Ditemukan 36674 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
ABSTRAK Nama : Ainurinsan Amaludin Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Efisiensi Pengadaan dan Penyimpanan Obat dalam Penyusunan Rencana Pengadaan Obat di RSUD Pasar Minggu Masalah terkait pengadaan obat di rumah sakit kerapkali terjadi, tidak terkecuali di RSUD Pasar Minggu. Masalah pengadaan obat yang sering terjadi di RSUD Pasar Minggu adalah peningkatan anggaran obat, seringnya terjadi kekosongan stok obat, dan lead time pengadaan obat yang relatif lama. Oleh karena itu, diperlukan upaya efisiensi pengadaan dan penyimpanan obat dalam penyusunan rencana kebutuhan obat untuk memperlancar kegiatan operasional dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Bentuk penelitian ini adalah riset operasional dengan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menyusun upaya efisiensi baik dari pendekatan farmasi dan non farmasi. Pendekatan farmasi dilakukan dengan mengelompokkan obat menurut Analisis ABC nilai investasi kemudian membandingkan beberapa model inventori demi mendapatkan model dengan total biaya pengadaan dan penyimpanan obat terkecil, sementara pendekatan non farmasi melalui upaya manajemen formularium. Hasil Analisis ABC nilai investasi menunjukkan bahwa terdapat 34 jumlah obat kelompok A yang menjadi fokus utama efisiensi pengendalian biaya obat. Obat kelompok A tersebut kemudian dihitung perencanaan kebutuhannya dengan menggunakan model inventori Economic Order Quantity (EOQ) untuk menghasilkan perhitungan total biaya pengadaan dan penyimpanan obat (TIC) terkecil. Untuk mengantisipasi kejadian kekosongan stok obat dilakukan dengen menentukan nilai safety stock yang mempertimbangkan jumlah pemakaian dan lead time masing – masing obat. Kata kunci: Analisis ABC; Efisiensi; EOQ; TIC.
ABSTRACT Name : Ainurinsan Amaludin Program of Study : Hospital Administration Study Title : Medication Procurement and Inventory Efficiency in Planning Medication Procurement in RSUD Pasar Minggu Problems related to procuring medication often occur in hospital, including in RSUD Pasar Minggu. The problems involved are increased medication budget, the frequent occurrence of out of stock medication, and relatively long medication procurement lead time. Therefore, it is necessary to determine efforts to maximize efficiency in medication procurement and inventory in planning medication needs so that operational activities can be reinforced and the quality of health service can be improved. This is an operational research with qualitative and quantitative method to establish efficiency efforts both from pharmaceutical and nonpharmaceutical approaches. Pharmaceutical approach involves doing ABC Analysis to group the medication based on its investment values. Then, three inventory models will be compared to get the model with the lowest total inventory cost (TIC). Meanwhile, nonpharmaceutical approach is done by formulary management efforts. ABC Analysis of investment value indicates that group A medication consist of 34 items. Those items become the main focus of medication cost containment. The medication needs for group A are then calculated by Economic Order Quantity (EOQ) model to generate the lowest TIC. In addition, safety stock calculation that determines not only the demand of the medication but also the procurement lead time of each drug is vital to anticipate the occurrence of out of stock medication. Keywords: ABC Analysis; Efficiency; EOQ; TIC.
Pharmaceutical supplies must be managed well for the smooth running of hospital services and finances. Management of hospital pharmaceutical supplies starts from the flow of planning and procurement of medicines in the hospital. An appropriate planning system is needed for managing planning and supplies in hospitals so that efficiency in the drug procurement process can be achieved. Hermina Medan Hospital made changes to its medicine planning system from initially using a min-max system to a Pareto system. This research aims to compare the level of efficiency of the two systems. This research was conducted using operational research on drug samples resulting from ABC analysis and combining qualitative methods. The results of ABC analysis based on usage values during August and September 2023 showed that category A drugs represent 80% of the total value of UHC drug supplies in pharmacy installations. The research results show that by comparing calculations for planning the procurement of category A drugs using the Pareto and min-max systems, the total inventory cost is lower using the min-max system. Procurement planning using a min-max system can be better if the calculation of drug use is routinely controlled and the procurement planning process is assisted by a better information system. It is hoped that the research can be continued for a longer period so that inventory cost assessments can be more accurate.
Hasil observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Kabupatcn Majalengka, menunjukkan bahwa ada masalah-masalah yang mengganggu pelayanan diantaranya masalah pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi berupa obat dan alai kesehatan habis pakai. Hal itu menggambarkan masih lernahnya pelaksanaan pengadaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Cideres Majalengka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mcngetahui faktor kebijakan, faktor organisasi. faktor perencanaan. faktor prosedur. faktor sumberdaya manusia, faktor pencatatan pelaporan dan faktor evaluasi terhadap pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran barang farmasi. Penelitian dilaksanakan tanggal 6 Maret sampai dengan tanggal 10 Mei 2006. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sumber data dari informan, telaah dokumen dan pengamatan langsung. Hasil penelitian adalah perlama Variabel Kebijakan. kebijakan yang ditetapkan telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua Variabel Organisasi, hasilnya adalah bagian-bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai tugas wewenang yang berbeda dengan bagian unit lain dan tidak terjadi duplikasi tugas dan wewenang. Ketiga Variabel Perencanaan. hasil yang didapat bahwa perencanaan rutin dan perencanaan tahunan kebutuhan barang farmasi tidak dilaksanakan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku, tidak membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU) dan ada dokter yang tidak mematuhi formularium obat. Keempat Variabel prosedur. hasilnya sccara umum setiap bagian yang terkait dalam pengelolaan persediaan barang farmasi telah mempunyai prosedur tetap. Kelima Variabel Sumber Daya Manusia. Instalasi Farmasi masih membutuhkan tiga orang pegawai sedangkan personil Panitia Pengadaan Pekerjaan Unit merangkap tugas dengan tugas pokok lainnya dan belum memiliki ruang sekretariat khusus. Keenam Variabel Pencatatan Pelaporan hasil yang didapat adalah buku penerimaan barang, kartu barang dan pencatatan pendapatan obat tidak dicatat secara akurat. Pelaporan eksternal tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketujuh Variabel Evaluasi, Pelaksanaan evaluasi belum optimal, tidak dilaksanakan sesuai dengan tugas kewenangannya. Kedelupan Variable Pengadaan, Obat atas kesehatan habis pakai yang dipesan ke Perusahaan belum semuanya dikirim sesuai dengan pesanan, seluruh penerimaan barang ke rumah sakit diterima pemegang barang dan diperiksa Panitia perneriksa barang. Kesembilan Variabel Penyimpanan, Secara umum penyimpanan telah sesuai dengan peraturan namun sistim penyimpanan di Gudang induk dikelompokan berdasarkan pemasok. Kesepuluh Variabel Penyaluran, diketahui bahwa masih terdapat pennintaan obat alai kesehatan habis pakai dan atau resep yang tidak dipenuhi sesuai permintaan. Saran dari peneliti adalah buat dokumen kebutuhan barang unit yang mengakomodir kebutuhan pengguna. Optimalisasi pencatatan administrasi dan pendapatan barang farmasi rumah sakit. Tingkatkan kerjasama dengan pemasok tentang pembayaran dan pengiriman barang. Tetapkan buffer stock barang farmasi di gudang induk dan di instalasi farmasi. Perlu penambahan tiga pegawai di instalasi farmasi. sekretaris panitia pengadaan barang tidak dibebani tugas lain dan adanya ruang khusus panitia pengadaan barang. Serta perlunya aplikasi inventory yang teritegrasi dengan aplikasi billing system.
The result of an observation during a residency in Cideres country General Hospital some problem reveal on a pharmacies inventory supply and storage system. Those problems have a major impact on hospital service quality. The impact on hospital services quality will lead to a negative perception from the public and in a long run has a potential distortion on a hospital income thereby a good pharmacies good inventory controlling system in Cideres country General Hospital is a must. The aim of this research was to reveal and analyze the policy factor, organizational factor, planning factor, procedural factor, human resource factor, and data entry and reporting factor on pharmacies goods inventory contolling system. This research held from Maret 6 to May 10- of 2006, performed with qualitative analyzing that used informant data, secondary data and observation data. This research reveal that ; first, policy variable, the Cideres County General Hospital inventory policy has been established according to a general rules set by the government. Second, Organizational variable, every departement that co-op with pharmacies inevntory management already has a different task and a different authority, therefore, task and authority duplication were not found. Third, Planning variable, both daily and annually planning for pharmacies goods supplies were not held according to procedure and the rules, even a units stock annually planning was not made. Fourth, proccedure variable, generally every section that co-op with inventory management had a well astablish procedure. Fifth, human resource variable, pharmacies unit still sort of personnel therefore need an addition personnel as much as three personnel; Furthermore it required a secretary room. Sixth, Data Entry and reporting variable, stock card were not accurately update and externals reporting were not condurated according to the rules. Seventh, Evaluation variable, not optimalize of evaluation and improperly of the duty of authorities. Eight Supllies variable, drugs and expendable medical tools that has been ordered were not delivered as much as an order stated. Ninth, acceptance and storage variable all goods that goes in to the hospital accept by a goods holder after run in to check by the comitte. Tenth, expandite variable, this research reveral that there were some demands on a certain drugs and medical kit or recipe that were not fulfilled as demand. Base on the result of this research, making of the inventory unit necessity document for accomodate user needs. Optimalization of administration report and the income of hospital pharmacies stuff Increasing cooperation with the distributor about payment and distribution. Determined the buffer stock at pharmacy main strorage and fharmacy instalation. It needs three additional employees at fharmation unit, the officer of fharmacy inventory can not have another jobs and it needs special room. Integrated inventory application with a billing system is also a recomandation that has an urgency to fulfill imadietly.
Di RSUD Dokter Soedarso, berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kejadian penundaan pelayanan resep sebanyak 70-80% setiap bulannya. Penundaan pelayanan resep disebabkan habisnya persediaan obat di gudang penyimpanan. Dalam persiapan menjadi BLUD, pihak manajemen harus memperbaiki sistem pengadaan obat. Penelitian ini adalah analisis evaluasi ekonomi kuantitatif untuk menyusun model pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan total biaya persediaan obat kelompok A. Kemudian dilakukan penghitungan EOQ serta ROP dilanjutkan dengan dilakukan simulasi pengadaan dengan metode EOQ dan perhitungan biayanya. Dari biaya yang diperoleh dilakukan perbandingan untuk melihat efektifitas pengadaan terhadap konsekuensi ITOR, service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan. Pengadaan persediaan farmasi di RSUD Dokter Soedarso Pontianak belum dilakukan dengan optimal untuk mencapai hasil yang efektif dilihat dari sudut pandang biaya. Dengan adanya keterbatasan anggaran, sebaiknya dilakukan prioritas dalam pengadaan obat-obatan dengan menggunakan analisis ABC nilai investasi. Metode ini akan membantu pihak manajemen untuk lebih memfokuskan diri terhadap obat-obatan yang mempunyai nilai investasi tinggi. Pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi mempunyai efektifitas biaya yang lebih baik dibandingkan dengan cara RSUD Dokter Soedarso saat ini jika dilihat dari sudut pandang service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan (CER EOQ < CER RS). Sedangkan dilihat dari sudut pandang ITOR, sangat tergantung dengan jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan lebih dari 350 vial metode EOQ lebih efektif sedangkan jumlah pemesanan kurang dari 350 vial, cara RSUD Dokter Soedarso lebih efektif.
At the RSUD Dokter Soedarso, based on interviews, it was found 70-80% delay per month in pharmacy services (drog provison for patients). The reason for the delays was stockout of prescription drugs in the pharmacy storage. In preparation to be BLUD, the management should improve the drug procurement system. This was a quantitative analysis of economic evaluation study to compare a procurement methode for class A ABC investing score analysis antibiotics. The calculation of EOQ and ROP was performed, followed by procurement simulations with EOQ method and cost calculations. Total cost were compared with each consequences, namely, ITOR, service level, drug coverage, worktime needed and documents generated. The procurement method at RSUD Dokter Soedarso has yet to be implemented in an optimal way to reach the desired effectiveness from cost point of view. With budget limitations, it is advised to prioritize the drugs procurement using ABC insvesting score analysis. This method will help the management to focus more on the drugs that have a high investment value. Procurement of class A ABC investing score analysis antibiotics drugs using EOQ method is more cost effective compared with RSUD Dokter Soedarso?s ways viewed from service level, drug coverage, amount of time and amount of documents (CER EOQ < CER Hospital). Whereas from ITOR consequences, the cost effectivenes depends on the amount of purchasing. EOQ method is likely more cost effective f the amounts of purchasing exceed 350 vials.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (analitik observasional) untuk melihat alur pelayanan resep obat dan mengidentifikasi pemborosan pelayanan resep obat. Dan didukung oleh penelitian kuantitatif (analisis deskriptif) untuk memperoleh data perhitungan waktu setiap tahapan proses pelayanan resep obat.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan selama 89.6 menit (88.17% kegiatan menunggu) dan 124.70 menit (82.10% kegiatan menunggu) pada pelayanan resep obat racikan.
Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa terdapat 8 jenis pemborosan (DOWNTIME) pada pelayanan resep obat. Usulan perbaikan dengan metode lean diharapkan dapat menurunkan waktu tunggu menjadi 66.67% pada pelayanan resep obat non racikan dan 56.67% pada pelayanan resep obat racikan.
Kata kunci : farmasi; metode lean; pemborosan; waktu tunggu
Long waiting times on prescription services will reduce patient satisfaction and lead to inefficient services. Lean is one of the methodologies that can be used to deal with inefficiencies in health services. This study aims to analyze the application of lean method in reducing waiting time of outpatient prescription services at Pasar Minggu public hospital in 2017.
This study used qualitative research methods (observational analytics) to examine the flow and identify waste of prescription drug services. And also supported by quantitative research (descriptive analysis) to get the exact calculation of every step of prescription drug services.
Based on the result of the research, it is known that the average waiting time of medicine prescription services is 89.6 minutes (88.17% waiting activity) and 124.70 minutes (82.10% waiting activity) of personalized medicine prescription services.
The study identified that there were 8 types of waste (DOWNTIME) in prescription services. The future improvement by lean method is expected to reduce waiting time to 66.67% on medicine prescription services and 56.67% on personalized medicine prescription services.
Keywords : pharmacy; lean methode; waste; waiting times
The National Health Insurance System or better known as JKN is able to bring benefits to all Indonesian people. Moreover, in this JKN era, more and more people are aware of their health. This is directly proportional to the increasing number of outpatient and inpatient visits at Pasar Minggu Hospital. The number of outpatient visits reached more than 20,000 visits per month since 2018 until 2020. If this high figure is not balanced with the comparable ability to collect JKN claims, it will hamper the hospital cash flow. Therefore, RSUD Pasar Minggu has implemented an IT system that supports the entire process up to the billing stage. Hopefully IT system at Pasar Minggu Hospital have a high level of effectiveness and efficiency so that it can support the hospital cash flow
