Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38599 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dyan Handayani; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Purnawan Junadi, Amal Chalik Sjaaf, Enny Ekasari, Elis Rohmawati
T-5125
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adri Akhyani; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Ascobat Gani, Herwin Meifendy, Ilmi Tri Indiarto
Abstrak:
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan salah satu pelayanan Puskesmas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penurunan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki 2 Puskesmas Kecamatan yang memiliki rawat inap yang berfungsi PONED dan 4 Puskesmas Kelurahan yang mempunyai perawatan 24 jam. Namun demikian indikator pelayanan Program PONED masih belum mencapai target, salah satunya angka Kematian Bayi dan Rujukan Ibu Melahirkan yang masih sangat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kualitatif. Informan ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Informan penelitian antara lain masyarakat, Pemerintah Daerah, Tim PONED Puskesmas, Para Kepala Puskesmas PONED, penanggung jawab program PONED Sudinkes Pulau Seribu, dan Penanggung Jawab SDM Kesehatan Sudinkes Kepulauan Seribu. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder berupa hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian diperoleh data bahwa pada standar dan ukuran kebijakan telah dipahami oleh pelaksana kebijakan. Pemahaman ini didukung komunikasi yang jelas dan berkelanjutan antara Dinas Kesehatan, puskesmas dan stakeholder, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. Ketersediaan anggaran, sarana dan prasarana sudah mencukupi tetapi terkendala masalah pemeliharaan alat karena faktor air asin yang menyebabkan peralatan mudah berkarat dan rusak. Struktur birokrasi sudah terdapat Keputusan Bupati mengenai tim PONED, namun belum ada struktur khusus PONED di Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu Disposisi ditunjukan dengan sikap positif berupa komitmen bersama Pemerintah Daerah dan Puskesmas dalam penanganan ibu hamil, penanganan kasus rujukan ibu melahirkan dengan penyulit. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PONED sudah ditunjukan dengan pemanfaatan Puskesmas PONED dalam pemeriksaan kehamilan dan proses melahirkan, Output pelaksanaan program PONED sudah dilakukan pencatatan dan pelaporan capaian program kepada penanggung jawab di Sudinkes, belum ada format pelaporan khusus PONED dan belum dilakukan analisa pelaporan PONED serta feedbacak pelaporan belum dilaksanakan. Implementasi pelayanan PONED di Puskesmas Kepulauan Seribu Selatan dan Puskesmas Pulau Seribu Utara sudah berjalan tapi belum optimal dengan adanya hambatan dan kendala di komponen input, proses maupun output yang harus diatasi sehingga pelayana PONED di Kepulauan Seribu bisa berjalan dengan baik.
Basic Emergency Obstetric and Neonatal Care (PONED) is one of the Primary Health Care services that is expected to contribute to the reduction of MMR and IMR. Maternal Mortality Rate (MMR), Infant Mortality Rate (IMR) and Toddler Mortality Rate in Indonesia are the highest compared to other ASEAN countries. The Seribu Islands Administrative Regency has 2 sub-district health centers that have PONED inpatient care and 4 sub-district health centers that have 24-hour care. However, the service indicators of the PONED program have not yet reached the target, one of which is the very high infant mortality rate and maternal referral. This study was a qualitative analytic study. Informants were determined using purposive sampling. The research informants included the community, local government, Primary Health Care PONED team, Heads of Primary Health Care PONED, the person in charge of the Thousand Island sub-district PONED program, and the person in charge of the Thousand Islands sub-district health human resources. The research results show that the policy standards and measures have been understood by implementers. This understanding is supported by clear and continuous communication between the Health Service, community health centers and stakeholders, clarity of information and consistency of information. The availability of budget, facilities and infrastructure is sufficient but is hampered by equipment maintenance problems due to the salt water factor which causes the equipment to rust easily and cause damage. The bureaucratic structure already has a Regent's Decree regarding the poned team, but there is no special PONED structure in the Seribu Islands Health Sub-Department. The disposition is shown by a positive attitude in the form of a joint commitment between the Regional Government and the Community Health Center in handling pregnant women, handling referral cases of mothers giving birth with complications. Community participation in the implementation of PONED has been demonstrated by the use of PONED Community Health Centers in pregnancy checks and the birthing process. The output of the implementation of the PONED program has been recorded and reported on program achievements to the person in charge at the Health Sub-Department. reporting has not been implemented. The implementation of PONED services at the South Seribu Islands Community Health Center and North Thousand Islands Health Center is already underway but is not yet optimal due to the existence of barriers and obstacles in the input, process and output components that must be overcome so that PONED services in the Thousand Islands can run well.
Read More
T-6982
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yunita Hapsari; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Helen Andriani, Dyah Eko Judihartanti, Susi Aswiyarti
Abstrak:
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, Pemerintah melakukan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas. PONEK adalah pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan diselenggarakan oleh rumah sakit dengan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Rumah Sakit Umum Adhyaksa adalah salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan PONEK, namun berdasarkan evaluasi kinerja yang pernah dilakukan rumah sakit belum memenuhi kriteria baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Rapid Asessment Procedure (RAP). Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada 13 orang informan, telaah dokumen dan observasi. Hasil penelitian berdasarkan unsur input yaitu pada sumber daya manusia masih kurangnya tim PONEK, pelatihan yang perlu ditingkatkan, belum adanya prosedur pendelegasian wewenang, struktur organisasi menunjukkan terlalu kompleks diperlukan kejelasan struktur sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman fungsi dan tanggung jawab dalam PONEK, belum ada monitoring kepatuhan SPO, sosialisasi SPO yang masih kurang, peralatan dan perlengkapan sudah cukup lengkap, sistem informasi yang belum memadai, pada unsur proses belum optimal pada pelayanan penunjang yang belum berjalannya bank darah rumah sakit, pemantauan dan evaluasi yang belum dilakukan, dan aspek disposisi yang belum menunjukkan komitmen terhadap pelaksanaan program yang disebabkan kurangnya pengarahan, koordinasi dan komunikasi. Pada output belum tercapainya indikator operasi sectio caesarea dan belum adanya angka keterlambatan operasi karena jadwal operasi yang belum terorganisir. Kesimpulan adalah implementasi PONEK belum berjalan optimal belum sesuai dengan standar penyelenggaraan PONEK 24 jam. Rekomendasi perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, perbaikan fasilitas, perlu adanya regulasi terkait pelayanan maternal neonatal pada forensik klinik, pengembangan sistem informasi, meningkatkan komunikasi, sosialisasi dan koordinasi, meningkatkan fungsi pengarahan, pemantauan dan evaluasi, peningkatan fungsi RS menjadi RS mampu PONEK sehingga dapat menjalin koordinasi dan jejaring fasilitas kesehatan lain.

PONEK is a comprehensive maternal and neonatal emergency service and is organized by the hospital 24 hours a day and 7 days a week. The purpose of this study was to investigate the implementation of PONEK in RSU Adhyaksa. This study uses a qualitative approach with the Rapid Assessment Procedure (RAP) method. Data was collected through in-depth interviews with 13 informants, document review, and observation. The results of the research based on input elements, namely the lack of a PONEK team in human resources, training that needs to be improved, there is no compliance monitoring SPO, socialization of SPO that is still lacking, the information system is inadequate, the process element is not optimal, the support services that are not yet running the hospital blood bank, monitoring and evaluation that have not been carried out, and aspects of disposition that have not shown a commitment to program implementation due to lack of direction, coordination and communication. In the output, the indicators of sectio cesarean operation have not yet been achieved. The conclusion is that the implementation of PONEK has not run optimally yet not by following the 24-hour PONEK implementation standard. Recommendations need regulations related to neonatal maternal services in clinical forensics, improve communication, socialization, and coordination, improve the function of direction, monitoring and evaluation, increase the function of hospitals to become hospitals capable of PONEK can establish coordination and networks of other health facilities.

Read More
T-5937
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mularsih Restianingrum; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Suprijanto Rijadi, Anhari Achadi, Rustam Efendi, Wayan Sri Agustini
Abstrak: Diperkirakan 15-20% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Puskesmas mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebagai sarana untuk mendekatkan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas. Kabupaten Bogor mempunyai 40 Puskesmas dan 22 diantaranya termasuk kategori Puskesmas PONED. Puskesmas mampu PONED Parung mempunyai cakupan penanganan komplikasi yang tinggi (77,7%) , sedangkan Puskesmas mampu PONED Cileungsi mempunyai cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang rendah (50,7%). Menurut teori Edwards III , implementasi kebijakan berfokus pada 4 variabel yaitu : komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.Rancangan penelitian yaitu penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Puskesmas mampu PONED Parung dan Puskesmas mampu PONED Cileungsi. Hasil penelitian menunjukkan untuk variabel sumber daya, Faktor sumber daya manusia (kompetensi yang tidak merata) menjadi faktor dominan dalam penanganan komplikasi kebidanan di Puskesmas mampu PONED. Untuk variabel komunikasi Faktor koordinasi menjadi faktor dominan dalam penanganan komplikasi kebidanan di Puskesmas mampu PONED. Untuk variabel struktur birokrasi didapatkan, struktur organisasi di Puskesmas mampu PONED Parung dan Cileungsi belum lengkap karena tidak melibatkan perawat dan belum adanya pemisahan strukur organisasi PONED di Puskesmas Cileungsi. Untuk variabel disposisi diperlukan peningkatan komitmen petugas Puskesmas terutama di Puskesmas mampu PONED Cileungsi terkait dengan penanganan komplikasi kebidanan di PONED. Kata Kunci : Puskesmas mampu PONED, implementasi kebijakan, sumber daya, komunikasi, struktur birokrasi, disposisi
Read More
T-4424
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desi Rosalia Putri Rahmanita; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Sari Chandrawati
S-8306
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Dwi Indriati; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Pujiyanto, Firzawati, Adi Pranaya
Abstrak: Rendahnya pemanfaatan pelayanan bersalin di Puskesmas PONED,pemerintah berupaya agar semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatandi fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain crossectional,dengan hasil sebesar 79.6% tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan untukbersalin. Faktor yang berhubungan dalam penelitian ini adalah budaya bersalin dirumah, akses, frekuensi pemeriksaan kehamilan dan fasilitas fisik.Budaya melahirkan di rumah dan akses yang sulit akan mempengaruhicakupan dalam pelayanan bersalin, oleh karena itu perlunya peran keluarga,masyarakat dan lingkungan tentang kepedulian terhadap kesehatan ibu dan bayi,menguatkan kembali hubungan kemitraan dengan bidan dan paraji, meningkatkankemampuan tenaga kesehatan secara kompetensi dan kemampuan KIE(komunikasi, informasi, edukasi).Kata kunci: ibu bersalin, budaya, akses.
Read More
T-4603
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggun Wirabuana; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Dedeh Yuningsih
Abstrak: Skripsi ini membahas analisis jumlah kebutuhan bidan di Unit PONED puskesmas Sriamur Tambun Utara dengan menggunakan Metode WISN melalui observasi menggunakan work sampling dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mendapatkan bahwa keadaan jumlah bidan berdasarkan teori yang terdapat di Puskesmas Sriamur berkelebihan sebesar 31,24% dan berdasarkan keadaan riil sebesar 0,038%. Menyarankan untuk distribusikan bidan ke Pustu dan unit lain yang membutuhkan SDM, memberikan tugas dan fungsi pokok tambahan bidan yang bertugas di PONED. Kata kunci: Bidan, SDM, WISN, PONED, Puskesmas. This thesis discusses the analysis of the number of midwife needs in the unit PONED puskesmas Sriamur Tambun Utara by using WISN method through observation using work sampling and interview. This research is a qualitative research with descriptive design. The result of the research shows that the number of midwives based on theory in Sriamur Public Health Center is over 31,24% and based on real case is over 0,038%. Suggest to distribute midwives to Pustu and other units that require human resources, providing the additional duties and functions of additional midwives on duty at PONED. Key words: Midwife, Human Resource, WISN, PONED, Puskesmas
Read More
S-9692
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nia Fitriasari; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Adang Bachtiar, Ede Surya Darmawan, Dian Pancaningrum, Didik Supriyono
Abstrak: Puskesmas mampu PONED menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar sebab komplikasi tidak dapat diramalkan sebelumnya sehingga ibu hamil harus berada sedekat mungkin dengan pelayanan emergensi dasar. Pelatihan keterampilan Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar dilaksanakan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diharapkan memberikan dampak langsung pada kualitas pelayanan kegawatdaruratan meternal dan neonatal. Tujuan dari penelitian ini adalah: mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dilatih PONED dan belum dilatih PONED terhadap kinerja pada puskesmas di Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah petugas yang sudah dilatih PONED dan belum dilatih PONED. Hasil studi menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada variabel pengetahuan, keterampilan dan kinerja pada kelompok PONED dan non PONED; Pada kelompok PONED variabel sikap diduga yang paling dominan mempengaruhi variabel kinerja. Kata kunci Kinerja, Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, PONED
Read More
T-4535
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lusia Atilda Pattianakotta; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anwar Hasan, Sudibyo Supardi
S-7497
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zakiah; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Anhari Achadi, Pujiyanto, Enny Ekasary, Bety Setyorini
Abstrak: Kesehatan adalah hak yang sangat mendasar bagi manusia, untuk itu negara harus hadirdalam pemenuhannya. Dalam era otonomi daerah, Standar Pelayanan Minimal (SPM)bidang kesehatan menjadi jaminan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan jenis danmutu pelayanan dasar yang sama. Salah satu jenis layanan dasar adalah SPM bidangkesehatan pada usia produktif (SPM BKUP). Jenis layanan dasar ini bernilai strategis bagikinerja Pemerintah Daerah, karena berdasarkan BPS (2017) komposisi penduduk usiaproduktif menempati proporsi 60-70% dari seluruh jumlah penduduk dan nilai strategisbagi pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) karena bentuk skrining. Analisiskesiapan ditujukan untuk melihat seberapa besar jarak antara kondisi ideal dengankenyataan yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknikWM, FGD dan telaah dokumen terkait. Hasil penelitian didapatkan 10 dari 13 indikatorkesiapan implementasi, belum lengkap dimiliki Kota Depok, meliputi konseling faktorrisiko PTM, Pelatihan teknis petugas skrining dan surveilans berbasis web, pelayananterpadu PTM, pencatatan pelaporan, monitoring evaluasi, komunikasi, sikap pelaksana,ketersediaan SDM, fasilitas dan dana. Sementara 3 indikator yang belum sama sekalidimiliki yaitu insentif bagi pelaksana yang mencapai target, SOP pelaksanaan SPM BKUPdan Tim penanggung jawab penyelenggaraan SPM BKUP. Kesimpulan didapatkan bahwaKota Depok memiliki kesiapan yang minimal dalam rangka implementasi SPM BKUP.Kata kunci: analisis kesiapan, kinerja pemerintah daerah, pelayanan kesehatan usiaproduktif, pengendalian PTM, standar pelayanan minimal
Health is a fundamental right for human being, in its fulfillment, the state must be presentto provide health services for all citizens. In the era of regional autonomy, MinimumService Standards (MSS) in the field of health becomes the guarantee of health servicedelivery with the same type and quality of basic services. One type of basic service is theSPM field of health at the productive age (MSSPA). This type of basic service is ofstrategic importance to the performance of the regional government, since based on BPS(2017) the composition of the productive age population occupies a proportion of 60-70%of the total population and the strategic value for the control of Non-CommunicableDiseases (NCD) due to the form of screening. Preparation analysis is intended to see howmuch distance between ideal conditions and actual reality. This research uses qualitativemethod with indepth interview technique, FGD and study related documents. The results ofthe study were 10 out of 13 indicators of implementation readiness, not yet fully owned byDepok City, including NCD risk factor counseling, technical training of screening officersand web-based surveillance, NCD integrated service, reporting recording, evaluationmonitoring, communication, dispotition, human resources availability, facilities and funds.While 3 indicators that have not yet been owned are incentives for implementers whoachieve the target, SOP implementation MSSPA and the team responsible for theimplementation of MSSPA. The conclusion found that Depok City has minimalpreparedness in order to implement MSSPA.Key words: preparation analysis, local government performance, productive healthservice age, NCD control, minimum service standard.
Read More
T-5095
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive