Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29530 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Agung Supriyadi; Pembimbing: Mila Tejayama; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Hendra, Agustin Wahyu Ernawati, Eddy
Abstrak: Lima negara di Association of South East Asian Nation (ASEAN) yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina, menggunakan banyak zat kimia dalam industri yang menghasilkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerjanya. Nilai Ambang Batas (NAB) kimia digunakan sebagai regulasi atau instrumen referensi untuk mengendalikan risiko kimia. Penelitian ini membandingkan NAB kimia di negara ASEAN-5 dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 untuk mengajukan kemungkinan harmonisasi NAB kimia di ASEAN. 713 zat kimia yang ada di dalam daftar perbandingan dengan 40 zat kimia selalu ada di semua daftar NAB kimia serta 124 zat kimia yang keluar hanya di dalam 1 daftar NAB kimia. Dalam non-metric multidimensional scaling plot, 5 NAB kimia diketahui mirip dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 sedangkan dua daftar NAB kimia (NAB Thailand dan Permenkes 70 2016) berbeda karena jumlah substansi yang ada dalam daftar NAB tersebut jauh lebih sedikit daripada jumlah substansi NAB yang lain. NAB kimia ASEAN-5 memiliki rata-rata geometrik lebih tinggi daripada TLV ACGIH 2016 dan lebih rendah daripada PEL OSHA 2016 kecuali untuk Rule 1070 Filipina dan NAB Thailand. Ada persamaan dan perbedaan pada NAB kimia ASEAN-5 untuk dipertimbangkan dalam upaya harmonisasi NAB di ASEAN. Kata kunci: NAB Faktor Kimia, ASEAN-5, Studi Perbandingan, substansi kimia, regulasi Five countries within Association of South East Asian Nation (ASEAN) which are Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Philippine, use a lot of chemical substances in their industries that put risk on health and safety to their worker. Occupational Exposure Limit (OEL) is used as regulation or reference instrument to control chemical risk. This study compared OEL in ASEAN-5 countries with TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016 in order to propose a harmonization possibility within ASEAN. There are 713 chemical substances in comparison list with 40 substances that always available in all OEL lists and 124 unique substances that only appear on 1 list OEL. In non-metric multidimensional scaling plot, it was found that 5 OEL list were quite similar with both TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016, while the other two (Thailand OEL and Permenkes 70 2016) much differ due to less number of substances listed on these OEL lists. ASEAN-5 OEL list found higher geometric means than TLV ACGIH 2016 and lower than PEL OSHA 2016 except for Rule 1070 Philippine and OEL Thailand. There are similarities and differences in OEL ASEAN-5 to consider in ASEAN OEL harmonization effort. Key words: Occupational Exposure Limit, ASEAN-5, comparative study, regulation
Read More
T-4903
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Martina Caisar Ferananda; Pembimbing: Mila Tejamaya, Hendra, Agung Supriyadi
Abstrak:
Karsinogen merupakan efek toksik yang mengarah pada terjadinya peristiwa karsinogenesis hingga timbul kanker. Tingginya angka penggunaan bahan kimia di industri yang terbukti karsinogenik bagi manusia tentunya akan berpotensi memunculkan dampak negatif kepada kesehatan pekerja. Peraturan Nilai Ambang Batas (NAB) di Indonesia dibuat sebagai upaya melindung kesehatan pekerja. Namun di Indonesia terdapat dua standar mandatori, dimana keberadaan lebih dari satu standar di Indonesia menyulitkan perusahaan dalam hal pemenuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan Nilai Ambang Batas bahan kimia yang bersifat karsinogen dan klasifikasi karsinogen. Unit analisis penelitian ini adalah peraturan Nilai Ambang Batas Kimia di Indonesia yaitu Permenaker 5 tahun 2018 dan Permenker 70 tahun 2016. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif. Pada perbandingan antara dua peraturan terdapat 2 bahan kimia yang memiliki notasi klasifikasi karsinogen berbeda yaitu Chromium metal and insol. salts (sebagai Cr) pada Peremenaker (A4) dan pada Permenkes (A1) serta didapatkan substansi kimia Diazomethane pada Peremenaker notasi (A2) namun tidak diatur di Permenkes. Terdapat 6 substansi kimia yang memiliki konsentrasi NAB yang berbeda diantaranya adalah benzotrichloride (tidak diatur dalam Permenaker dan Permenkes NAB-STEL 0.1 mg/m3), Benzo (a) pyrene (tidak diatur dalam Permenaker dan Permenkes NAB-TWA 0.2 mg/m3), beryllium and beryllium compounds as be (Permenkes NAB-TWA 0.00005 mg/m3 dan Permenkes NAB-TWA 0.002 mg/m3), Formaldehyde (Permenkes NAB-STEL 0.3 ppm dan Permenkes NAB-TWA 0.5 ppm), Silica crytaline - alpha quartz and cristobalite (Permenkes NAB-STEL 0.025 mg/m3 dan Permenkes NAB-TWA 0.1 mg/m3).

Carcinogens are toxic effects that lead to carcinogenic events leading to cancer. The high rate of use of chemicals in industry that are proven to be carcinogenic to humans will certainly have the potential to have a negative impact on the health of workers. Threshold Value Regulations (NAV) in Indonesia were made as an effort to protect the health of workers. However, in Indonesia there are two mandatory standards, where the existence of more than one standard in Indonesia makes it difficult for companies to fulfill them. This study aims to examine the comparison of the Threshold Limit Values of chemicals that are carcinogens and the classification of carcinogens. The unit of analysis for this research is the regulation of Chemical Threshold Limit Values in Indonesia, namely Permenaker 5 of 2018 and Permenker 70 of 2016. This research was conducted using a descriptive method. In the comparison between the two regulations, there are 2 chemicals that have different carcinogen classification notations, namely Chromium metal and insol. salts (as Cr) in Peremenaker (A4) and in Permenkes (A1) and the chemical substance Diazomethane is found in Peremenaker notation (A2) but it is not regulated in Permenkes. There are 6 chemical substances that have different NAB concentrations including benzotrichloride (not regulated in the Permenaker and Permenkes NAB-STEL 0.1 mg/m3), Benzo (a) pyrene (not regulated in the Permenaker and Permenkes NAB-TWA 0.2 mg/m3), beryllium and beryllium compounds as be (Permenkes NAB-TWA 0.00005 mg/m3 and Permenkes NAB-TWA 0.002 mg/m3), Formaldehyde (Permenkes NAB-STEL 0.3 ppm and Permenkes NAB-TWA 0.5 ppm), Silica crytaline - alpha quartz and cristobalite (Permenkes NAB-STEL 0.025 mg/m3 and Permenkes NAB-TWA 0.1 mg/m3).
Read More
T-6790
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauzi Syarif; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja
S-3272
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mohamad Zaenal Abidin; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati
M-1062
Depok : FKM UI, 2002
D3 - Laporan Magang   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mardiati; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan
M-1039
Depok : FKM UI, 2002
D3 - Laporan Magang   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhamad Zaky; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Fatma Lestari, Zulkifli Djunaidi, Arif Susanto, Henny Purwaningsih
Abstrak: Penggunaan bahan kimia berbahaya di laboratorium pengujian kimia seperti Laboratorium X terkadang tak terhindarkan. Sementara itu, penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pekerja laboratorium yang telah bekerja lebih dari 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara, kanker ovarium, leukemia, melanoma, kanker prostat, dan kanker tiroid dibandingkan jenis pekerja lain di laboratorium. Oleh karena itu, penilaian risiko kesehatan dari penggunaan bahan kimia berbahaya sangat penting dilakukan di Laboratorium X untuk memastikan kesehatan pekerja laboratorium di masa depan. Tujuan dari penilaian ini untuk mengevaluasi risiko yang timbul dari aktivitas di laboratorium dan untuk mengevaluasi tindakan pengendaliannya. Penilaian risiko kualitatif ini telah dilakukan di Laboratorium X yang diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut lembar data keselamatannya dan telah dilakukan dengan menggunakan alat yang dikembangkan oleh Jabatan Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaaan, Kementerian Sumber Manusia, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya yang terdapat pada Laboratorium X sangat bervariasi sebagian besar bahaya yang ada pada bahan kimia yaitu bersifat iritan. Hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa pekerja laboratorium memiliki risiko kesehatan yang signifikan dari bahan kimia berbahaya yang digunakan baik pada pajanan inhalasi dan dermal juga langkah-langkah pengendaliannya yang diterapkan untuk mengontrol pajanan bahan kimia di laboratorium dapat ditingkatkan dan beberapa di antaranya sudah memadai.
Read More
T-5745
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Polma Erik Astrada; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Hendra; Muhamad Dawaman, Eka Fitriani Ahmad
Abstrak: Produksi perisa makanan menggunakan beberapa bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan baik melalui pajanan terhadap sistem pernafasan ataupun penyerapan dermal. Berdasarkan beberapa penelitian risiko kesehatan dari bahan kimia menjelaskan bahwa bahan-bahan kimia tersebut memiliki risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji risiko kesehatan terkait pajanan bahan baku perisa makanan di PT. X berdasarkan tingkat bahaya, pajanan, risiko kesehatan hingga pengendalian yang dilakukan. Metode penelitian dilakukan dengan penelitian risiko kesehatan terhadap bahan kimia dengan mengidentifikasi bahaya berdasarkan karakteristik dari bahan kimia hingga besar pajanan yang diterima oleh pekerja sehingga dapat dinilai risikonya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko pajanan di PT X. Proses pembuatan perisa makanan di PT X memiliki menggunakan sejumlah seratus tiga puluh bahan kimia yang digunakan untuk proses produksi bahan perisa makanan yang digunakan dari proses penimbangan dan persiapan bahan baku. Berdasarkan penelitian terhadap bahan kimia didapatkan hasil bahwa risiko pajanan melalui jalur inhalasi merupakan risiko sedang sedangkan risiko pajanan melalui jalur penyerapan dermal merupakan risiko tinggi pada risiko korosi pada kulit dengan risiko tertinggi pada proses pengisian dan pengemasan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan studi pada karakteristik bahan kimia serta analisis data sekunder dari perencanaan produksi sehingga data besaran pajanan bersifat kualitatif. Penulis menyarankan untuk melakuan pengamatan secara kuantitif dengan melakukan uji pajanan dari pekerja yang melakukan proses bahan kimia tersebut sehingga mendekati respon dosis yang diterima oleh pekerja.

Chemicals which are used at flavor industry potentially harmful to health through exposure to the respiratory or dermal systems. Based on several studies of the health risks of chemicals explained chemicals have a high risk. This study objective is to examine the health risks associated with exposure to raw materials for food flavoring in PT. X based on the level of danger, exposure, health risks to controls. The research method is carried out by researching health risks to chemicals by identifying hazards based on the characteristics of the chemical to the extent of exposure received by workers so that the risk can be assessed. The results of this study indicate that the risk of exposure at PT X The process of making food flavors at PT X has used one hundred and thirty chemicals used for the production of food flavoring materials used from the weighing and raw material preparation process. Based on research on chemicals found that the risk of exposure through inhalation is a moderate risk while the risk of exposure through the dermal pathway is a high risk of risk of corrosion to the skin with the highest risk in the filling and packaging process. This research is qualitative by conducting a study on the characteristics of chemicals and secondary data analysis from production planning so that the amount of exposure data is qualitative. The author suggests conducting quantitative observations by conducting exposure tests from workers who carry out the chemical process so that they approach the dose response received by the worker.
Read More
T-5956
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yenni Miranda Savira; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Syahrul Efendi Panjaitan
S-10129
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prilyana Fajria Imawati; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Elsye As Shafira
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan terkait pajanan bahaya kimia benzene, toluene, dan xylene pada pekerja di unit pengolahan minyak dan gas bumi. Penelitian ini menganalisis pajanan bahaya kimia benzene, toluene, dan xylene di dua unit pengolahan minyak bumi menggunakan metode Chemical Hazard Risk Assessment dari Departemen of Safety and Health Malaysia Tahun 2018. Hasil penelitian menunjukan bahwa benzene termasuk dalam kategori tingkat risiko kesehatan tinggi, sedangkan toluene dan xylene termasuk dalam kategori tingkat risiko kesehatan rendah. Tingkat pajanan bahaya kimia benzene, toluene, dan xylene dengan nilai rata-rata tertinggi berada pada unit laboratorim.
Read More
S-10723
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuli Irmayanti; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Lestari Fatma, Arif Susanto, Henny Purwaningsih
Abstrak: Penggunaan berbagai pelarut organik volatil di labotatorium pengujian menimbulkan risiko terhadap dampak kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian risiko kesehatan. Chemical Health Risk assessment (CHRA) atau kajian risiko kesehatan yang dikembangkan oleh Department of Occupational Safety and Health (DOSH), Ministry of Human Resources, Malaysia (2018) digunakan dalam studi ini untuk menilai risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi dan dermal dari 3 (tiga) pelarut organik volatil yaitu chloroform, dichlorometane, dan tetrachloroethylee. Penelitian dilakukan terhadap 3 (tiga) karyawan laboratorium PT X yang bekerja di 3 (tiga) lokasi ruangan yang berbeda. Penilaian tingkat risiko atau risk rating (RR) pajanan bahan kimia melalui inhalasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif, sedangkan pajanan melalui dermal dinilai secara kualitatif saja. Diperoleh bahwa hasil penilain tingkat risiko pajanan bahan kimiakimia melalui inhalasi secara kualitatif adalah chloroform (RR=16) dengan tingkat risiko tinggi, dichlorometane (RR=15) dengan tingkat risiko menengah, dan tetrachloroethylene (RR=12) dengan tingkat risiko menengah Hasil penilaian tingkat risiko pajanan bahan kimia melalui inhalasi secara kuantitaif adalah chloroform (TWA pengukuran = 18,460 ppm) dengan tingkat risiko tinggi (RR=20), dichlorometane (TWA pengukuran = 0,362 ppm) dengan tingkat risiko rendah (RR=3), dan tetrachloroethylene (TWA pengukuran = 0,560) dengan tingkat risiko rendah (RR=3).Hasil penilaian tingkat risiko pajanan bahan kimia melalui dermal secara kualitatif dengan luas area kontak kecil dan durasi panjang adalah chloroform (M2) dengan tingkat risiko menengah, dichlorometane (M2) dengan tingkat risiko menengah dan tetrachloroethylene (M2) dengan tingkat risiko menengah. Pengendalian untuk menurunkan risiko pajanan chloroform melalui inhalasi (AP-3) direkomendasikan dalam penelitian ini.
Read More
T-5700
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive