Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 35354 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Raras Setyaningrum; Pembimbing: Sandi Iljanto; Penguji: Jaslis Ilyas, Wahyu Sulistiadi, Firman Rachmatullah, Aisyah Asy`ari
T-4833
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Purnama Rezeki; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Puput Oktamianti, Fajar Ariyanti
S-8047
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Puspita Khairunnisa; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Puput Oktamianti, Didik Supriyono, Ditha Satya Devi
Abstrak:
Kabupaten Bogor masih jadi penyumbang Angka Kematian Ibu tertinggi di Jawa Barat. Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2018, Kecamatan Jasinga merupakan wilayah yang menyumbang jumlah kematian ibu tertinggi sedangkan Kecamatan Kemang terendah di Kabupaten Bogor. Posyandu merupakan sarana penting di dalam masyarakat untuk mendukung upaya pemerintah menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir. Berhasil tidaknya posyandu dipengaruhi oleh kinerja kader dalam menjalankan peran dan fungsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu dalam pemantauan ibu hamil di Puskesmas Jasinga dan Puskesmas Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan kuantitatif analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi adalah seluruh kader di Puskesmas Jasinga dan Puskesmas Kemang. Sampel sebanyak 157 responden terdiri dari 80 responden kader Puskesmas Jasinga dan 77 resposden kader Puskesmas Kemang yang diambil menggunakan tehnik pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner online menggunakan google form. Analisa data yang digunakan yaitu univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kader posyandu dalam pemantauan kesehatan ibu hamil 59,2% berkategori baik, dimana kinerja kader di Puskesmas Kemang memiliki skor lebih tinggi daripada kader Puskesmas Jasinga (54,9% versus 45,1%). Analisa bivariat menunjukkan bahwa pengetahuan, pelatihan, waktu pelatihan terakhir, supervisi, motivasi dan sikap kader berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu dalam pemantauan kesehatan ibu hamil. Analisa multivariat menunjukkan bahwa variabel pelatihan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja kader dalam pemantauan kesehatan ibu hamil dengan nilai p=0,000 dan OR =8,37. Peneliti menyarankan agar pihak Puskesmas tetap mengadakan pelatihan dan supervisi secara rutin, berkala dan menyeluruh. Perlu penguatan koordinasi lintas sektor khususnya dengan perangkat desa terkait peningkatan SDM. Selain itu untuk lebih memotivasi kader dalam bekerja perlu diberikan pengakuan dan penghargaan, misalnya berupa sertifikat kader
Bogor District is still a contributor to the highest maternal mortality in West Java. According to the profile of Bogor District Health Department, 2018 Jasinga Sub District is an area that contributes to the highest number of maternal mortality while the lowest Kemang Sub District. Posyandu is an important tool in the community to support the government's efforts to reduce maternal and newborn mortality rates. The success of the posyandu is influenced by the performance of the cadres in carrying out their roles and functions. The purpose of this study was to determine the factors that influence the performance of posyandu cadres in monitoring pregnant women in Jasinga Health Center and Kemang Health Center in Bogor Regency in 2020. This research uses quantitative analytic with cross sectional approach. The population is all cadres in the Jasinga Health Center and the Kemang Health Center. A sample of 157 respondents consisted of 80 respondents from Jasinga Community Health Center cadres and 77 respondents from Kemang Health Center cadres who were taken using purposive sampling technique with inclusion and exclusion criteria. Data collection tool in this study is an online questionnaire using Google Form. Analysis of the data used is univariate, bivariate using chie square and multivariate with multiple logistic regression. The results showed that the performance of Posyandu cadres in monitoring the health of expectant mothers is 59.2% good category, where the cadre performance in Puskesmas Kemang has higher score than Jasinga Puskesmas cadres (54.9% versus 45.1%). Bivariate analysis shows that knowledge, training, last training time, supervision, motivation, and attitude of cadres have significant effect on the performance of Posyandu cadres in monitoring the health of pregnant women. Multivariate analysis showed that training variables are the most dominant variables affecting cadre performance in monitoring the health of pregnant women with the value P = 0,000 and OR = 8.37. Researchers suggest that the Puskesmas continue to conduct training and supervision routinely, periodically and thoroughly. Need to strengthen cross-sectoral coordination, especially with village officials related to increasing human resources. In addition to further motivating cadres to work, recognition and appreciation must be given, for example in the form of cadre certificates
Read More
T-5991
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Didah Rosidah; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Purnawan Junadi; Amila Megraini
S-7393
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meiriza Andarwati; Pembimbing: Ilyas Yaslis; Penguji: Ede Surya Darmawan, Purnawan Junadi, Susi Aswiyarti, Moina Sihombing
Abstrak:
Metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan merupakan strategi pemerintah yang efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu nifas dan menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dalam upaya meningkatkan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pemasangan MKJP pasca persalinan khususnya IUD dan implant dibutuhkan peran bidan yang kompeten untuk terus mengajak ibu hamil bersedia menggunakan MKJP. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja bidan dalam jumlah pemasangan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan tersebut, tujuan ini bermaksud mengetahui kinerja bidan dalam terus berupaya meningkatkan kuantitas pemasangan MKJP dengan begitu bidan akan semakin terampil dan PUS/ ibu sebelum bersalin akan memilih MKJP tanpa ragu. Bidan yang semakin terampil dalam memasang KB maka akan meminimalisir resiko dari pemasangan MKJP. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa sebanyak 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja baik dan 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja buruk, sedangkan dari 9 variabel (umur bidan, lama bekerja, domisili, status kepegawaian, disiplin, pelatihan, motivasi, kepemimpinan, supervisi) terdapat 3 variabel yang memiliki nilai probabilitas (p value <0,05) meliputi umur bidan, status kepegawaian, pelatihan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pasca persalinan di puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan dengan melakukan pelatihan secara berkala untuk memperbarui dan menambah motivasi dalam peningkatan KB pasca persalinan.

The postpartum long-term contraceptive method is an effective government strategy in improving the health of postpartum mothers and suppressing the high rate of population growth. In an effort to improve long-term postpartum contraceptive methods by increasing the quantity and quality of postpartum MKJP installation, especially IUD and implants, a competent midwife role is needed to continue to invite pregnant women to be willing to use MKJP, especially postpartum. The purpose of this study is to determine the performance of midwives in the number of installations of long-term postpartum contraceptive methods and factors related to the performance of the midwife, this goal intends to know the performance of midwives in continuing to strive to increase the quantity of MKJP installations so that midwives will be more skilled and PUS / mothers before childbirth will choose MKJP without hesitation. Midwives who are increasingly skilled in installing kb will minimize the risk of installing MKJP. From the results of the study, it was found that as many as 5 puskesmas (50%) had good performance and 5 puskesmas (50%) had poor performance, while from 9 variables (midwife's age, length of work, domicile, staffing status, discipline, training, motivation, leadership, supervision) there were 3 variables that had a probability value (p value <0.05) includes midwife's age, staffing status, training has a significant relationship with the performance of midwives in the service of long-term contraceptive methods (MKJP) postpartum at puskesmas. For this reason, it needs to be improved by conducting training periodically to update and increase motivation in the improvement of postpartum birth control.
Read More
T-6546
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Liliosa Maria T; Pembimbing: Pujianti; Penguji: Budi Hidayat, Elimarnis
S-6042
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ina; Pembimbing: Suprijanto Rijadi; Penguji: Mieke Savitri, H. Hermansya
S-7146
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rotua Hutasoit; Pembimbing: Mary Arief Wangsarahardja; Penguji: Pujiyanto, Kurnia Rita, Tanti Siswanti
Abstrak:

Penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) bidan di puskesmas ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan; kepatuhan penggunaan standar dalam melakukan pelayanan kebidanan; kemampuan manajerial pelayanan kebidanan; pelaksanaan monitoring kinerja; mutu asuhan kebidanan. Penerapan PMK ini diharapkan dapat berperan untuk tercapainya indikator Sistem Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan bidan di sarana kesehatan, mengingat bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dengan jumlah yang cukup besar (40%) dari seluruh kategori tenaga kesehatan. Dalam penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja bidan di rumah sakit dan puskesmas diawali dengan pelatihan. Pelatihan ini ditujukan pada bidan koordinator, dengan harapan bidan koordinator dapat memberikan kiat-kiat dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan sekaligus menilai kinerja staf secara obyektif. Scsuai dengan Kepmenkes no. 8361Menkes/SKIVI12005, pada pelatihan tersebut ditekankan pada penguasaan lima komponen PMK yaitu standar, uraian tugas, indikator kinerja, sistem monitoring, dan Refleksi Diskusi Kasus. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran sejauh mana penerapan PMK bidan di Puskesmas dengan pendekatan sistem. Penelitian ini menggunakaii pendekatan kuantitatif dengan bidan yang telah mendapat pelatihan PMK dan telah menerapkan PMK bidan di puskesmas tempat bekerja yang berjumlah 33 orang dari lima puskesmas. Juga dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam pada lima pimpinan dan bidan koordinator puskesmas yaitu di puskesmas Curup, Kampung Delima, Perumnas, Tunas Harapan, dan Sambirejo serta dilakukan telaah dokumen terhadap penerapan PMK bidan di puskesmas. Hasil penelitian antara lain: (1) Faktor masukan penerapan PMK bidan berupa uraian tugas, Standard Operational Procedure (SOP), pendidikan dan latihan, semua bidan puskesmas (100%) telah ada dan dilaksanakan dcngan baik, hanya variabel penerapan sistem penghargaan ada yang masih buruk di puskesmas (48.5%). (2) Faktor proses penerapan PMK bidan di Puskesmas berupa kegiatan pendokumentasian kegiatan dimana semua bidan (100%) telah melaksanakan dengan baik dan sesuai dengan telaah dokumen, sedangkan pemantauan dan pengendalian kegiatan umumnya sudah baik (66.7%), dan masih ada yang buruk (33.3%), pertemuan strategis umumnya juga sudah baik (72.7%) dan yang masih buruk (27.3%), kegiatan Refleksi Diskusi Kasus (RDK) umumnya sudah baik (63.6%) dan masih buruk (36.4%). (3) Faktor luaran penerapan PMK bidan di Puskesmas yaitu manajemen kinerja bidan umumnya sudah baik di puskesmas (57.6%), yang masih buruk (42.4%). Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja bidan di puskesmas umumnya sudah baik, hanya beberapa variabel saja penerapannya yang masih buruk dan perlu ditingkatkan lagi. O1eh karena itu, peneliti mencoba memberikan rekomendasi kepada: (1) Pemerintah Daerah untuk memberikan dukungan pelaksanaan setiap komponen program PMK bidan, menyetujui usulan program Dinas Kesehatan untuk melaksanakan pelatihan PMK kepada bidan yang belum mendapat pelatihan. (2) Kepala Dinas Kesehatan supaya melakukan tindak lanjut dari penerapan program PMK, seperti melakukan monitoring PMK setiap 3 bulan sekali, memberikan pelatihan penerapan PMK kepada bidan yang belum dilatih, dan diharapkan semua puskesmas di kabupaten Rejang Lebong dapat menerapkan PMK (3) Kepada Pimpinan Puskesmas supaya menyusun indikator kinerja bidan untuk keperluan monitoring dan penilaian kinerja, menilai kinerja bidan puskesmas minimal 1 tahun sekali dan memberikan penghargaan sebagai umpan balik.


 

The Application Of Management Performance Development o: Midwife in health center is expected improve the midwife's knowledge and skill; compliance of usage in midwifery service standard; ability of midwifery service managerial; execution of performance monitoring; midwifery care quality, while expectation of Development Of Management Performance contribute to reach a Minimum Service System indicator in the District City which is executed and midwife in health place, considering midwife as part of health service with high amount (40%) from all of health worker category. The Application Of Management Performance Development in hospitals and health centers started with training. This Training is addressed for the coordinator midwife in health center, while the expectation of the coordinator midwife is to give suggestions in guidance, teaching, tuition, and at the same time to assess stair performance objectively. According to Kepmenkes No. 836 / Menkes / SK / VI / 2005, this training emphasized five components: standard, job description, performance indicator, monitoring system, and reflection cased discussion (RCD). This research is done to give an assessment and to describe how far the application of Development Of Management Performance of midwife in Health Center is done. This research applying the quantitative method to midwife as respondents who work in a health center which have applied the Development Of Management Performance, they are 33 midwife from five health centers. This research is also done by a qualitative method through interview for five leaders of health center and midwife coordinator, such as Curup Health Center. Kampung Delima, Perumnas, Tunas Harapan, and Sambirejo and also analyze document for applying Development 0C Management Performance midwife in health center. Research results include: (I) Input factor for applying Development Of Management Performance midwife, such as job description, SOP, and training and fellowship for all of Health Center midwives (100%) arc done well available with duty in Health Center, but applying of appreciation system variable is not good (48.5%). (2) Process factor for applying Development of Management Performance Midwife in Health Center such as activity of documentation where all midwives (100%) have done this matter based on document study by Researcher, while monitoring activity generally is good (66.7%), the other is bad (33.3%), strategic meeting generally is so good (72.7%) and the other is bad (27.3%), Reflection Case Discussion (RCD) activity generally is good (63.6%) and the other is bad (36.4%). (3) Output factor for applying Development of Management Performance Midwife in Health Center that is midwife performance management generally is good in Health Center (57.6%), the other management is bad (42.4%). The conclusion of this research is that applying development of midwife performance management in health center generally is good, there just some variables which is bad. Therefore, researcher try to give recommendation for: (I) Local Government, giving support the application of Management Performance Development of midwife in health center, approve proposal of District Health Office program to doing Development Of Management Performance training for midwife who does not get training yet. (2) Head of District Health Office: should follow-up program of Management Performance Development, such as monitoring every 3 months once, doing training of Management Performance Development For midwife who have not been [rained yet, and expected that all health center in Rejang Lebong district can applying the Management Performance Development of midwife. (3) Health Center leader, monitoring and performance assessment minimally 1 year once to assess midwife performance in Health Center and give appreciation as feed back.

Read More
T-2253
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kusrini; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Anhari Achadi, Mayarni
S-7122
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive