Ditemukan 28636 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Sebagai bagian integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial maka dalam fungsinya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap maka rumah sakit menjadi suatu sarana kesehatan yang kompleks, padat modal dan padat karya. Sebagai tempat rujukan pasien maka rumah sakit harus mempunyai kemampuan yang lebih dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam hal SDM yang terlatih sampai dengan kelengkapan instrumen untuk pengobatan dan pemeriksaan guna mendukung tugas dokter dalam mengobati pasiennya. Peningkatan taraf sosio-kultural-ekonomi masyarakat, dan terjadinya trasisi epidemiologi yang sedang berlangsung di negara berkembang saat ini mengakibatkan perubahan pola dalam mencari layanan kesehatan bagi mereka. Secara spesifik, dalam hal ini adalah meningkatnya kebutuhan untuk peralatan hemodialisis yang bersifat 'life saving' atau 'prolong life'.Peralatan hemodialisis digunakan untuk membersihkan darah dimana kotoran dan kelebihan cairan dikeluarkan langsung dari tubuh melalui 'dialyzer' atau ginjal buatan. Dialisis umumnya digunakan bagi penderita Gagal Ginjal Khronik, tapi juga pada Gagal Ginjal Akut, dehidrasi, keracunan atau over-dosis.Mengingat harga yang cukup mahal maka perlulah bagi rumah sakit yang merencanakan untuk pengadaan fasilitas ini dengan melakukan analisis investasi dengan baik agar bisa di capai tingkat pemanfaatan yang optimal sehingga tidak merugikan pihak penyelenggara tapi juga tidak terlalu membebankan masyarakat pengguna.Penelitian ini dilakukan dengan desain studi kasus di suatu rumah sakit dengan pendekatan secara kuantitatif dan kualitaf untuk menilai tingkat pemanfaatan peralatan hemodialisis di RS Krakatau Steel pada periode 2000 dan 2001 dan potensi penambahan alat dari sisi kelayakan finansial di Unit hemodialisis RS Krakatau Steel Cilegon.Dalam hal ini, dilakukan analisis terhadap: aspek pelanggan (karakteristik pelanggan, sumber pembiayaan dan pendapatan dari RS), aspek produksi (kepasitas produksi, SDM, waktu dan biaya), aspek pesaing dan aspek demografi untuk meneliti tingkat kapasitas produksi sudah berlebihan atau kurang dimanfaatkan.Hasil analisa menunjukkan telah maksimalnya pemanfaatan peralatan yang ada dan kurang optimalnya pemanfaatan tenaga dan ruangan. Berdasarkan analisis tersebut dan proyeksi pemanfaatan hemodialisis di tahun 2000 dan kelayakan keuangan dengan metoda pinjam dengan perjanjian maka dianjurkan kepada pihak rumah sakit untuk menambah 2 (dua) buah unit HD.Penelitian ini hanya berlaku di RS Krakatau Steel Cilegon pada pericde 2000 dan 2001 dan tidak bisa secara langsung diterapkan di lokasi maupun rumah sakit lain. Sebagai penutup penelitian ini melihat tuntutan masyarakat yang makin meningkat maka seyogyanyalah pihak rumah sakit mengembangkan suatu upaya pro-aktif dalam mempertahankan pasien yang ada, sehingga pelayanan yang diberikan berkesinambungan yang akan sangat bermanfaat bagi penderita maupun bagi rumah sakit.
The Analysis of Hemodialysis Instrument Investment in Krakatau Steel Hospital, within Period of the year 2000 - 2001As an integral part of the health and social organization to serve the people comprehensively, the hospital had became a complex facilities with heavy investments and a mixed of professionals in it. As a part of health referral system the hospital should have more capabilities in healthcare especially on its human resources and a number of medical instruments to support the medical services.The development of socio-cultural-economics of the people and the epidemiological transition that occurred in developing countries nowadays created a change in the process of seeking the healthcare services. In this case, increasing the need of hemodialysis treatment because of its life saving and prolong life functions.Dialysis treatment replaces the function of the kidneys, which normally serve as the body's natural filtration system. Through the use of a blood filter and a chemical solution known as dialysate, the treatment removes waste products and excess fluids from the bloodstream, while maintaining the proper chemical balance of the blood. Dialysis is used for treating Chronic Renal Failure, Acute Renal Failure, Dehydration, Toxic and Over-doses of drugs. Because of its expensiveness, the hospital should plan carefully to operate this equipment to avoid the burden to the provider or its consumers.This research is a case study design with quantitative and qualitative analysis to study the utilization of hemodialysis equipment in Krakatau Steel Hospital in the period of 2000 -2001 as well as feasibility on additional equipments. The analysis was executed through: consumer's aspects, production aspects, and competitor and demographically to study the production capacity of the instruments.The result of this analysis showed that the utilization of 2 HD units had been maximal even over-utilized, while the manpower and the room space was still underutilized. Based on this analysis and the utilization projection through forecasting method and its feasibility for rent an instrument with agreement, the author suggested that 2 more HD units in 2002 are needed to be equipped.This study only valid for Krakatau Steel Hospital in the period of 2000 - 2001, and should not be implemented without careful consideration in other places or hospitals. At the end, the author mentioned about the increasing need pro-cative program to retain the patient, so that the service could be implemented continuously for the sake of the patient as well as the hospital.
Program JPKMM (Askeskin) yang dimulai awal tahun 2005 belum ada yang mengevaluasi, padahal program sebelumrrya banyak menimbulkan masalah. Semcntara itu banyak isu ncgatif terhadap peran serta rumah sakit swasta dalam hal pelayanan' masyarakat miskin. Salah satu cara untuk mengevaluasi adalah dengan meiakukan review utilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum pemanfaatan perawatan kelas Ill oleh masyarakat miskin di RSUD dan RS. Krakatau medika. Review juga untuk mengetahui komponen kegiatan pelayanan serta biaya perawatan yang timbul sehubungan dcngan perawatan masyarakat miskin di kelas lil. Komponen tersebut adalah Iama hari rawat, pemeriksaan radiologi, iaboratorium, tindakan operasi, pemberian resep. Penelitian ini bersifat deskriptif , dan didukung oleh wawancara dengan pejabat terkait di dua rumah sakit dengan tujuan untuk memperjclas dalam pembahasan.Waktu penelitian adalah bulan Februari sampai April 2006, data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer dari hasil wawancara. Populasi dan sampel adalah semua pasien rawat inap kelas I Il di kedua rumah sakit. HasiI penelitian yang didapat adalah pemanfaatan pelayanan rawat inap kelas lil di dua rumah sakit masih rendah untuk masyarakat miskin , rata -rata kurang dari 30% dibandingkan dengan total rumah sakit. Biaya perawatan pasien .IPKMM 55% dari total biaya perawatan kelaa Ill, sedangkan pasien umum 44%. Alcan tetapi jumlah pasien JPKMM 40,7% sedangkan pasien umum 58,6% dari total pasien kelas lIl.Hal ini membuktikan bahwa pclayanan RSUD Cilegon tidak efisien. Hari rawat pasien JPKMM 6 hari per pasien sedangkan untuk pasien umum 3 hari per pasien. Di RS. Krakatau Medika untuk pasien umum 5 hari per pasien, sedangkan untuk pasien miskin 7 hari pcr pasien. Biaya obat non DPI-[O dua kali lebih besar dibandingkan dengan biaya obat DPHO. Terdapat perbedaan penyakit terhanyak di kedua rumah sakit, RSUD terbanyak adalah TBC Paru sedangkan di RS. Krakatau medika adalah Demam Tifeid. Disarankan kepada rumah sakit agar mampu mengevaluasi pelaksanaan program JPKMM ini sehingga lebih efektif dan efisien, untuk PT- Askes agar lebih fleksibel dalam dalam penghitungan biaya rawat inap dan pembenahan dalam sistem infbnnasi untuk mempercepat proses klaim.
JPKMM program which started on 2005 has not been evaluated yet, eventhough it has caused a lot of problems. At the same time, there are a lot of negative responds to private hospital involvement in services to the poor. One way to evaluate it is by reviewing it?s utilization. This research is aimed to capture general picture of class Ill serivice utilization by the poor at RS. Krakatau Medika and RSUD. lt also reviews service activity and cost components of class Ill sen/iees for the poor. These components are hospital stay, radiology observation, laboratorium, surgeries and recipes. This research is descriptive and supported by interviews with related officers on two hospitals for clarification. This research is conducted on February through April 2006, and data being used are secondary and primary data from interviews. Population and sampling are from all patients staying at class III ofboth hospitals. The result of this research is that utilization of class III for the poor in both hospitals is still very low, less than 30% on average compare to all patient. Cost of the JPKMM patient service is 55% of total cost for Class lll, while for general patient is 44%. On the other hand total quantity of' .IPKMM patient is 40.7% and for general patient is 58% from all class Ill patient. These prove that RSUD Cilegon services is not efficent. Staying period for JPKMM patient is 6 day per patient and for general patient is 3 day per patient. ln RS Krakatau Medika it is 5 day per person, and for the poor it is 7 day per patient. Non-DPHO Medication cost twice as much as DPI-IO medication. There is also difference: in the most disease being treated in both hospitals. In RSUD it is Lung TBC while in RS Krakatau Media it is Typhoid fever. It is advisable that hospitals have to be able to evaluate their JPKMM programs so that it could be more effective and efhcient. lt is also advisable for P'I` Askes to be more flexible in calculating the cost of medical stay and to improve their infomration system for claim system.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui upaya pengendalian persediaan obat dan alat kesehatan IGD RS PMI Bogor
Metode : penelitian deskriptif studi kasus dengan teknik analisis distribusi ABC Indeks Kritis. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi; selain itu pengumpulan data sekunder, dan penyebaran kuesioner nilai kritis rata-rata.
Hasil : pendistribusian persediaan obat dan alkes IGD PMI Bogor berdasarkan indeks kritis menghasilkan 21 jenis item yang menjadi prioritas pengendalian. Obat dan alat kesehatan ini merupakan 81,4% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp 1.699.291.318,- atau sebanyak 10% dari seluruh jenis obat dan alkes IGD. Selain itu terdapat pula kelompok yang perlu diperhatikan yaitu 71 item obat dan alkes atau sebesar 33,81% dari keseluruhan persediaan obat dan alkes IGD yang memiliki nilai kritis yang tinggi. Persediaan tersebut tidak membutuhkan banyak biaya, hanya sebesar Rp 129.820.069,- atau 5,96% dari keseluruhan total biaya.
Kesimpulan : pengelompokan persediaan obat dan alkes IGD PMI Bogor melalui Analisis ABC Indeks Kritis menghasilkan kenaikan jumlah item dari distribusi pemakaian dan investasi; dimana alat kesehatan mendominasi sebagian besar dari kelompok A analisis ABC Indeks Kritis ini.
Kata kunci : obat, alat kesehatan, analisis ABC Indeks Kritis
Daftar bacaan : 31 (1988 - 2005)
Background : PMI Hospital is a private hospital with B accreditation. The hospital takes charge all the mandatory given by PP PMI and has excellent service in trauma and emergency departments. The Emergency Department is one of the units in a hospital which involves high tension situations and high work load conditions; therefore, it requires qualified crews, good facilities, and pharmacy logistics.
Objective : to know the medicine supply control and medical equipment of PMI Bogor's Emergency Department.
Methods : using an operations research which is ABC Critically Index Analysis. Interview and observations are included in this research, and secondary data, as well as Critically Value Questioner.
Results : the 21 items becomes the priority in the distribution. The amounts of investment is Rp 1.699.291.318,- which is 81,4% of total investments; which is 10% of all medicines and medical equipments in the emergency department. On the other hand, the other 71 items, which is 33,81% of all medicines stocks, need well attention as well. The cost for the 71 items is not too expensives, which is Rp 129.820.069,- for 5,96% of total cost.
Conclusions : by using an ABC Critically Index Analysis , the grouping of medicine supply and medical equipment in PMI Bogor's Emergency Department results an increasing amounts in used items and investments; whereas the medical equipment dominate it.
Keywords : medicines, medical equipment, ABC Critically Index Analysis
References : 31 (1988 - 2005)
ABSTRAK Nama : Andre Saphir Trisnadi Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Analisis Penyebab Terjadinya Medication Error Di Unit Rawat Inap RS Pluit Periode Tahun 2017 – 2018 Pembimbing : Vetty Yulianty Permanasari SSi, MPH Latar Belakang : Keselamatan pasien merupakan dasar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit dituntut tidak boleh terjadi kesalahan terutama dalam keselamatan pasien yang berhubungan dengan obat, ini merupakan hal yang penting dan harus dikerjakan sesuai dengan prosedur yang berlaku supaya tidak terjadi medication error. Berdasarkan laporan Insiden Keselamatan Pasien tahun 2017 – 2018, didapatkan peningkatan kejadian medication error sebanyak 5 kasus yaitu dari 16 kasus (2017) menjadi 21 kasus (2018). Tentunya peningkatan ini berpengaruh pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan, sehingga perlu dilakukan analisis faktor- faktor penyebab terjadinya medication error tersebut supaya tidak terulang lagi.Tujuan : Mengetahui penyebab dan akar masalah pada peningkatan medication error di Unit rawa Inap RS Pluit 2018.Menganalisis faktor- faktor penyebab medication error pada fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administrationdi unit rawat inap RS Pluit. Metode :Desain penelitian ini merupakan penelitian kualitatifdengan pendekatan eksploratif. Dilakukan pada bulan mei – juni 2019 di Unit rawat inap RS Pluit. Data primer didapatkan dari wawancara menggunakan pedoman wawancara kepada manajemen rumah sakit dan pihak yang terlibat dari awal pembuatan resep sampai obat tersebut diberikan ke pasien. Data primer juga didapatkan dengan cara observasi langsung di farmasi unit rawat inap dan ruang perawatan. Data Sekunder didapatkan dari telaah dokumen dengan menggunakan formulir Check Listdi unit farmasi rawat inap ataupun Subkomite Keselamatan Pasien RS Pluit. Semua data tersebut akan dilakukan triangulasi sehingga didapatkan hasil yang akurat. Hasil: Medication error ditemukan pada keempat fase ( fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administration) paling banyak pada fase prescribing karena human errordan peresepan manual bukan karena kesalahan regulasi yang sudah berjalan. Kesimpulan : Perlu dipertimbangkan adanya perubahan dari sistem peresepan manual ke elektronik. Perlu lebih sering dilakukan sosialisasi tentang budaya kesela matan pasien, komunikasi yang efektif dan regulasi yang berhubungan dengan farmasi. Kata Kunci : Medication error, Keselamatan Pasien, Sistem Pelaporan Insiden, Peresepan elektronik, Rawat inap
ABSTRACT Name : Andre Saphir Trisnadi Program Study : Master Administration Hospital Title : Analysis of the causes of medication errors in the inpatient unit of Pluit hospital for the period 2017 – 2018 Counsellor : Vetty Yulianty Permanasari SSi, MPH Background: Patient safety is the basis for health services in hospitals. The hospital isdemanded that there should not be an error, especially in patient safety related tomedicine, this is an important matter and must be done according to the procedure so there is no medication error. Based on the Patient Safety Incident report for 2017 - 2018,there was an increase in the incidence of medication errors in 5 cases, from 16 cases(2017) to 21 cases (2018). Of course this increase has an effect on patient safety andservice quality, so it is necessary to analyze the factors that cause the medication errorso that it does not happen again. Objective: To find out the cause and root of the problem in increasing medication error in the inpatient unit of Pluit Hospital 2018. Analyzing the factors that cause medication error in the prescribing phase, phasetranscribing, phase dispensing and phase administration in the inpatient unit of PluitHospital. Method: The design of this study is qualitative research with an explorative approach.Done in May - June 2019 in the inpatient unit of Pluit Hospital. Primary data was obtainedfrom interviews using interview guidelines to hospital management and the parties involved from the beginning of the prescription until the medicine is given to patients. Primary datais also obtained by direct observation in the inpatient pharmacy unit and the inpatient unit. Secondary data is obtained from document studies using the check list form in the inpatientpharmacy units or the Patient Safety Subcommittee of Pluit Hospital. All data will betriangulated so that accurate results are obtained. Results: Medication errors were found in all four phases (prescribing phase, phase transcribing, phase dispensing and administrationphase) at most during the prescribing phase because of human error and manual prescribingwere not due to regulatory errors that were already running. Conclusion: It is necessary toconsider changes from the manual prescribing system to e-prescribing. Socialization ofpatient safety culture, effective communication and regulations related to pharmacy needsto be more frequent. Keywords : Medication errors, Patient safety, Incident reporting system, Electronic Prescription,The Inpatient Unit
