Ditemukan 38777 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Wiyono; Pembimbing: Suyud Warno Utomo, Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Margareta Maria Sintorini, Enny Wahyu Lestari
Abstrak:
Filariasis atau kaki gajah ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Penularan filariasis terjadi bila terdapat sumber penular yaitu manusia dan hewan (hospes), parasit (cacing filaria), vektor yaitu nyamuk yang infektif, manusia yang rentan, serta kondisi lingkungan yang sangat potensial untuk perkembang-biakan vektor, perilaku masyarakat yang berisiko lebih sering kontak dengan nyamuk. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian filariasis. Metode penelitian ini adalah penelitian Analitik observasional dengan desain case-control menggunakan pendekatan study retrospektif yaitu untuk menganalisis efek penyakit atau status kesehatan pada saat ini dan mengukur besar faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian filariasis pada masa yang lalu. Jumlah sampel sebanyak 126 responden, dengan perbandingan kasus : kontrol (1:2), dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan Keberadaan rawa (P:0,000;OR:5,200), Keberadaan sawah (P:0,041;OR:8,200), Keberadaan hutan semak (P:0,001;OR:6,460), Jenis Pekerjaan (P:0,000;OR:9,500), Tingkat Pengetahuan (P:0,000; OR:5,399), Kebiasaan keluar rumah malam hari (P:0,000;OR:7,300), Kebiasaan memakai obat anti nyamuk (P:0,004;OR:3,300), Kebiasaan menggunakan kelambu (P:0,000;OR:7,045), Keberadaan vektor (P:0,000;OR:7,263), dengan kejadian Filariasis, dan pada uji regresi logistic menunjukan faktor risiko paling signifikan Keberadaan hutan semak (P:0,002;OR:48,700), Jenis Pekerjaan (P:0,004;OR:39,919), Tingkat Pengetahuan (P:0,013;OR:11,206), Kebiasaan Keluar rumah malam hari (P:0,040;OR: 5,833), Kebiasaan memakai obat anti nyamuk (P:0,005;OR:10,680), dan Keberadaan vektor (P:0,005;OR:12,036) dengan kejadian Filariasis. Kesimpulan ada hubungan faktor risiko lingkungan dan dinamika penularan dengan kejadian Filariasis, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan mengurangi faktor risiko dan edukasi kepada masyarakat tentang upaya promosi dan pencegahan penularan filariasis. Kata kunci: Filariasis, faktor risiko lingkungan, sosial, budaya, dinamika penularan, Kabupaten Kubu Raya. Filariasis or elephantiasis is a chronic infectious disease caused by filarial worm infection and is transmitted through the bite of various types of mosquitoes. Transmission of filariasis occurs when there is a transmitting source of humans and animals (the host), parasites (filari worms), vectors of infective mosquitoes, vulnerable humans, and potential environmental conditions for vector breeding, risky behavior of peoples more frequent contacts With mosquitoes. The purpose of the study was to analyze the environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis incidence. This research method is observational analytic research with case-control design using retrospective study approach that is to analyze the effect of disease or health status at this time and measure big risk factor which have influence to filariasis incident in the past. The sample counted 126 respondents, with case comparison: control (1: 2), conducted by interview and observation. Chi-square test (P: 0,041, OR: 5,200), Presence of paddy field (P: 0,041, OR: 8,200), Presence of paddy field (P: 0,001, OR: 6,460), Type of Work (P: 0.000; OR: 9,500), Knowledge Level (P: 0,000; OR: 5,399), Nighttime out habits (P: 0,000; OR: 7,300), Habits of using anti-mosquito (P: 0,004; OR: 3,300), Habit (P: 0,000; OR: 7,045), presence of vector (P: 0,000; OR: 7,263), with occurrence of filariasis, and on logistic regression test showed the most significant risk factor Presence of bush forest (P: 0,002; OR: 48,700) (P: 0,004; OR: 39,919), Knowledge Level (P: 0,013; OR: 11,206), Night Out Habits (P: 0,040; OR: 5,833), Habits of using mosquito repellent (P: 0,005; OR: 10,680), and the presence of a vector (P: 0.005; OR: 12,036) with filariasis occurrence. Conclusion there is a relationship of environmental risk factors and the dynamics of transmission with filariasis occurrence, so it is necessary to do prevention efforts by reducing risk factors and education to the public about the promotion and prevention of filariasis transmission. Keywords: filariasis, environmental risk factors, social, culture, dynamics of transmission,Kubu Raya West Kalimantan.
Read More
T-4891
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dwi Maniksulistya; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Ririn Arminsih, Dwinda Ramadhoni, Diah Wati Soetojo
Abstrak:
Balita merupakan populasi yang rentan terhadap PM 2,5 di udara dikarenakan sistemimun yang belum sempurna dan jalan napasnya yang masih sempit. PM 2,5 dapat masuksampai ke alveoli paru dan melemahkan sistem pertahanan lokal saluran pernapasansehingga menyebabkan pneumonia. Angka pneumonia di Kabupaten Kubu Raya,Kalimantan Barat masih cukup tinggi dengan jumlah kasus yang terbanyak di KecamatanSungai Raya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara PM 2,5 dalamudara ruang dengan kejadian pneumonia pada balita. Metode penelitian yang digunakanadalah kasus kontrol. Total sampel sebanyak 120 sampel yang terdiri dari 60 kasus dan60 kontrol. Hasil penelitian didapatkan terdapat empat variabel yang berhubungan denganpneumonia pada balita yaitu PM 2,5 dalam udara ruang, kepadatan hunian, ventilasidapur, dan pencahayaan. PM 2,5 dalam udara ruang berhubungan dengan pneumoniapada balita setelah dikontrol dengan variabel ventilasi dapur, suhu, pencahayaan,penggunaan obat nyamuk bakar, kepadatan hunian, dan kebiasaan membuka jendeladengan OR sebesar 13,596.Kata kunci:pneumonia, balita, PM 2,5, pencemaran udara dalam ruangan
Toddlers are a population susceptible to PM 2.5 in the air due to the immune system thatis not perfect and the airway is still narrow. PM 2.5 can enter up to the pulmonary alveoliand weaken the respiratory system of the respiratory tract causing pneumonia. Thenumber of pneumonia in Kabupaten Kubu Ra ya, West Kalimantan is still quite high withthe highest number of cases in Sungai Raya District. The purpose of this study was todetermine the relationship between PM 2.5 in air space with the incidence of pneumoniain infants. The research method used is case control. A total sample of 120 samplesconsisting of 60 cases and 60 controls. The results showed that there were four variablesrelated to pneumonia in toddlers namely PM 2.5 in space air, occupancy density, kitchenventilation, and lighting. PM 2.5 in space air is associated with pneumonia in toddlersafter controlled with variables of kitchen ventilation, temperature, lighting, use ofmosquito coils, density, and the habit of opening windows with ORs of 13,596.Key words:pneumonia, toddler, PM 2.5, indoor air pollution.
Read More
Toddlers are a population susceptible to PM 2.5 in the air due to the immune system thatis not perfect and the airway is still narrow. PM 2.5 can enter up to the pulmonary alveoliand weaken the respiratory system of the respiratory tract causing pneumonia. Thenumber of pneumonia in Kabupaten Kubu Ra ya, West Kalimantan is still quite high withthe highest number of cases in Sungai Raya District. The purpose of this study was todetermine the relationship between PM 2.5 in air space with the incidence of pneumoniain infants. The research method used is case control. A total sample of 120 samplesconsisting of 60 cases and 60 controls. The results showed that there were four variablesrelated to pneumonia in toddlers namely PM 2.5 in space air, occupancy density, kitchenventilation, and lighting. PM 2.5 in space air is associated with pneumonia in toddlersafter controlled with variables of kitchen ventilation, temperature, lighting, use ofmosquito coils, density, and the habit of opening windows with ORs of 13,596.Key words:pneumonia, toddler, PM 2.5, indoor air pollution.
T-5426
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Heni Wahyuni; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Robiana Modjo, Hermansyah
S-7150
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rinda Tri Nugraheni; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Tutut Indra Wahyuni
Abstrak:
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak balita terbanyak di Indonesia. Prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia lima tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu 1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% pada tahun 2018. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi pneumonia pada balita tertinggi keempat di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pneumonia pada balita usia 12-59 bulan. Sedangkan, variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan rumah, faktor karakteristik balita dan faktor ekonomi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks kepemilikan rendah (OR = 4,23; 95% CI: 1,72-10,41), tempat tinggal (OR = 3,70; 95% CI: 1,71-8,02) dan jenis dinding (OR = 4,84; 95% CI: 1,55-15,14) dengan pneumonia pada balita. Kata kunci: pneumonia balita, faktor lingkungan rumah, SDKI
Read More
S-10032
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ananta Rahayu; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, I Made Djaja; Penguji: Dewi Susanna, Wan Alkadri, Erwan Hidayat
T-2434
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Markani; Pembimbing: Budi Haryanto, Haryoto Kusnoputranto
T-1997
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Citta Zahra Primalia; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Nurusysyarifah Aliyyah, Okky Assetya Pratiwi
Abstrak:
Read More
Filariasis merupakan Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menyebabkan limfedema dan hidrokel. Meski jarang menyebabkan kematian, filariasis bersifat kronis dan dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Provinsi Papua Tengah menjadi wilayah dengan prevalensi filariasis tertinggi, sebesar 4,8%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Provinsi Papua Tengah. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 dan jumlah sampel sebanyak 5.408 responden. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tempat tinggal dan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian filariasis. Penggunaan obat anti nyamuk merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian filariasis di Provinsi Papua Tengah.
Filariasis is a Neglected Tropical Diseases (NTDs) that causes lymphedema and hydrocele. Although rarely fatal, filariasis is chronic illness and can cause a lifelong disability. Based on the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), Central Papua is the region with the highest prevalence of filariasis, at 4,8%. The purpose of this study was to analyze factors related to the incidence of filariasis in Central Papua. This study used a cross-sectional design with data from the 2023 Indonesian Health Survey and a sample size of 5,408 respondents. Data analysis used in this research are the chi-square test and logistic regression. The results showed a relationship between residence and the use of mosquito repellent with the incidence of filariasis. The use of mosquito repellent is the most dominant variable in the incidence of filariasis in Central Papua.
Filariasis is a Neglected Tropical Diseases (NTDs) that causes lymphedema and hydrocele. Although rarely fatal, filariasis is chronic illness and can cause a lifelong disability. Based on the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), Central Papua is the region with the highest prevalence of filariasis, at 4,8%. The purpose of this study was to analyze factors related to the incidence of filariasis in Central Papua. This study used a cross-sectional design with data from the 2023 Indonesian Health Survey and a sample size of 5,408 respondents. Data analysis used in this research are the chi-square test and logistic regression. The results showed a relationship between residence and the use of mosquito repellent with the incidence of filariasis. The use of mosquito repellent is the most dominant variable in the incidence of filariasis in Central Papua.
T-7378
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Airadiba Hadad; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi diare pada balita di DKI Jakarta dan mengetahui hubungan sumber air minum, pengolahan air minum, fasilitas sanitasi, fasilitas cuci tangan, suplementasi vitamin A, dan pendidikan ibu sebagai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita. Desain penelitian menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari SDKI 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-59 bulan yang tercatat dalam data Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari sampel SDKI 2017. Dari 695 sampel balita hidup, didapatkan 370 sampel yang memenuhi kriteria. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Read More
S-10584
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Zakiah Dianah; Pembimbing: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Sonny P. Warrouw, Didi Purnama
Abstrak:
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak pada fungsi kognitif jangka panjang dan dapat menyebabkan 20% kematian anak balita. Sanitasi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan stunting. Provinsi Kalimantan Barat mempunyai capaian yang buruk untuk akses sanitasi dasar yaitu 55,55%. Tujuan penelitian: menganalisis faktor yang berkontribusi terhadap stunting pada baduta di wilayah PKGBM (Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat) Provinsi Kalimantan Barat. Desain penelitian: cross sectional menggunakan data sekunder dengan jumlah sampel 375 baduta dan dianalisis dengan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian didapatkan hubungan signifikan antara kasus stunting dengan akses sanitasi dasar (2,24; 1,39-3,59) dan berat lahir anak (4,88; 2,51-9,51). Faktor lain yang berhubungan yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) (1,66; 0,90-3,06), infeksi cacing (1,38; 0,74-2,58), diare (1,32; 0,83-2,10), ISPA (1,44; 0,86-2,43), dan kunjungan ke Posyandu (1,40; 0,75-2,59). Model akhir dari penelitian ini adalah akses sanitasi dasar, berat lahir anak, dan CTPS berkontribusi terhadap stunting.
Read More
T-5245
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yuyun Kurniawati; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, Gindo Mangara Simanjuntak; Penguji: Widarso HS, I Made Djaja, Dede Mulyadi
T-2154
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
