Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36171 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dhefi Ratnawati; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dian Ayubi, Baharudin, Esti Widiastuti
T-5341
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizqi Rana Raissa; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dian Ayubi, Baharudin, Esti Widiastuti
Abstrak: Dalam perkembangan seksual, remaja tunagrahita akan menghadapikebingungan dan dorongan layaknya remaja normal pada umumnya, namun minimnyapengetahuan serta informasi mengenai hal tersebut dapat menimbulkan permasalahankesehatan reproduksi. Oleh karena itu, peran keluarga terutama orang tua dalammemberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja tunagrahita sangatdiperlukan sebagai proteksi awal terhadap permasalahan kesehatan reproduksi. Salah satu upaya yang dianggap cukup strategis dan praktis dalam menyampaikan informasiterkait kesehatan reproduksi kepada orang tua/ pengasuh tunagrahita adalah melaluimedia WhatsApp Messenger.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkanpengetahuan orang tua/pengasuh remaja tunagrahita terkait kesehatan reproduksimelalui pemanfaatan aplikasi WhatsApp Messenger sebagai sarana edukasi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan One Group Pretest Posttest kepada 40 orang tua/pengasuh siswa SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Intervensi dilakukan dengan mengirimkan satu pesan teks dan gambar yang berisiinformasi kesehatan reproduksi remaja tunagrahita setiap hari selama 7 hari melaluiWhatsApp Group. Analisa data dilakukan untuk melihat peningkatan pengetahuan orangtua/pengasuh sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan untuk melihat peningkatanpengetahuan setelah di kontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, pendidikan danpekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dansesudah diberikan intervensi (p value 0,0001). Edukasi kesehatan reproduksi terhadapremaja tunagrahita melalui pengiriman pesan teks dan pesan bergambar pada whatsappgroup diketahui efektif meningkatkan pengetahuan orang tua/pengasuh remaja tunagrahita di SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Variabel umur, jenis kelamin,pendidikan dan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan orangtua/pengasuh.

Kata kunci : Pemanfaatan, WhatsApp, Kesehatan Reproduksi, Tunagrahita, Remaja,Orang tua
In sexual development, adolescent with intellectual disabilities will faceconfusion and encouragement like normal adolescent in general, but the lack ofknowledge and information about it can cause reproductive health problems. Therefore,the role of the family, especially parents in providing reproductive health education toadolescent with intellectual disabilities is needed as an initial protection against reproductive health problems. One of the efforts that is considered strategic andpractical in conveying information related to reproductive health to parents/caregiversof adolescent with intellectual disabilities is through media of WhatsApp Messenger.

The purpose of this study was to improve the knowledge of parents / caregivers ofadolescent with intellectual disabilities related to reproductive health through the use ofthe WhatsApp Messenger application as a means of education. The design used in thisstudy was the Pre-Experiment with One Group Pretest Posttest to 40 parents / caregiversof student in SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. The intervention was carried out bysending a text and picture message containing information on adolescent withintellectual disabilities every day for 7 days through WhatsApp Group. Data analysiswas performed to see the increase in knowledge of parents/caregivers before and afterbeing given intervention and to see increased knowledge after being controlled byvariables of age, sex, education and work.

The results showed an increase in knowledgebefore and after being given an intervention (p value 0.0001). Reproductive healtheducation of adolescent with intellectual disabilities through sending text messages andpictorial messages on Whatsapp Group is known to be effective in increasing theknowledge of parents/caregivers of adolescent with intellectual disabilities in SLB CRuhui Rahayu Samarinda. Variables of age, sex, education and occupation do not affectthe increase in knowledge of parents / caregivers.

Key words : Utilization, WhatsApp, Reproductive Health, intellectual disabilities,adolescence, parents
Read More
T-5339
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widya Ratna Wulan' Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Evi Martha, Hadi Pratomo, Tita Srihayati, Maya Raiyan
Abstrak: Kehamilan tidak diinginkan dan pelecehan seksual pada remaja tunagrahita akibatperilaku seksual berisiko dilaporkan masih terjadi di Kabupaten Semarang sebesar55,6%. Sekitar 25% penduduk Kabupaten Semarang adalah remaja usia 10-24 tahundengan jenis ketunaan terbesar adalah tunagrahita sehingga mempengaruhi risikotingginya perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita.

Tujuan penelitian ini adalahmengetahui determinan perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita di SekolahLuar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain cross sectiona lyang dilakukan di Kabupaten Semarang. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner pada 82 siswa-siswiremaja tunagrahita di 5 sekolah luar biasa tunagrahita. Data dianalisis menggunakan ujiregresi logistik sederhana dan regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menemukan43,9% siswa-siswi memiliki perilaku seksual berisiko tinggi dengan nilai median 80,0(skala 100). Variabel pengetahuan (p=0,001), peran guru (p=0,001), dan self-efficacy(p=0,017) dengan p-value <0,05 dinyatakan berhubungan signifikan dengan perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita. Peran guru menjadi variabel dominan yang mempengaruhi perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita. Perilaku seksual berisiko seperti berciuman bibir sebesar 31,7% serta memasukkan alat kelamin padapasangan masih ditemukan dalam penelitian ini. Peran aktif guru, orangtua, dan instansiterkait dapat meningkatkan pengetahuan dan self-efficay sehingga meminimalisir dampak perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita.

Kata Kunci: Perilaku Seksual Berisiko, Remaja, Tunagrahita
The sexual behavior that leads to unwanted pregnancy and sexual abuse amongintellectual disability adolescents occured in Semarang Regency of 55.6% due to lack ofsexual health knowledge and information. Approximately 25% of Semarang Regency population is adolescents aged 10-24 years with the largest intellectual disability so thataffect the high risk sexual behavior among intellectual disability adolescents.

This study aimed to determine the determinant of sexual behavior among intellectual disability adolescents in Special School Semarang Regency 2018. This study was a quantitative study with cross sectional design conducted in Semarang regency. Data were collectedby interview using questionnaires on 82 intellectual disability adolescent students in 5special schools. Data were analyzed using simple logistic regression and multiplelogistic regression test.

The results found 43.9% of students who had high-risk sexualbehavior with a median value of 80.0 (scale 100). The analysis result proved thatknowledge (p = 0,001), teacher role (p = 0,001), and self-efficacy (p = 0,017) yieldingp-value <0,05 were significant relation with sexual behavior among intellectual disability adolescents. The teachers role was the dominant factor that influences sexualbehavior among intellectual disability adolescents. Sexual behavior such as kissing lipsby 31.7% and inserting genitals in couples are still found in this study results. The teachers and parents role, as well as the relevant agencies policies improve knowledge and self-efficacy among intellectual disability adolescents could prevent high-risksexual behavior among intellectual disability adolescents.

Keywords: Sexual Behavior, Adolescent, Intellectual Disability
Read More
T-5348
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Silvi Enggar Budiarti; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dien Anshari, Ryksa Raharja
Abstrak: Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Saat ini internet merupakan media yang paling dekat dan digemari oleh remaja. Melalui internet remaja dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Tetapi informasi kesehatan yang tidak difiltrasi dapat membahayakan dan mempengaruhi perilaku kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan internet untuk informasi kesehatan, persepsi penggunaan internet untuk informasi kesehatan, dan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melalui pengisian sendiri dari kuesioner yang diberikan pada 131 siswa SMA Pro An Nizhomiyah Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi dan durasi mengakses internet untuk informasi kesehatan reproduksi dalam seminggu yaitu 1,54 kali dan 43,71 menit; 63,4% siswa mempersepsikan internet berguna, 40,6% mudah diakses, dan 53,5% merasa internet memberikan privasi ketika mencari informasi kesehatan reproduksi; pengetahuan pada siswa yang memakai internet tergolong baik dan yang tidak memakai tergolong rendah; dan terdapat perbedaan signifikan (p=0,007) antara pengetahuan siswa yang menggunakan internet dengan yang tidak menggunakan, sehingga potensi internet dalam pendidikan dan promosi kesehatan reproduksi dapat dipertimbangkan dan dimanfaatkan oleh sekolah. Kata kunci : internet; kesehatan reproduksi remaja; pengetahuan; persepsi; sekolah islam Knowledge of reproductive health is very important for teenagers. Currently the internet is the media closest and popular by teenagers. Through the internet teens can access information quickly and easily. Unfiltered health information can be harmful and effect health behavior. This study aimed to describe of internet use for health information, perceptions of internet use for reproductive health information, and knowledge of reproductive helath in adolescents. This research was conducted by descriptive quantitative method with cross sectional approach through self-filling from questionnaire given at 131 students of Pro An Nizhomiyah Depok. The results of this study are the average frequency and duration of internet access for reproductive health information in a week that is 1,54 times and 43,71 minutes; 63.4% of students perceive internet is useful, 40.6% easily accessible, and 53.5% feel the internet provides privacy when seeking information on reproductive health; and there are significant differences (p=0.007) between the knowledge of students who use internet and those wo do not use, so that the potential of internet in education and promotion of reproductive health can be considered and utilized by school. Keywords: internet, adolescent reproductive health, knowledge, perceive, islamic school
Read More
S-9586
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risma Oktaria; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dian Ayubi, Tri Krianto, Susmita, Ida Kurniawati
Abstrak:
Setiap remaja berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan tumbuh kembangnya melalui pelayanan klinis, konseling dan KIE pada pendidikan formal dan non formal. Berdasarkan penelitian awal melalui wawancara dengan siswa di salah satu sekolah di Kab. Ogan Ilir, diperoleh informasi bahwa siswa belum mendapatkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi di sekolah maupun dari orang tua, guru menuturkan bahwa siswa terkesan malu dan merasa tabuh ketika membahas masalah pernikahan dan kesehatan reproduksi, siswa menganggap materi yang disampaikan oleh guru kurang pantas untuk disampaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap program pendidikan kesehatan reproduksi remaja tingkat SMA sederajat di Kab. Ogan Ilir pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data melalui wawancara mendalam pada 10 orang informan utama guru, tenaga kesehatan Puskesmas dan penyuluh KB dan 2 orang informan kunci dari Dinas Kesehatan dan Dinas P3AP2KB, Focus Group Discussion pada 4 kelompok siswa dengan total 40 orang siswa dari 4 sekolah dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu semua sekolah telah menerapkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh guru di sekolah, program PKPR oleh tenaga Puskesmas dan Program PIK-R oleh penyuluh KB. SDM yang terlibat sebagian besar memiliki latar belakang yang sesuai dengan kesehatan reproduksi namun masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta telah memiliki panduan dalam pelaksanaan kegiatan namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian. Terdapat beberapa kendala yang menghambat proses pelaksanaan kegiatan diantaranya adalah ketersediaan anggaran, sarana dan alat pendukung yang belum memadai, serta tidak semua remaja dapat di jangkau dalam pelaksanaan kegiatan. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan oleh guru di sekolah, program PKPR dan PIK-R sudah sesuai dengan kebutuhan dan sangat bermanfaat bagi remaja, namun masih perlu dioptimalkan lagi dalam hal pelaksanaannya.

Every teenager has the right to receive reproductive health services in accordance with their growth and development through clinical services, counseling and information in formal and non-formal education. Based on initial research through interviews with students at one of the schools in Ogan Ilir, information was obtained that students had not received good knowledge about reproductive health at school or their parents, the teacher said that students seemed embarrassed and felt timid when discussing marriage and reproductive health issues, students considered the material presented by the teacher to be inappropriate to convey. The aim of this research is to conduct an analysis of the adolescent reproductive health education program at high school and equivalent levels in Ogan Ilir in 2023. This research is qualitative research with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with 10 main informants, teachers, health workers at the Community Health Center and family planning instructors and 2 key informants from the Health Service and P3AP2KB Service, Focus Group Discussions on 4 groups of students with a total of 40 students from 4 schools and document review. The results of this research are that all schools have implemented adolescent reproductive health education policies through adolescent reproductive health education by school teachers, the PKPR program by Community Health Center staff and the PIK-R Program by family planning counselors. Most of the human resources involved have a background that is relevant to reproductive health but still require training to increase their knowledge and skills, and already have guidelines for implementing activities, but in implementation there are several adjustments. There are several obstacles that hamper the process of implementing activities, including inadequate budget availability, supporting facilities and equipment, and not all teenagers can be reached in implementing activities. Adolescent reproductive health education through education by teachers in schools, the PKPR and PIK-R programs are in accordance with needs and are very beneficial for adolescents, but still need to be optimized further in terms of implementation.
Read More
T-6928
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endro Dwi Iswanto; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Tri Krianto, Mugia Bayu Raharja
S-10359
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dastya Yusufina; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Zeba Evolusi
Abstrak:
Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes.
Read More
S-11665
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Amalia Rahmi; Pembimbing: Ella Nurllaella Hadi; Penguji: Hadi Pratomo, Dadan Erwandi, Dian Kristiani Irawanty, Lovely Daisy
Abstrak: Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia.
The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia.
Read More
T-6043
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sela Fasya; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Hadi Pratomo, Frieda M. Mangunsong, Esti Widiastuti, Tita Srihayati
T-5407
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shinta Restyana Widya; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Evi Martha, Wahyu Septiono, Elvieda Sariwati, Umniyati Kowi
T-7237
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive