Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39225 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Sri Sumarni; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Ratna Djuwita, Abdul Hafiz; Sylviana Andinisari
Abstrak: ABSTRAK Hipertensi merupakan permasalahan serius yang masih banyak ditemukan sampai saat ini. WHO melaporkan satu miliyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025 mendatang, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Salah satu faktor risiko hipertensi pada penduduk usia 40 tahun atau lebih adalah hiperurisemia. Prevalensi hiperurisemia di Indonesia adalah 24,7%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperurisemia dengan hipertensi pada penduduk usia 40 tahun atau lebih di Indonesia berdasarkan data pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama tahun 2017. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama tahun 2017. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regression. Hasil analisis menunjukkan penduduk yang hiperurisemia berisiko 1,269 kali (95% CI 1,225-1,314) menderita hipertensi dibandingkan penduduk yang tidak hiperurisemia setelah dikendalikan oleh umur, pendidikan, serta interaksi umur dengan hiperurisemia dan interaksi pendidikan dengan hiperurisemia. Penduduk usia 40 tahun keatas agar dapat lebih memperhatikan kadar asam uratnya sehingga dapat mencegah kejadian hipertensi serta peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan terhadap Jemaah haji seperti penyuluhan, konseling, pemanfaatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, pemanfaatan media massa, penyebarluasan informasi dan kunjungan rumah. Kata kunci : Hiperurisemia, Hipertensi Hypertension is a serious problem that is still found today. WHO reports one billion people worldwide suffer from hypertension, two-thirds in developing countries. The prevalence of hypertension will continue to rise sharply, predicted by 2025, about 29% of adult people in the world suffering from hypertension. Hypertension has planned deaths of about 8 million people each year where 1.5 million deaths occur in Southeast Asia. One of the risk factors of hypertension in people aged 40 years or older is hyperuricemia. The prevalence of hyperuricemia in Indonesia is 24.7%. The purpose of this study was to determine the association of hyperuricemia with hypertension in the population. 40 years or more in Indonesia.The design of this study is a cross sectional study using the first phase of hajj examination data in 2017. Data analysis is Cox Regression. The results showed that people with hyperuricemia have risk 1,269 times (95% CI 1,225-1,314) of hypertension compared to non hyperuricemia after controlled by age, education, interaction between age and hyperuricemia and interaction between education and hyperuricemia. The older and low education people in order to pay more attention to uric acid levels so they can prevent the incidence of hypertension. Keywords: Hyperuricemia, Hypertension
Read More
T-5145
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leni Susanti Rusli; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Ratna Djuwita, Sylviana Andinisari; Abdul Hafiz
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Leni Susanti Rusli Program Studi : Magister Epidemilogi Judul : Hipertensi  Dan Penyakit Jantung Koroner Pada Penduduk Usia 40 Tahun Atau Lebih Di Indonesia Tahun 2017 Pembimbing : Prof.Dr.Nasrin Kodim,MPH Penyakit jantung koroner menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyebab kematian tertinggi akibat penyakit kardiovaskular. Salah satu faktor risiko PJK adalah hipertensi. Prevalensi PJK dan hipertensi di Indonesia Tahun 2013 sekitar 1,5% dan 25,8%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian PJK pada penduduk usia 40 tahun atau lebih di Indonesia. Desain Penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah Haji Indonesia Tahun 2017. Analisis data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil analisis menemukan bahwa Penduduk usia 40 tahun atau lebih yang hipertensi berisiko 1,342 kali (95% CI 1,048 – 1,238) untuk mengalami PJK dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh kolesterol. Penduduk dewasa dapat menerapakan pola makan sehat dan rutin melakukan pemerikaan tekanan darah serta kolesterol untuk mencegah hipertensi dan PJK. Kata kunci: PJK, hipertensi, kolesterol


ABSTRACT Name : Leni Susanti Rusli Study Program : Master of Epidemiology Title : Controlled Hypertension And Coronary Heart Disease In Population Age 40 Years Or More In Indonesia Year 2017 Counsellor : Prof.Dr.dr. Nasrin Kodim, MPH Coronary heart disease is a public health problem because of the highest cause of death from cardiovascular disease. One of the risk factors of CHD is hypertension. Prevalence of CHD and hypertension in Indonesia In 2013 about 1.5% and 25.8%. The purpose of this study was to determine the relationship of hypertension with CHD events in the age of 40 years or more in Indonesia. Design This study is a cross sectional study using secondary data from the results of health examination Hajj Pilgrim Indonesia 2017. Data analysis used is logistic regression. The results of the analysis found that people aged 40 years or older who had hypertension at risk 1,342 times (95% CI 1.048 - 1.238) to experience CHD compared with non-hypertensive after cholesterol controlled. Adult population can apply a healthy diet and routinely perform blood pressure and cholesterol to prevent hypertension and CHD. Key words: CHD, Hypertension,Cholesterol

Read More
T-5143
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gusni Rahma; Pembimbing: Nasrin Kodim; Ratna Djuwita; Penguji: Masdalina Pane, Firy Triyanti
T-5136
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andi Nur Hikmah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Masdalina Pane, Sylviana Andinisari
Abstrak: Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk morbiditas dan mortalitas. Estimasi angka prevalensi pada tahun 2010, bahwa hipertensi di seluruh dunia adalah sebanyak 1,39 miliar orang, dan mewakili 31% dari populasi dewasa. Proporsi hipertensi pada wanita meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah obesitas. Prevalensi hipertensi dan obesitas pada wanita di Indonesia tahun 2013 sekitar 28,8% dan 32,9%. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 18 tahun atau lebih di Indonesia tahun 2014. Desain penelitian studi cross sectional dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey 5 Tahun 2014. Hasil penelitian menemukan bahwa wanita usia 18 tahun atau lebih dengan obesitas berisiko terjadinya hipertensi sebesar 1,243 kali setelah dikontrol oleh variabel umur dan pendidikan dibandingkan wanita usia 18 tahun atau lebih yang tidak mengalami obesitas dengan umur dan pendidikan yang sama. Bisa dikatakan bahwa wanita dengan obesitas berisiko 55,4% terjadinya hipertensi setelah dikontrol oleh umur dan pendidikan. Pada instansi kesehatan dan tenaga kesehatan harus rutin melakukan skrining kesehatan (sweeping) dengan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala pada peserta didik, khususnya pada wanita sebaiknya lebih sering dan aktif mengikuti dan mendengarkan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan serta dapat menerapkan apa yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan tersebut.
Kata kunci: Obesitas, hipertensi, prevalensi

Hypertension is a major risk factor for morbidity and mortality. Estimated prevalence rates in 2010, that worldwide hypertension is 1.39 billion people, and represents 31% of the adult population. The proportion of hypertension in women increases with age. One of the risk factors of hypertension is obesity. The prevalence of hypertension and obesity in women in Indonesia in 2013 was 28.8% and 32.9%. The purpose of this study to know the relationship of obesity with the incidence of hypertension in women among above 18 years in Indonesia in 2014. Cross-sectional study design study using Indonesian Family Life Survey data 5 Year 2014. The results found that women among above 18 years with obesity at risk the occurrence of hypertension of 1,243 times after controlled by age and education variables compared to women among above 18 years who are not obese with the same age and education. It could be said that women with obesity risk 55.4% of the occurrence of hypertension after controlled by age and education. In health institutions and health workers should routinely perform health screening (sweeping) with health screening and periodic checks on learners, especially in women should be more frequent and actively follow and listen to health education activities and can apply what has been submitted by health workers.
Key words: Obesity, hypertension, prevalence
Read More
T-5149
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahpien Yuswani; Pembimbing: Bambang Sutrisna; Penguji: Ratna Djuwita, Tri Yunis Miko Wahyono, Woro Riyadina
T-4240
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahpien Yuswani; Pembimbing: Bambang Sutrisna; Penguji: Ratna Djuwita, Tri Yunis Miko Wahyono, Woro Riyadina
T-4240
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1715
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diraya Adani Kiasatina; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Helda, Misti, Kamaluddin Latief
Abstrak:
Sebanyak 26%-50% orang dengan prediabetes berkembang menjadi diabetes melitus (DM) tipe 2 dalam waktu 5 tahun, namun kondisinya reversibel sehingga dianggap golden period untuk melakukan intervensi agar tidak berkembang menjadi DM tipe 2. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko signifikan dari prediabetes. Sebesar 81,1% penderita hipertensi memiliki tekanan darah tidak terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status kendali hipertensi dengan kejadian prediabetes pada penduduk usia ≥ 18 tahun di Indonesia dengan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah hipertensi berdasarkan diagnosis dokter dan memiliki data yang lengkap untuk minimal dua kali pengukuran tekanan darah, glukosa darah puasa (GDP), dan glukosa darah 2 jam setelah pembebanan/postprandial (G2PP). Sedangkan kriteria eksklusinya adalah diabetes berdasarkan diagnosis dokter dan pemeriksaan kadar gula darah (GDP dan G2PP) serta sedang hamil. Sampel sebanyak 1.384 responden dianalisis dalam penelitian ini. Prevalensi prediabetes pada penduduk usia ≥ 18 tahun yang hipertensi di Indonesia sebesar 67,3% dan proporsi hipertensi tidak terkendali sebesar 80,8%. Analisis menggunakan Poisson regression menunjukkan prevalence ratio (PR) = 1,16 (95% CI: 1,04−1,29) setelah mengontrol usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengobatan hipertensi, dan obesitas sentral. Sebesar 14% kasus prediabetes terjadi karena tekanan darah yang tidak terkendali dan 11,5% kasus prediabetes dapat dicegah apabila tekanan darah sepenuhnya dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi untuk mencegah prediabetes atau perkembangan prediabetes menjadi DM tipe 2.

Between 26% and 50% of people with prediabetes develop type 2 diabetes mellitus (T2DM) within 5 years, but the condition is reversible, making it a golden period for intervention to prevent progression to T2DM. Hypertension is a significant risk factor for prediabetes. As many as 81.1% of hypertensive patients have uncontrolled blood pressure. This study aims to analyze the relationship between hypertension control status and the incidence of prediabetes among individuals aged ≥18 years in Indonesia using data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI 2023). The inclusion criteria for this study were hypertension based on a doctor's diagnosis and having complete data for at least two blood pressure measurements, fasting blood glucose (FBG), and 2-hour postprandial blood glucose (2hPPG). Exclusion criteria included diabetes diagnosed by a doctor and blood glucose level tests (FBG and 2hPPG), as well as being pregnant. A sample of 1,384 respondents was analyzed in this study. The prevalence of prediabetes among hypertensive individuals aged ≥ 18 years in Indonesia was 67.3%, and the proportion of uncontrolled hypertension was 80.8%. Analysis using Poisson regression showed a prevalence ratio (PR) = 1.16 (95% CI: 1.04–1.29) after controlling for age, gender, education level, hypertension treatment, and central obesity. Approximately 14% of prediabetes cases occur due to uncontrolled blood pressure, and 11.5% of prediabetes cases could be prevented if blood pressure were fully controlled. Therefore, efforts to control blood pressure in hypertensive patients are necessary to prevent prediabetes or the progression of prediabetes to T2DM.
Read More
T-7453
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yopa Frisdiana; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Latar belakang: Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang menjadi prioritas global, penyebab utama kematian dan kecacatan. Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dengan 73,7% kasus DM yang tidak terdiagnosis. Prevalensi DM di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Obesitas sentral dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes melitus. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus. Namun, penentuan diagnosis DM hanya didasarkan pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu, tanpa disertai informasi mengenai gejala dan Riwayat DM sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan diabetes melitus yang baru didiagnosis berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah atau HbA1c pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 25.494. Analisis multivariat menggunakan cox regression untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus yang baru didiagnosis berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah atau HbA1c pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel kovariat.
Hasil: Prevalensi diabetes melitus yang baru didiagnosis sebesar 16,0%. Obesitas sentral meningkatkan risiko diabetes melitus sebesar 1,6 kali (PR: 1,6; 95% CI: 1,53–1,76) setelah dikontrol usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, hipertensi, dan dislipidemia.
Kesimpulan: Penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia dengan obesitas sentral memiliki risiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita diabetes melitus dibandingkan penduduk usia ≥15 tahun tanpa obesitas sentral setelah dikontrol oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, hipertensi dan dislipidemia. Temuan ini menekankan pentingnya modifikasi gaya hidup melalui pola makan sehat, aktivitas fisik rutin, serta deteksi dini sebagai upaya pencegahan dan pengendalian DM.

Background: Diabetes mellitus is a non-communicable disease that is a global health priority and a leading cause of death and disability. Indonesia ranks third in the world with 73.7% of DM cases undiagnosed. The prevalence of DM in Indonesia continues to increase every year. Central obesity is associated with an increased risk of diabetes mellitus. Several studies have shown an association between central obesity and the occurrence of diabetes mellitus. However, the diagnosis of diabetes mellitus is currently based solely on fasting blood glucose levels, without considering symptoms or a history of diabetes mellitus. This study aims to investigate the association between central obesity and newly diagnosed diabetes mellitus based on blood glucose levels or HbA1c in individuals aged ≥15 years in Indonesia. Methods: This study utilized secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (IHS). The sample size analyzed was 25,494. Multivariate analysis using multiple Cox regression was conducted to determine the association between central obesity and the occurrence of newly diagnosed diabetes mellitus based on blood glucose levels or HbA1c in individuals aged ≥15 years in Indonesia, after controlling for covariate variables.  Results: The prevalence of newly diagnosed diabetes mellitus was 16,0%. Central obesity increases the risk of diabetes mellitus by 1.6 times (PR: 1.6; 95% CI: 1.53–1.76) after adjusting for age, gender, physical activity, hypertension, and dyslipidemia.  Conclusion: Individuals aged ≥15 years in Indonesia with central obesity have a 1.6 times higher risk of developing diabetes mellitus compared to those aged ≥15 years without central obesity after adjusting for age, sex, physical activity, hypertension, and dyslipidemia. These findings emphasize the importance of lifestyle modifications through healthy eating patterns, regular physical activity, and early detection as preventive and control measures for diabetes mellitus.

 

Read More
T-7320
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mazaya Shafa Ainan Dini; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah; Rindu Rachmiaty
Abstrak: Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular dan kematian dini di dunia yang kini kian meningkat tiap tahunnya, serta secara signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal, dan penyakit serius lainnya. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan hipertensi, salah satunya obesitas. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pengukuran lingkar perut merupakan prediktor yang lebih baik daripada indeks massa tubuh (IMT) untuk mengetahui risiko kesehatan terkait obesitas terutama hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensi obesitas sentral kini meningkat secara global Tujuan: Mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan desain studi cross-sectional analitik. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 366.351 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan analisis stratifikasi, diperoleh bahwa variabel yang menjadi efek modifikasi yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, perilaku merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, konsumsi makanan berlemak, IMT, dan gangguan mental emosional, sedangkan variabel yang memiliki potensi bias confounding yaitu IMT. Kesimpulan: Obesitas sentral merupakan faktor risiko yang penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi di Indonesia.
Read More
S-11002
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive