur sebesar 4,95%. Hal ini disebabkan kecenderungan BUMN melepaskan atau memisahkan rumah sakit miliknya dari organisasi induk, sebagai dampak proses restrukturisasi. 'PT KX' (Persero) suatu BUMN yang bergerak di bidang industri manufaktur, pada tahun 1996 melakukan restrukturisasi dengan memisahkan unit-unit penunjang yang tidak terkait langsung dengan kegiatan core business. Salah satunya adalah Rumah Sakit 'KX' yang dipisahkan dari organisasi induk 'PT-KX' menjadi badan usaha mandiri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi kemandirian 'RS KX' sebagai salah satu RS- BUMN yang dipisahkan dari perusahaan induk, dengan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian rumah sakit. Penelitian merupakan studi kasus dengan melakukan analisis aspek administratif berupa kinerja dan kegiatan 'RS KX' selama periode waktu 1996 - 2000, dilengkapi informasi dari narasumber kunci atau key informer dan bahan pendukung lainnya. Hasil penelitian menunjukkan secara umum rumah sakit memiliki potensi yang mendukung kemandirian dalam mempertahankan kelangsungannya (sustainability). Kinerja aspek keuangan 'RS KX' selama periode 1996- 2000 memperlihatkan kecenderungan mengarah kepada kondisi yang lebih baik. Peningkatan pendapatan tahun 1998 sebesar 49,8%, 1999 sebesar 13% dan 32,4% di tahun 2000; demikian pula laba setelah pajak I h..A.T meningkat masing-masing 86% ( 1998) dan 63, 7% (2000), semen tara di tahun 1999 menurun 37% dibanding tahun sebelumnya.

Read More
T-1519
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Theresia Gita Kartika; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Kurnia Sari, Nani Iriyanti
S-6885
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nisfarwati Volini; Pembimbing: Amal C. Sjaaf, Ede Surya Darmawan
T-2037
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1872
Depok : FKM-UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive