Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37784 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Eni Iswati; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Endang Lukitosari; RR. Diah Handayani
Abstrak: ABSTRAK Multi Drug Resistant Tuberculosis (TB MDR) adalah tuberkulosis yang resistant terhadap obat anti tuberkulosis paling efektif yaitu isoniazid dan rifampisin. Kemenkes RI (2017) menyebutkan bahwa sukses pengobatan TB resisten obat di Indonesia tahun 2016 sebesar 65% dan target sukses pengobatan TB resisten obat tahun 2020 adalah 75%. Salah satu faktor yang berhubungan dengan sukses pengobatan TB MDR adalah konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan dengan sukses pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah cohort retrospective. Populasi pada penelitian ini adalah kasus TB MDR yang teregistrasi pada aplikasi eTB Manager tahun 2014-2015 yaitu 1.219 kasus. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel riwayat pengobatan TB sebelumnya berinteraksi dengan waktu yaitu pada bulan ke-26 sehingga HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan sebelum 26 bulan berbeda dengan HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan 26 bulan atau lebih. Hasil analisis multivariat dengan cox extended menunjukkan bahwa hubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan dengan sukses pengobatan TB MDR memiliki HR 4,245 (95% CI: 1,347-13,373) setelah dikontrol oleh HIV dan interaksi riwayat pengobatan TB sebelumnya dengan konversi kultur pada 3 bulan pengobatan. Tidak adanya riwayat pengobatan TB menambah efek konversi kultur sputum pada 3 bulan sebagai indikator sukses pengobatan TB MDR. Kata kunci: Konversi Kultur, Sukses Pengobatan, TB MDR Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) is tuberculosis that resistant to the most effective anti-tubeculosis drugs isoniazid and rifampicin. Kemenkes RI (2017) mentioned that success treatment of resistant TB in Indonesia in 2016 is 65% and target of success treatment of resistant TB in 2020 is 75%. One of the factors associated with successful MDR TB was sputum culture conversion at 3 months of treatment. The purpose of this study was to determine the relationship between sputum culture conversion at 3 months of treatment with success of MDR TB treatment in Indonesia in 2014-2015. The design of this study was a restrospective cohort. Population in this research is MDR TB cases registered in e-TB Manager application in 2014-2015 that is 1,219 cases. The result showed that previous history TB has interaction with time in 26th months so HR in cases that get outcome before 26 months different with HR in casesthat ger outcome in 26th months or more. Multivariate analysis with extended cox showed that association of sputum culture conversion at 3 months with successful outcome (HR = 4,245; 95% CI: 1,347-13,373) after adjusted with HIV and interaction of TB treatment history and culture conversion at 3 months. The absence of TB treatment history increase sputum culture conversion effect as indicator success treatment of MDR TB. Key words: Culture conversion, success treatment, MDR TB
Read More
T-5147
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Hayanti; Pembimbing: Nurhayati Aprihartono, Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Sutanti Siti Namtini, Endang Lukitasari
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Sri Hayanti Program Studi : Magister Epidemiologi Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Gagal Pengobatan Pasien Extensive Drug Resistant Tuberculosis (TB-XDR) di Indonesia Tahun 2009 – 2017 (Analisis Data e-TB Manager Subdit Tuberkulosis - Kemenkes RI) TB resistensi obat khususnya TB-XDR pada program pengendalian TB menjadi burden. Berbagai upaya pengendalian TB dilakukan untuk mencapai target global yaitu bebas TB, salah satunya melalui penurunan insiden gagal pengobatan. Penelitian untuk melihat gagal pengobatan TB-XDR belum dilakukan di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gagal pengobatan pasien TB-XDR di Indonesia tahun 2009 – 2017 dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager di Subdit Tuberkulosis - Kementerian Kesehatan RI. Sebanyak 151 pasien TB- XDR di Indonesiadianalasis dengan cox regression terdapat 28 (19%) pasien TB-XDR yang sembuh, 2 (1%) pengobatan lengkap, 38 (25%) gagal pengobatan, 4 (3%) lost to follow up, 35 (23%) meninggal dunia dan 44 (29%) tidak dievaluasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa pasien yang interupsi pengobatan ≤60 hari berisiko 0,57 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan (HR 0,57; 95%CI -1,29 – 0,15 dan nilai p 0,12) sedangkan pada pasien yang interupsi >60 hari berisiko 0,11 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan dibanding kelompok yang tidak interupsi (HR 0,11; 95% CI -3,67- -0,69 dan nailai p 0,00). Pasien yang memiliki kavitas paru berisiko 3,60 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibandingkan yang tidak memiliki kavitas paru (HR 3,60; 95% CI 0,50 - 2,06 dan nilai p 0,00). Program pengendalian TB-XDR di Indonesia diharapkan lebih memfokuskan intervensi pada interupsi pengobatan dan kavitas paru. Kata kunci: gagal pengobatan; interupsi pengobatan; kavitas paru; TB-XDR

ABSTRACT Name : Sri Hayanti Study Program: Magister Epidemiologi Title : Influencing Factors for The Failure Treatments of The Extensive Drug Resistant Tuberculosis (XDR-TB) Patients in Indonesia Year 2009-2017 TB drug resistance especially XDR-TB on TB treatment program become a burden. Many programs have been conducted to achieve global target, free of TB, one of strategy is to decrease failed treatment. Study to prove failed treatment on XDR-TB never been conducted in Indonesia. Purpose of this study is to determine the various factors associated with failure treatment on patients with XDR-TB in Indonesia in 2009 – 2017 was conducted using secondary data from the e-TB manager application in Sub Directorate Tuberculosis. Based on analysis by cox regression 151 patients with XDR-TB in which 28 patients (19%) cured, 2 (1%) complete treatment, 38 (25%) failed treatment, 4 (3%) lost to follow up, 35 (23%) died and 44 (29%) do not be evaluated. From this research it is known that patients who are interruption treatment ≤ 60 days have a lower risk 0.57 times more likely to occur as treatment failure (HR 0.57; 95%CI -1.29 – 0.15 and p value 0.12) otherwise patients who are interruption treatment >60 days have a lower risk 0.11 times more likely to occur as treatment failures compared to the group that is no interruption (HR 0.11; 95% CI -3.67- -0.69 and p value 0.00). Patients with lung cavities have 3.60 times greater risk for treatment failure than they who have no lung cavity HR 3.60; 95% CI 0.50 - 2.06 and p value 0.00). Treatment program XDR-TB resistant in Indonesia is expected to be more focused intervention to interruption treatment and lung cavity. Keywords: failure treatment; interruption treatment; cavity pulmonary; XDR-TB


 

Read More
T-5170
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
XNur Afianti Hasanah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptyah; Penguji: Putri Bungsu, Sity Kunarisasi
Abstrak: Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR) selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager (Surveilans TB Resistan Obat) 2010-2014. Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu (usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan), faktor kerentanan sistem kesehatan (riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan), dan faktor kerentanan sosial (wilayah tempat tinggal). Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan. Kata Kunci : Kematian, Pasien TB-MDR Indonesia is one of the countries in three high-burden country list, partially MDR-TB. The presentation of mortality among MDR-TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10%. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR-TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e-TB Manager (Surveillance of TB Drugs Resistance) 2010-2014. Independent variables of this study were individual vulnerability (age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test), programmatic or institutional vulnerability (previous history of TB treatment and interval of treatment), and social vulnerability (living status). Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR-TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR-TB patients during treatment. Keywords : Mortality, MDR-TB Patients.
Read More
S-9333
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Seno Aji; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Fathiyah Isbaniah
Abstrak: Situasi pandemi COVID-19 membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan, peningkatan demand akan produk-produk kesehatan mendorong industri logistik PT X yang berperan dalam distribusi barang untuk melakukan lembur kerja atas intensitas kerja yang tinggi, hal ini meningkatkan risiko terjadinya fatigue di tempat kerja yang dapat menurunkan fungsional tubuh dan berdampak baik pada kesehatan pekerja maupun risiko terjadinya error di tempat kerja, PT X juga belum memiliki sistem manajemen risiko fatigue khusus sehingga deteksi fatigue tidak dapat dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada pekerja logistik gudang PT X tahun 2022 yang bertempat di salah satu kawasan DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan metode studi cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner termasuk Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan triangulasi data dengan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa pekerja dan koordinator tiap tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (37,04%) mengalami keluhan fatigue ringan, mayoritas sebagian lainnya (62,96%) tidak mengalami keluhan fatigue dan tidak ditemukan pekerja dengan keluhan fatigue berat, serta untuk faktor risiko fatigue paling dominan yang ditemukan adalah pada faktor kuantitas tidur pekerja dengan mayoritas pekerja (83,33%) memiliki durasi tidur dibawah standar 7 jam
The COVID-19 pandemic situation has opened people's eyes to the importance of health, the increasing demand for health products has encouraged the logistics industry of PT X, which plays a role in the distribution of goods, to carry out overtime work to meet the high work intensity, this increases the risk of fatigue in the workplace which can reduce body function and have an impact on the health of workers and even the risk of errors in the workplace. Additionally, PT X lacks a fatigue risk management system, making it unable to do fatigue detection, thus this research aims to provide an overview of complaints and fatigue warehouse logistics workers at PT X year 2022, located in one of the DKI Jakarta region. Research design is a quantitative and qualitative with a cross-sectional study using questionnaire instruments, including the Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) which were then analyzed univariately and triangulated the data with the results of field interviews towards several workers and the coordinator of each team. The results showed that there were 20 workers (37.04%) experiencing light fatigue, the majority of the others (62.96%) did not experience any, and none with severe fatigue, as for the most dominant fatigue risk factor found is the workers' sleep quantity with the majority of workers (83.33%) having sleep duration below the standard of 7 hours minimum
Read More
S-11028
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rina Aprini; PEmbimbing: Nurhayati Adnan Prihartono; Penguji: Ratna Djuwita, Yovsyah, Sulistyo
T-4712
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Miptah Farid Thariqulhaq; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Ratna Djuwita, Neni Sawitri, Meilina Farikha
Abstrak:
Penyakit TB MDR merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia dengan angka keberhasilan pengobatan 45%. Konversi kultur sputum merupakan suatu prediktor kuat dari awal keberhasilan terapi. Waktu konversi yang lambat akan memperpanjang periode penularan dan memprediksi tingkat kegagalan pengobatan yang tinggi. Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan konversi kultur sputum pasien TB MDR. Penelitian terkait faktor risiko kadar albumin dengan waktu konversi kultur sputum masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar albumin dengan waktu konversi kultur sputum di poli MDR terpadu RS Paru Dr M Goenawan Partowidigdo tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi cohort retrospektif dengan sampel yang diambil dari catatan rekam medis dan SITB pasien poli MDR. Variabel yang diteliti adalah kadar albumin < 3,5 gram/dl dan ≥ 3,5 gram/dl dengan variabel covariat usia, jenis kelamin, pendidikan, index masa tubuh, status merokok, gradasi sputum bta, komorbid, regimen pengobatan, dan kepatuhan minum obat . Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat menunjukkan kadar albumin < 3,5 mg/dl memiliki kecepatan waktu konversi 41,8% lebih lambat dengan (HR=0,582, 95% CI 0.344-0.984) untuk mengalami konversi dibanding dengan pasien TB MDR dengan kadar albumin ≥ 3,5 mg/dl setelah memperhitungkan status merokok dan kepatuhan minum obat. Perlunya memperbaiki kadar albumin yang rendah pada pasien TB MDR di rumah sakit dan memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien agar turut berpartisipasi memantau asupan makan pasien yaitu makanan yang mengandung tinggi protein seperti ikan gabus serta ekstra putih telur untuk membantu meningkatkan kadar albumin pasien yang dapat berguna untuk terjadinya konversi kultur sputum.

MDR TB disease is an infectious disease whose prevalence is increasing from year to year in Indonesia with a treatment success rate of 45%. Sputum culture conversion is a strong predictor of initial therapeutic success. Slow conversion time will prolong the period of transmission and predict a high rate of treatment failure. There are several risk factors associated with sputum culture conversion in MDR TB patients. Research related to risk factors for albumin levels and sputum culture conversion time is still very limited. The aim of this study was to determine the relationship between albumin levels and sputum culture conversion time at the integrated MDR polyclinic at Dr M Goenawan Partowidigdo Pulmonary Hospital in 2022. This study used a retrospective cohort study with samples taken from medical records and SITB patients at poly MDR. The variables studied were albumin levels < 3.5 mg/dl and ≥ 3.5 mg/dl with the covariate variables age, sex, education, body mass index, smoking status, sputum gradation, co-morbidities, medication regimens, and drinking adherence drug . The results of the study based on multivariate analysis showed that albumin levels < 3.5 mg/dl had a 41.8% slower conversion time (HR=0.582, 95% CI 0.344-0.984) to experience conversion compared to MDR TB patients with albumin levels ≥ 3.5 mg/dl after taking into account smoking status and medication adherence. It is necessary to improve low albumin levels in MDR TB patients at the hospital and provide counseling to the patient's family to participate in monitoring the patient's food intake, namely foods that contain high protein such as snakehead fish and extra egg whites to help increase the patient's albumin levels which can be useful for the occurrence of sputum culture conversion.
Read More
T-6801
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ikes Dwiastuti; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Mondastri korib Sudaryo, Sulistyo
Abstrak: Munculnya berbagai tantangan baru dalam pengendalian TB, salah satunyamultidrug resistant tuberculosis (TB MDR). TB MDR adalah salah satu jenisresistensi TB yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yangtidak merespon (resisten), setidaknya, isoniazid dan rifampicin yang merupakandua jenis obat yang paling efektif pada lini pertama obat anti TB (OAT).Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinyakonversi kultur sputum pada pasien TB Paru MDR. Penelitian dilakukan didilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar dimulai dari bulan April 2015-Juni 2015. Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Jumlah sampel dalampenelitian ini yakni 183 pasien, 139 pasien (76,0%) yang mengalami konversikultur sputum, 4 pasien (2,2%) yang tidak mengalami konversi kultur sputum, dan40 pasien (21,8%) yang loss to follow up. Dari penelitian ini diketahui bahwaprobabilitas konversi kultur sputum pasien TB paru MDR sebesar 95,52%. Hasilanalisis multivariat menunjukkan bahwa interupsi pengobatan (HR:0,45; 95%CI:0,26-0,79), status diabetes melitus (DM) sebelum 33 hari (HR:0,75; 95%CI: 0,29-1,95) dan setelah 33 hari yakni (HR:1,95; 95%CI: 0,90-7,60), serta riwayatpengobatan yang pernah mendapatkan OAT lini I (HR:0,32; 95%CI: 0,12-0,90)serta yang pernah mendapatkan OAT lini II (HR:0,27; 95%CI: 0,10-0,77).Diperlukan penanganan secara intensif dan lengkap pada pasien TB paru MDR diPoli TB MDR dengan memperhatikan interupsi pengobatan, status DM, danriwayat pengobatan sebelumnya.Kata kunci : Diabetes melitus, interupsi pengobatan, konversi kultur sputum,riwayat pengobatan sebelumnya, TB paru MDR.
One of the new emerging challenges in TB controlling is multidrug resistanttuberculosis (MDR TB). MDR TB is a type of TB resistant caused by theunresponsiveness (resistancy) of Mycobacterium tuberculosis to at least isoniazidand rifampicin in which both are the most effective anti-TB drugs in first line.This study was aimed to determine the influencing factors for the timing ofsputum culture conversion among pulmonary MDR TB patients. This study wasconducted in Labuang Baji General Hospital, Makassar City started from April2015 to June 2015. Cohort-retrospective design was performed in this study.There were 183 patients involved in this study consisted of 139 (76,0%) patientswith sputum culture conversion, 4 (2,2%) patients with no sputum cultureconversion, and 40 (21,8%) patients were loss to follow up. The result of thestudy shows that the probability of sputum culture conversion of Pulmonary MDRTB was 95,52%. Multivariate analysis showed that the interruption of treatment(HR:0,45; 95%CI: 0,26-0,79), Diabetes Mellitus (DM) before 33 days (HR:0,75;95%CI: 0,29-1,95), DM after 33 days (HR:1,95; 95%CI: 0,90-7,60), previouslytreated with FLDs (HR:0,32; 95%CI: 0,12-0,90), and previously treated withSLDs (HR:0,27; 95%CI: 0,10-0,77) were found to be the influencing factors forthe sputum culture conversion among pulmonary MDR TB. Complete andintensive care are needed among pulmonary MDR TB in MDR TB polyclinic byobserving the interruption of treatment, DM, and history of previous treatment.Keywords: Diabetes mellitus, history of previous treatment, pulmonary MDR TB,sputum culture conversion, treatment interruption.
Read More
T-4491
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Chalida Zia Firdausi; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Mondasri Korib Sudaryo, Erlina Burhan
S-8593
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Candra Kirana; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Rizka Maulida, Sulistyo
Abstrak: ABSTRAK Upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun hasil akhir pengobatan pasien TBMDR masih merupakan permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Di Indonesia, terjadi penurunan angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat sejak lima tahun terakhir, yaitu kisaran 68%-46%, sedangkan hasil pengobatan yang buruk lebih fluktuatif dan masih tinggi yaitu kisaran 28%-47%. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dan bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia. Data yang digunakan adalah data pasien TB-MDR yang berusia ≥15 tahun yang memulai pengobatan antara Januari 2013-Desember 2015 yang teregister dalam e-TB Manager. Didapatkan 1.683 kasus dengan 49,7% pasien TB-MDR yang sembuh, 2,7% pengobatan lengkap, 14,1% meninggal dunia, 4,4% gagal pengobatan, dan 29,1% loss to follow up. Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan buruk yang didefinisikan sebagai kematian, gagal, atau loss to follow up. Dalam penelitian ini didapatkan faktor risiko terhadap hasil pengobatan buruk adalah usia diatas 45 tahun (RR 1.32; 95%CI 1.20-1.46), resistansi OAT R, H disertai E dan/atau S dan/atau Z (RR 34.1; 95%CI 8.24-141.0), resistansi OAT lini 1 disertai OAT injeksi lini 2 dan/atau florokuinolon (RR 32; 95%CI 7.9-134.0), kavitas paru (RR 1.21; 95%CI 1.00- 1.44), interval inisiasi pengobatan > 30 hari (RR 1.11; 95%CI 1.00-1.24), dan tempat tinggal di wilayah pedesaan (RR 1.15; 95%CI 1.02-1.30). Sedangkan faktor protektor terhadap hasil pengobatan buruk adalah paduan standar OAT TB-MDR (RR 0.73; 95% CI 0.59-0.91). Kata kunci: TB MDR, Hasil Pengobatan, Indonesia Efforts to control MDR-TB have been done, but treatment outcome of MDR-TB patients remains a current issue that needs to be resolved. In Indonesia, success rate was declining in the last five years, from 68%-46%, whereas poor treatment results are more fluctuative and still high at 28%-47%. This cohort retrospective study was conducted to analyze the characteristics and factors influencing treatment outcomes of MDR-TB patients in Indonesia. This research was use data from e-TB Manager and included all MDR-TB patients who were ≥15 years and starting treatment between January 2013 and December 2015. Overall, 1.683 MDR-TB patients were included, 49.7% recovered, 2.7% complete treatment, 14.1% died, 4.4% treatment failure, and 29.1% loss to follow up. A bivariate analysis was used to identify risk factors for poor treatment outcomes, which were defined as death, treatment failure, or loss to follow up. The risk factors for poor treatment outcome were age above 45 years (RR 1.32, 95% CI 1.20-1.46), patients who are resistant first lines TB drugs (RR 34.1; 95% CI 8.24 -141.0) and first lines TB drugs + 2nd lines injection and/or fluoroquinolone (RR 32; 95% CI 7.9-134.0), lung cavity (RR 1.21, 95% CI 1.00-1.44), treatment initiation interval > 30 days (RR 1.11; 95% CI 1.00-1.24), and residence in rural areas (RR 1.15; 95% CI 1.02-1.30). While the protector factor for poor treatment outcome is standardized regimen (RR 0.73; 95% CI 0.59-0.91). Keywords: TB MDR, Treatment Outcome, Indonesia
Read More
S-9849
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Heri Purwanto; Pembimbing: Nasrin Kodim, Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Sulistyo; FX.A Budiyono
T-2106
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive