Ditemukan 30107 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Trimartani; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Anhari Achadi, Ratna Dwi Restuti, Achmad Soebagio
Abstrak:
Latar Belakang: Pusat implan koklea (IK) merupakan salah satu pelayanan unggulan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pelayanan implan koklea ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap preoperasi, tahap operasi, dan tahap postoperasi (habilitasi). Sebagai pusat IK, pelayanan tersebut belum berjalan secara maksimal serta belum memiliki tahap postoperasi yang lengkap berupa audio verbal therapy (AVT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model kegagalan yang ada sehingga mengganggu mutu pelayanan implan koklea di RSCM dan memberikan rekomendasi terbaik agar pelayanan implantasi koklea di RSCM dapat menjadi yang terbaik dan paripurna.
Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui rekam medis, observasi, dan wawancara mendalam serta focus group discussion. Penelusuran rekam medis dari pasien yang pernah menjalani implan koklea di RSCM dalam periode 3 tahun pada 2015-2017 memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan preoperasi, dan data operasi pasien. Selain itu, dilakukan pula observasi nonpartisipatif untuk melihat proses layanan implantasi koklea selama 3 bulan. Wawancara mendalam dan focus group discussion dilakukan untuk mencari dan mengkonfirmasi faktor kegagalan beserta masukan untuk mengatasinya. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang diintegrasikan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) dapat memberikan corrective action terbaik bagi pelayanan IK di RSCM.
Hasil Penelitian: Dari penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar pasien IK di RSCM berusia 1-3 tahun dan mayoritas berasal dari luar Jabodetabek. Durasi pemeriksaan konsultasi praoperasi terlama ditemukan di bagian ilmu kesehatan Anak RSCM. Focus group discussion menggunakan FMEA menemukan beberapa masalah dalam proses pelayanan IK dan merumuskan corrective action berupa pengadaan pelayanan AVT, pembuatan buku komunikasi untuk pasien, dan pengadaan case manager. Dari corrective action yang ada, telah dihitung preference score menggunakan koefisien korelasi dengan SWOT, dan didapatkan corrective action dengan nilai tertinggi adalah mengadakan pelayanan AVT di RSCM.
Kesimpulan: Alternatif corrective action yang terpilih untuk meningkatkan mutu pelayanan IK di RSCM agar menjadi paripurna adalah menyediakan pelayanan AVT di RSCM.
Kata kunci: Failure Mode and Effect Analysis, FMEA, SWOT, pelayanan implan koklea, AVT
Background: As a national referral hospital, Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital (RSCM) provides several excellent services, one of which is cochlear implantation center. The cochlear implant service in RSCM is a complete implant cochlear service that performs integrated cochlear implant services in one hospital. The cochlear implant services were divided into three stages, pre-operative stage, operative stage, and post-operative stage (habilitation). However, this program had not run optimally due to the absence of habilitation process such as audio verbal therapy (AVT). This study aimed to analyze the failure mode that might affect the quality of the cochlear implant services in RSCM and to give the best recommendation to create the best and holistic cochlear implant services.
Methods: This research was a qualitative study using data from the medical records, observation, and in-depth interview as well as focus group discussion. Medical records searching was done in 3 consecutive years from 2015 until 2017 to provide data regarding the characteristic of patients, diagnosis, the pre-surgical examination results, and the surgery. Additionally, non-participative observation was performed to discern the process of cochlear implantation services. Indepth interview and focus group discussion was done to identify and confirm the failure mode also inputs to overcome the situation. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) integrated with Strength, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT) proposed the best corrective actions to improve the quality of cochlear implant services in RSCM.
Results: This study showed that most patients underwent cochlear implant surgery in RSCM were aged 1-3 years old and the large proportion of patients were from out of Jakarta and its surrounding area. The longest duration of pre-surgical examination was in the Department of Pediatric Health RSCM. Focus group discussion using FMEA had identified some problems during the process of cochlear implant services and had determined three corrective actions, which were to establish AVT in RSCM, to create a liaison book, and to provide a case manager. From these corrective actions, we counted the preference score using correlation coefficient and SWOT and we found that the corrective action with the highest score were to establish AVT in RSCM.
Conclusion: The chosen corrective action for quality improvement in Cochlear Implant Center RSCM was to conduct AVT in RSCM.
Keywords: Failure mode and effect analysis, FMEA, SWOT, cochlear implant center
Read More
Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui rekam medis, observasi, dan wawancara mendalam serta focus group discussion. Penelusuran rekam medis dari pasien yang pernah menjalani implan koklea di RSCM dalam periode 3 tahun pada 2015-2017 memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan preoperasi, dan data operasi pasien. Selain itu, dilakukan pula observasi nonpartisipatif untuk melihat proses layanan implantasi koklea selama 3 bulan. Wawancara mendalam dan focus group discussion dilakukan untuk mencari dan mengkonfirmasi faktor kegagalan beserta masukan untuk mengatasinya. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang diintegrasikan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) dapat memberikan corrective action terbaik bagi pelayanan IK di RSCM.
Hasil Penelitian: Dari penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar pasien IK di RSCM berusia 1-3 tahun dan mayoritas berasal dari luar Jabodetabek. Durasi pemeriksaan konsultasi praoperasi terlama ditemukan di bagian ilmu kesehatan Anak RSCM. Focus group discussion menggunakan FMEA menemukan beberapa masalah dalam proses pelayanan IK dan merumuskan corrective action berupa pengadaan pelayanan AVT, pembuatan buku komunikasi untuk pasien, dan pengadaan case manager. Dari corrective action yang ada, telah dihitung preference score menggunakan koefisien korelasi dengan SWOT, dan didapatkan corrective action dengan nilai tertinggi adalah mengadakan pelayanan AVT di RSCM.
Kesimpulan: Alternatif corrective action yang terpilih untuk meningkatkan mutu pelayanan IK di RSCM agar menjadi paripurna adalah menyediakan pelayanan AVT di RSCM.
Kata kunci: Failure Mode and Effect Analysis, FMEA, SWOT, pelayanan implan koklea, AVT
Background: As a national referral hospital, Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital (RSCM) provides several excellent services, one of which is cochlear implantation center. The cochlear implant service in RSCM is a complete implant cochlear service that performs integrated cochlear implant services in one hospital. The cochlear implant services were divided into three stages, pre-operative stage, operative stage, and post-operative stage (habilitation). However, this program had not run optimally due to the absence of habilitation process such as audio verbal therapy (AVT). This study aimed to analyze the failure mode that might affect the quality of the cochlear implant services in RSCM and to give the best recommendation to create the best and holistic cochlear implant services.
Methods: This research was a qualitative study using data from the medical records, observation, and in-depth interview as well as focus group discussion. Medical records searching was done in 3 consecutive years from 2015 until 2017 to provide data regarding the characteristic of patients, diagnosis, the pre-surgical examination results, and the surgery. Additionally, non-participative observation was performed to discern the process of cochlear implantation services. Indepth interview and focus group discussion was done to identify and confirm the failure mode also inputs to overcome the situation. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) integrated with Strength, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT) proposed the best corrective actions to improve the quality of cochlear implant services in RSCM.
Results: This study showed that most patients underwent cochlear implant surgery in RSCM were aged 1-3 years old and the large proportion of patients were from out of Jakarta and its surrounding area. The longest duration of pre-surgical examination was in the Department of Pediatric Health RSCM. Focus group discussion using FMEA had identified some problems during the process of cochlear implant services and had determined three corrective actions, which were to establish AVT in RSCM, to create a liaison book, and to provide a case manager. From these corrective actions, we counted the preference score using correlation coefficient and SWOT and we found that the corrective action with the highest score were to establish AVT in RSCM.
Conclusion: The chosen corrective action for quality improvement in Cochlear Implant Center RSCM was to conduct AVT in RSCM.
Keywords: Failure mode and effect analysis, FMEA, SWOT, cochlear implant center
B-2032
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Regina Destrina Damanik; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Surya Ede Darmawan, Helen Andriani, Titi Anggraeni, Jaka Supriyadi
Abstrak:
Keselamatan pasien merupakan inti dari mutu pelayanan. Untuk mencapainya diperlukan komitmen yang kuat dari individu dan tim. Pentingnya budaya keselamatan ditekankan dalam sebuah laporan oleh Institute of Medicine (IOM) yang mengatakan budaya keselamatan pasien perlu dikembangkan agar selanjutnya akan difokuskan dalam upaya peningkatan reliabilitas dan keamanan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil capaian pemenuhan standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) dalam akreditasi Rumah Sakit berdasarkan SNARS Edisi 1. Penelitian ini menggunakan metode crossectional dari data sekunder hasil akreditasi RS yang berpedoman pada SNARS edisi 1 dalam kurun waktu tahun 2018-2019 dan khusus pada penilaian bab Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) yang bersumber dari basis data KARS. Kemudian dilanjutkan dengan metode kualitatif untuk mendapatkan faktor pendukung dan dan penghambat akan dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan sesuai dengan syarat informan. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari basis data SIKARS pada tahun 2018-2019 yang diperoleh dengan persetujuan Ketua Eksekutif KARS setelah melalui kaji etik. Kemudian setelah mendapatkan data sekunder dilanjutkan dengan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah dari 1271 rumah sakit yang telah diakreditasi oleh KARS tahun 2018-2019 hampir seluruh RS Kelas A, B, C dan D memenuhi secara lengkap standar fokus area 1 PMKP. untuk capaian fokus area 2, 3, 4 dan 5 PMKP, lebih banyak RS kelas A yang terpenuhii secara lengkap dibandingkan RS kelas B, C dan D. Dari uji komparatif ditemukan seluruh fokus area 1,2,3,4 dan 5 PMKP berhubungan dengan RS Kelas A,B,C dan D dengan nilai p <0,005. Faktor yang mendukung terhadap pemenuhan standar PMKP adalah adanya dukungan top manajemen, fasilitas yang mendukung budaya pelaporan mutu dan keselamatan pasien. Factor yang menghambat adalah kurangnya pelatihan yang mengenai Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Read More
B-2211
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Marisi Sihaloho; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Puput Oktamianti, Astridd Saraswati
Abstrak:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan upaya peningkatan mutu pelayananan di poliklinik spesialis RS Citama. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang upaya yang dilakukan untuk peningkatan mutu pelayanan di poliklinik spesialis rumah sakit tersebut selama tahun 2015. Upaya peningkatan mutu pelayanan yang baik adalah dengan menerapkan manajemen mutu terpadu. Keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan di poliklinik spesialis di rumah sakit ditentukan oleh input yang tersedia, yaitu tenaga, sarana dan prasarana, dana dan metoda yang tersedia, serta bagaimana proses peningkatan itu sendiri berlangsung sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian atau output. Proses perbaikan mutu yang digunakan melalui langkah-langkah identifikasi sikap karyawan, identifikasi kebutuhan pelanggan, identifikasi masalah, analisis masalah, solusi potensial dan implementasi solusi (Gaspersz, 2003). Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana upaya peningkatan mutu pelayanan di poliklinik spesialis RS Citama. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa tenaga kesehatan di poliklinik RS Citama jumlahnya belum mencukupi untuk kebutuhan pelayanan di rumah sakit tersebut. Sarana dan prasarana dan metode yang tersedia perlu diperbaiki. Sedangkan dana yang disiapkan untuk upaya peningkatan mutu sudah dialokasi dengan cukup baik. Proses pelaksanaan manajemen mutu terpadu sudah ada tetapi tidak berjalan dengan baik. Kata kunci : mutu pelayanan, poliklinik spesialis, manajemen mutu terpadu This thesis is a study with qualitative research methods towards improving the quality of service of a specialist policlinic Citama Hospital in Bogor during 2015. The purpose of research is to investigate the implementation of quality improvement efforts in the specialist policlinic Citama hospital. The study was conducted by gathering as much information about the efforts made for improving quality of service in the hospital specialist policlinic during 2015. Efforts to improve the quality good service is to implement an integrated quality management. The success of quality of service improvement in specialist policlinic in hospitals is determined by the input provided, namely personnel, facilities, funding and methods are available, and how the upgrade process itself takes place that will ultimately affect the achievement or output. Quality improvement process used through measures employee attitudes identification, identification of customer needs, problem identification, problem analysis, potential solutions and implementation of solutions (Gaspersz, 2003). Depth interviews were conducted to obtain information on how efforts to improve the quality of service in a specialist policlinic Citama hospital. It can be concluded from this study that the health worker at the specialist policlinic Citama hospital was not sufficient for the needs of his number of services at the hospital. Facilities and infrastructure and the available methods need to be improved. While funds are prepared for quality improvement efforts also allocated fairly well. The process of implementing integrated quality management already exists but it is not going well. Key word : quality of service, spesialist policlinic, integrated quality management
Read More
B-1824
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jessihana Morgan Manurung; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Adang Bachtiar, Purnawan Junadi, Syahrul Muhammad, Suprijanto Rijadi
Abstrak:
Latar Belakang : Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang layanan kesehatan publik makin dituntut untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih baik (Muchtar, 2011). Pelayanan prima dan berkualitas akan berdampak pada kepuasan pasien dan berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan terhadap pelayanan yang ditawarkan. Salah satu ukuran pencapaian kualitas dari sebuah pelayanan ialah loyalitas dari konsumen. Di Rumah Sakit Charitas, terjadi penurunan loyalitas pelanggan dari tahun 2013 hingga tahun 2015 sebesar 80%. Hal ini terbukti pula dengan penurunan indikator mutu di Rumah Sakit Charitas yaitu BOR, LOS, TOI, GDR, NDR yang turun tiga tahun terakhir ini (Data RS. Charitas, 2016). Diketahui bahwa manajemen mutu TQM dan Six Sigma masing-masing telah terbukti secara konsep dan empiris sebagai metode perbaikan mutu berkelanjutan yang dapat membantu meningkatkan kinerja organisasi termasuk rumah sakit.Bagaimana mutu pelayanan di Rumah Sakit Charitas dilihat dari Kriteria Malcolm Baldrige dalam bidang pelayanan kesehatan dengan integrasi pendekatan TQM dan Six Sigma?
Metode : Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan tipe penelitian kombinasi Sequential Explenatory Desain (Sugiyono, 2012), dimana pengumpulan dan analisis data terdiri dari 2 tahap yaitu: 1. pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama (Pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan untuk mengetahui mutu pelayanan Rumah Sakit RK Charitas, melalui penggunaan Kriteria Baldrige) 2. pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke dua (melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh terhadap hasil pengumpulan data melalui kuisioner).
Hasil : Dari hasil penelitan, didapatkan seluruh variabel (Kepemimpinan, Perencanaan Strategi, Fokus Pelanggan, Fokus Sumber daya manusia, Fokus Proses, Pengukuran-analisa dan manajemen pengetahuan) memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kinerja rumah sakit. Didapatkan dari tujuh kriteria Malcolm Baldridge, terdapat 3 variabel yang memiliki nilai diatas total rerata, dan 4 kriteria memiliki nilai dibawah total rerata. Dari hasil penelitian didapatkan variabel kepemimpinan merupakan variabel yang memiliki nilai rata-rata terendah iii dibandingkan variabel lainnya. Pada variabel kepemimpinan, dinilai peran kepemimpinan dalam transparasi, supevisi, kaderisasi di masa yang akan datang, serta proses perencanaan dan pengelolaan perencanaan strategi dinilai kurang optimal.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan Rumah Sakit Charitas dikaji berdasarkan integrasi TQM dan Six Sigma melalui pendekatan Malcolm Baldridge, perlu ditingkatkan. Dimana terdapat 4 (empat) variabel yang memiliki nilai rata-rata lebih rendah dari total nilai rata-rata 7 (tujuh) variabel dalam Kriteria Malcolm Baldridge. Empat kriteria tersebut ialah kepemimpinan, perencanaan strategi, manajemen sumber daya manusia, serta pengukuran, analisis dan manajemen.Variabel yang perlu mendapatkan perhatian besar karena memiliki nilai yang paling rendah ialah variabel kepemimpinan dan perencanaan strategi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara mendalam, peran yang paling besar dalam peningkatan kinerja ialah peran kepemimpinan. Dilihat dari hasil pencapaian indikator kinerja RS. Charitas yang mengalami penurunan tiga tahun terakhir, tidak sejalan dengan hasil kuantitatif yang dicapai pada kriteria variabel kinerja rumah sakit, dimana menghasilkan nilai yang baik. Salah satu penyebabnya ialah ketidakselarasan antara program kerja dan target unit dengan rencana strategi yang telah ditetapkan. Hal ini dipertegas melalui wawancara mendalam, rencana strategi yang telah ditetapkan tidak secara menyeluruh disosialisasikan ke unit-unit. Sehingga tujuan dari program kerja seringkali ditemukan tidak sejalan dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, yang berpengaruh pada perbedaan persepsi pencapaian kinerja unit dengan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Selain itu ditemukan tidak adanya pedoman penilaian kinerja unit.Maka melalui penelitian ini diharapkan penerapan Integrasi TQM dan Six Sigma untuk mencapai kinerja rumah sakit melalui: meningkatkan peran kepemimpinan di rumah sakit; mengembangkan dan melaksanakan rencana strategis yang optimal; meningkatkan kemampuan untuk fokus terhadap pasien/pelanggan; memberikan perhatian tinggi terhadap pengelolaan dan pemberdayaan karyawan; mengembangkan; meningkatkan sistem dan proses dalam pelaksanaan pelayanan; serta melaksanakan upaya mutu berkelanjutan dengan menekankan pada pengukuran melalui indikator-indikator individu, unit maupun rumah sakit serta mengembangkan sistem informasi yang akurat.
Kata kunci : Mutu Rumah Sakit, TQM, Six SIGMA, Malcolm Baldridge
Background : Hospital as an organization working in the field of public health services increasingly demanded to provide better health services (Muchtar, 2011). Excellent service and quality will have an impact on patient satisfaction and impact on customer loyalty to the improvement of services offered. One measure of the achievement of the quality of a service is the loyalty of consumers. Charitas Hospital, there is a decline in customer loyalty from the year 2013 to 2015 by 80%. It was determined by a decrease in the quality indicators that BOR, LOS, TOI, GDR, NDR which dropped on the last three years (Data RS-Caritas, 2016). It is known that the quality management TQM and Six Sigma have each proven concepts and empirical as continuous quality improvement methods that can help improve the performance of organizations including hospitals. How is the quality of service at the Charitas Hospital observed from the criteria Malcolm Baldrige Criteria with the integration of TQM and Six Sigma approach?
Method : The method used is quantitative and qualitative research methods, combination of the research type Explenatory Sequential Design (Sugiyono, 2012), where the data collection and analysis consists of two phases: 1. The collection and analysis of quantitative data on the first stage (The data was collected through a questionnaire conducted to determine the quality of RK Charitas Hospital services, through the use of Baldrige Criteria) 2. the collection and analysis of qualitative data in the second phase (conducting interviews to get a fuller picture of the data collected through questionnaires). v
Results : From the research results, obtained all the variables (Leadership, Strategic Planning, Customer Focus, Focus Human Resources, Process Focus, Measurementanalysis and knowledge management) had a significant association in influencing the performance of the hospital. Obtained from seven Malcolm Baldridge criteria, there are three variables that have a total value above the average, and four criterias have a value below the total average. From the results, the leadership variable is a variable that have the lowest average value compared to other variables. In the leadership variable, assessed a leadership role in transparency, supervision, regeneration in the future, as well as the planning and management processes were considered less optimal than strategy planning.
Conclusions : Based on the results of the research, it can be concluded that the quality of service of Charitas Hospital assessed based on the integration of TQM and Six Sigma approach Malcolm Baldridge, needs to be improved. Where there are 4 (four) variables that have an average value is lower than the total average value of 7 (seven) variables in the Malcolm Baldridge Criteria. Four of these criteria are leadership, strategic planning, human resources management, as well as measurement, analysis and mangement.Variable that needs great attention because it has the lowest value are leadership and strategic planning. In addition, based on the results of in-depth interviews, the greatest role in performance enhancement is the role of leadership. Judging from the results of the achievement of performance indicators Charitas Hospital which has decreased for the last three years, is not in line with the quantitative results achieved on hospital performance variable criteria, which produces a good value. One reason is the misalignment between the work program and the target unit with a strategic plan that has been set. This is confirmed through in-depth interviews, plan strategies that have been set are not thoroughly socialized into units. So the purpose of this work program are often found to be not in line with the strategic plan that has been set, which affects the perception of differences in the achievement of the unit's performance with the performance of the hospital as a whole. Also found no performance appraisal guidelines unit. So through this research are expected application of TQM and Six Sigma integration to achieve vi performance of hospitals through: increasing the role of leadership in the hospital; developing and implementing a strategic plan that is optimal; improving the ability to focus on patient/customer; giving high attention to the management and employee empowerment; developing, improving the systems and processes in service delivery; and implementing continuous quality efforts with emphasis on measuring through indicators of individual, unit or hospital and developing accurate information system.
Keywords : Hospital Quality, TQM, Six SIGMA, Malcolm Baldridge
Read More
Metode : Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan tipe penelitian kombinasi Sequential Explenatory Desain (Sugiyono, 2012), dimana pengumpulan dan analisis data terdiri dari 2 tahap yaitu: 1. pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama (Pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan untuk mengetahui mutu pelayanan Rumah Sakit RK Charitas, melalui penggunaan Kriteria Baldrige) 2. pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke dua (melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh terhadap hasil pengumpulan data melalui kuisioner).
Hasil : Dari hasil penelitan, didapatkan seluruh variabel (Kepemimpinan, Perencanaan Strategi, Fokus Pelanggan, Fokus Sumber daya manusia, Fokus Proses, Pengukuran-analisa dan manajemen pengetahuan) memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kinerja rumah sakit. Didapatkan dari tujuh kriteria Malcolm Baldridge, terdapat 3 variabel yang memiliki nilai diatas total rerata, dan 4 kriteria memiliki nilai dibawah total rerata. Dari hasil penelitian didapatkan variabel kepemimpinan merupakan variabel yang memiliki nilai rata-rata terendah iii dibandingkan variabel lainnya. Pada variabel kepemimpinan, dinilai peran kepemimpinan dalam transparasi, supevisi, kaderisasi di masa yang akan datang, serta proses perencanaan dan pengelolaan perencanaan strategi dinilai kurang optimal.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dibuat oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan Rumah Sakit Charitas dikaji berdasarkan integrasi TQM dan Six Sigma melalui pendekatan Malcolm Baldridge, perlu ditingkatkan. Dimana terdapat 4 (empat) variabel yang memiliki nilai rata-rata lebih rendah dari total nilai rata-rata 7 (tujuh) variabel dalam Kriteria Malcolm Baldridge. Empat kriteria tersebut ialah kepemimpinan, perencanaan strategi, manajemen sumber daya manusia, serta pengukuran, analisis dan manajemen.Variabel yang perlu mendapatkan perhatian besar karena memiliki nilai yang paling rendah ialah variabel kepemimpinan dan perencanaan strategi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara mendalam, peran yang paling besar dalam peningkatan kinerja ialah peran kepemimpinan. Dilihat dari hasil pencapaian indikator kinerja RS. Charitas yang mengalami penurunan tiga tahun terakhir, tidak sejalan dengan hasil kuantitatif yang dicapai pada kriteria variabel kinerja rumah sakit, dimana menghasilkan nilai yang baik. Salah satu penyebabnya ialah ketidakselarasan antara program kerja dan target unit dengan rencana strategi yang telah ditetapkan. Hal ini dipertegas melalui wawancara mendalam, rencana strategi yang telah ditetapkan tidak secara menyeluruh disosialisasikan ke unit-unit. Sehingga tujuan dari program kerja seringkali ditemukan tidak sejalan dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, yang berpengaruh pada perbedaan persepsi pencapaian kinerja unit dengan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Selain itu ditemukan tidak adanya pedoman penilaian kinerja unit.Maka melalui penelitian ini diharapkan penerapan Integrasi TQM dan Six Sigma untuk mencapai kinerja rumah sakit melalui: meningkatkan peran kepemimpinan di rumah sakit; mengembangkan dan melaksanakan rencana strategis yang optimal; meningkatkan kemampuan untuk fokus terhadap pasien/pelanggan; memberikan perhatian tinggi terhadap pengelolaan dan pemberdayaan karyawan; mengembangkan; meningkatkan sistem dan proses dalam pelaksanaan pelayanan; serta melaksanakan upaya mutu berkelanjutan dengan menekankan pada pengukuran melalui indikator-indikator individu, unit maupun rumah sakit serta mengembangkan sistem informasi yang akurat.
Kata kunci : Mutu Rumah Sakit, TQM, Six SIGMA, Malcolm Baldridge
Background : Hospital as an organization working in the field of public health services increasingly demanded to provide better health services (Muchtar, 2011). Excellent service and quality will have an impact on patient satisfaction and impact on customer loyalty to the improvement of services offered. One measure of the achievement of the quality of a service is the loyalty of consumers. Charitas Hospital, there is a decline in customer loyalty from the year 2013 to 2015 by 80%. It was determined by a decrease in the quality indicators that BOR, LOS, TOI, GDR, NDR which dropped on the last three years (Data RS-Caritas, 2016). It is known that the quality management TQM and Six Sigma have each proven concepts and empirical as continuous quality improvement methods that can help improve the performance of organizations including hospitals. How is the quality of service at the Charitas Hospital observed from the criteria Malcolm Baldrige Criteria with the integration of TQM and Six Sigma approach?
Method : The method used is quantitative and qualitative research methods, combination of the research type Explenatory Sequential Design (Sugiyono, 2012), where the data collection and analysis consists of two phases: 1. The collection and analysis of quantitative data on the first stage (The data was collected through a questionnaire conducted to determine the quality of RK Charitas Hospital services, through the use of Baldrige Criteria) 2. the collection and analysis of qualitative data in the second phase (conducting interviews to get a fuller picture of the data collected through questionnaires). v
Results : From the research results, obtained all the variables (Leadership, Strategic Planning, Customer Focus, Focus Human Resources, Process Focus, Measurementanalysis and knowledge management) had a significant association in influencing the performance of the hospital. Obtained from seven Malcolm Baldridge criteria, there are three variables that have a total value above the average, and four criterias have a value below the total average. From the results, the leadership variable is a variable that have the lowest average value compared to other variables. In the leadership variable, assessed a leadership role in transparency, supervision, regeneration in the future, as well as the planning and management processes were considered less optimal than strategy planning.
Conclusions : Based on the results of the research, it can be concluded that the quality of service of Charitas Hospital assessed based on the integration of TQM and Six Sigma approach Malcolm Baldridge, needs to be improved. Where there are 4 (four) variables that have an average value is lower than the total average value of 7 (seven) variables in the Malcolm Baldridge Criteria. Four of these criteria are leadership, strategic planning, human resources management, as well as measurement, analysis and mangement.Variable that needs great attention because it has the lowest value are leadership and strategic planning. In addition, based on the results of in-depth interviews, the greatest role in performance enhancement is the role of leadership. Judging from the results of the achievement of performance indicators Charitas Hospital which has decreased for the last three years, is not in line with the quantitative results achieved on hospital performance variable criteria, which produces a good value. One reason is the misalignment between the work program and the target unit with a strategic plan that has been set. This is confirmed through in-depth interviews, plan strategies that have been set are not thoroughly socialized into units. So the purpose of this work program are often found to be not in line with the strategic plan that has been set, which affects the perception of differences in the achievement of the unit's performance with the performance of the hospital as a whole. Also found no performance appraisal guidelines unit. So through this research are expected application of TQM and Six Sigma integration to achieve vi performance of hospitals through: increasing the role of leadership in the hospital; developing and implementing a strategic plan that is optimal; improving the ability to focus on patient/customer; giving high attention to the management and employee empowerment; developing, improving the systems and processes in service delivery; and implementing continuous quality efforts with emphasis on measuring through indicators of individual, unit or hospital and developing accurate information system.
Keywords : Hospital Quality, TQM, Six SIGMA, Malcolm Baldridge
B-1846
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Suvonalya; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Puput Oktamianti, Rahma Indira Wardani, Gafar Hartatiyanto
Abstrak:
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal penting dalam organisasi pelayanan kesehatan sehingga mendorong setiap organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil dari survey kepuasan masyarakat terhadap instalasi pelayanan RSUD Budhi Asih pada tahun 2014-2017 didapatkan ada kesenjangan (gap) antara harapan konsumen dengan mutu pelayanan di instalasi rawat jalan RSBA sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja di semua unsur unsur pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan kesehatan instalasi rawat jalan di RSBA dengan menggunakan pendekatan kriteria malcolm baldridge. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan studi crosssectional gabungan kualitatif dan kuantitatif (mix method). Penelitian dilakukan di instalasi rawat jalan RSBA pada bulan November-Desember Tahun 2018 dengan jumlah sampel 130 dan jumlah informan 12 orang. Hasil didapatkan : Mutu pelayanan kesehatan instalasi rawat jalan RSUD Budhi Asih secara umum adalah baik. Ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, fokus pada tenaga kerja, fokus pada operasi terhadap hasil yaitu mutu pelayanan kesehatan instalasi rawat jalan RSBA dimana nilai p < 0.05 dan pada uji multivariat yang memiliki keeratan kuat adalah perencanaan strategis dan fokus pada proses. Kualitas pelayanan kesehatan instalasi rawat jalan RSBA perlu ditingkatkan, terutama fokus pada pelanggan, perencanaan strategis, pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan dan hasil-hasil kinerja organisasi. Komitmen dari seluruh elemen di rumah sakit sangat dibutuhkan. Pelayanan konsumen dengan baik dan benar, tindakan medis yang tepat sesuai dengan standar operasional prosedur, pelayanan prima dan upaya untuk memenuhi kelengkapan sarana prasarana rumah sakit adalah hal penting yang harus dilakukan oleh RSBA untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Read More
B-2049
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Oneng Soekiraten; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Anhari Achadi, Jusuf Kristianto, Indah Rosana Djajadireja
Abstrak:
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal penting dalam organisasi pelayanan kesehatan sehingga mendorong setiap organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Melihat gambaran angka kunjungan Unit Hemodialisa yang terus meningkatdisertai dengan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan peran pemimpin, akses Unit Hemodialisa yang kurang strategis, dan kurang optimalnya pemanfaatan kotak saran untuk pasien, sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja di semua unsur dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan unit Hemodialisa dengan menggunakan kriteria malcolm baldridge. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu serangkain kegiatan di mana peneliti mengumpulkan informasi kinerja dan mutu pelayanan rumah sakit kemudian menganalisisnya untuk pengambilan berbagai kesimpulan
Hasil didapatkan : Mutu pelayanan kesehatan unit Hemodialisa RSUD.H.Hanafie secara umum sudah baik namun ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi, kriteria fokus pada pelanggan, kriteria pengukuran. analisis, dan manajemen pengetahuan, dan kriteria hasil kinerja organisasi masih dinilai sangat kurang. 2. Dalam unit hemodalisa di RSUD H. Hanafie Muara Bungo, hubungan yang paling kuat terletak pada kriteria pemimpin dengan kriteria fokus pada operasi sedangkan hubungan terendah pada kriteria perencanaan strategis.
Kualitas mutu pelayanan kesehatan di unit Hemodialisa perlu ditingkatkan, terutama fokus pada pelanggan, perencanaan strategis, pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan dan hasil-hasil kinerja organisasi. Komitmen dari seluruh elemen di rumah sakit sangat dibutuhkan. Pelayanan konsumen dengan baik dan benar, tindakan medis yang tepat sesuai dengan standar operasional prosedur, pelayanan prima dan upaya untuk memenuhi kelengkapan sarana prasarana rumah sakit adalah hal penting yang harus dilakukan oleh Unit Hemodialisa RSUD H.Hanafie untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
The quality of health services is an important thing in health service organizations that encourage every health service organization to improve the quality of health services. Seeing the increasing number of visits by the Hemodialisa Unit accompanied by several problems related to the role of leaders, access to the less strategic Hemodialysis Unit, and the less optimal use of suggestion boxes for patients, so that performance improvements in all elements need to be done in an effort to improve service quality.
The purpose of this study was to determine the description of the service quality of Hemodialysis units using the criteria for malcolm baldridge. This type of research is descriptive analytic research, which is a series of activities in which the researcher collects performance information and hospital service quality then analyzes it for various conclusions.
The results are obtained: Quality of health services for Hemodialysis Hospital RSUD. H. Hanafie in general is good, but there are several aspects that need to be improved, the criteria for focusing on customers, measurement criteria. analysis, and knowledge management, and the criteria for organizational performance results are still considered very lacking. 2. In the hemodynamic unit at H. Hanafie Muara Bungo Hospital, the strongest relationship lies in the criteria of the leader with the focus criteria on the operation while the lowest relationship is on the strategic planning criteria.
The quality of health services in the Hemodialysis unit needs to be improved, especially the focus on customers, strategic planning, measurement, analysis and management of knowledge and organizational performance results. Commitment from all elements in the hospital is needed. Customer service properly and correctly, appropriate medical actions in accordance with standard operating procedures, excellent service and efforts to fulfill the completeness of hospital infrastructure are important things that must be done by the Hemodialysis Unit of H. Hanafie Hospital to improve the quality of hospital services
Read More
Hasil didapatkan : Mutu pelayanan kesehatan unit Hemodialisa RSUD.H.Hanafie secara umum sudah baik namun ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi, kriteria fokus pada pelanggan, kriteria pengukuran. analisis, dan manajemen pengetahuan, dan kriteria hasil kinerja organisasi masih dinilai sangat kurang. 2. Dalam unit hemodalisa di RSUD H. Hanafie Muara Bungo, hubungan yang paling kuat terletak pada kriteria pemimpin dengan kriteria fokus pada operasi sedangkan hubungan terendah pada kriteria perencanaan strategis.
Kualitas mutu pelayanan kesehatan di unit Hemodialisa perlu ditingkatkan, terutama fokus pada pelanggan, perencanaan strategis, pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan dan hasil-hasil kinerja organisasi. Komitmen dari seluruh elemen di rumah sakit sangat dibutuhkan. Pelayanan konsumen dengan baik dan benar, tindakan medis yang tepat sesuai dengan standar operasional prosedur, pelayanan prima dan upaya untuk memenuhi kelengkapan sarana prasarana rumah sakit adalah hal penting yang harus dilakukan oleh Unit Hemodialisa RSUD H.Hanafie untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
The quality of health services is an important thing in health service organizations that encourage every health service organization to improve the quality of health services. Seeing the increasing number of visits by the Hemodialisa Unit accompanied by several problems related to the role of leaders, access to the less strategic Hemodialysis Unit, and the less optimal use of suggestion boxes for patients, so that performance improvements in all elements need to be done in an effort to improve service quality.
The purpose of this study was to determine the description of the service quality of Hemodialysis units using the criteria for malcolm baldridge. This type of research is descriptive analytic research, which is a series of activities in which the researcher collects performance information and hospital service quality then analyzes it for various conclusions.
The results are obtained: Quality of health services for Hemodialysis Hospital RSUD. H. Hanafie in general is good, but there are several aspects that need to be improved, the criteria for focusing on customers, measurement criteria. analysis, and knowledge management, and the criteria for organizational performance results are still considered very lacking. 2. In the hemodynamic unit at H. Hanafie Muara Bungo Hospital, the strongest relationship lies in the criteria of the leader with the focus criteria on the operation while the lowest relationship is on the strategic planning criteria.
The quality of health services in the Hemodialysis unit needs to be improved, especially the focus on customers, strategic planning, measurement, analysis and management of knowledge and organizational performance results. Commitment from all elements in the hospital is needed. Customer service properly and correctly, appropriate medical actions in accordance with standard operating procedures, excellent service and efforts to fulfill the completeness of hospital infrastructure are important things that must be done by the Hemodialysis Unit of H. Hanafie Hospital to improve the quality of hospital services
B-2103
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
B-724
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
B-552
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Maharani Sylvia Rindawati; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Pujiyanto, Atika, Siti Ainun Dwiyanti
Abstrak:
Read More
Pemerintah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui pengajuan klaim, pembayaran atas pelayanan, dan feedback verifikasi dokumen. Berkas klaim yang tidak lengkap dianggap belum layak disebut dengan klaim pending. Klaim pending dapat mengganggu pendapatan dan proses keuangan. Mayoritas pasien yang berobat di RSUD Mampang Prapatan sebanyak 90% merupakan peserta BPJS Kesehatan. Klaim pending di RSUD Mampang Prapatan pada Tahun 2022 mencapai 13.5% rawat inap dan 3.5% rawat jalan dengan tarif pending sebesar Rp1.190.594.300 rawat inap dan Rp331.363.900 rawat jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab klaim pending dan memberikan solusi berupa inovasi dalam mencegah atau mengurangi klaim pending. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, jumlah klaim pending bulan Januari - Juli 2023 ditemukan pada unit rawat inap sebanyak 13.3% dan unit rawat jalan sebanyak 2.3%. Total tarif pending sebanyak Rp780.096.800 pada rawat inap dan Rp145.317.100 pada rawat jalan. Klaim pending disebabkan oleh faktor input dan proses. Faktor input penyebab klaim pending disebabkan antara lain faktor man, yaitu belum adanya verifikator internal, pelatihan koding internal, dan belum ada kebijakan serta evaluasi terkait klaim pending. Dari faktor money, rumah sakit belum menerapkan remunerasi dan belum ada reward dan punishment terkait pengisian resume medis yang tepat dan sesuai untuk menjadi dasar penilaian. Dari faktor material, belum ada kebijakan terkait pengisian resume medis elektronik, beberapa staf rumah sakit belum mengetahui syarat berkas pengajuan klaim, dan tanda tangan pengisian resume medis belum digital. Dari faktor metode, PPK dan ICP hanya tersedia beberapa, sosialisasi syarat pengajuan klaim serta review berkala kasus klaim pending belum dilakukan. Sedangkan, dari faktor machine ditemukan terdapat beberapa komputer yang masih lambat saat menggunakan beberapa aplikasi. Penyebab klaim pending dari faktor proses didominasi oleh ketidaklengkapan berkas pendukung dan masalah dalam koding. Pengembangan prototipe melalui metode design thinking dalam SIMRS telah dilakukan terkait proses pengajuan klaim yang terdiri dari pengumpulan berkas, pengisian resume medis, dan koding dengan menambahkan menu berkas digital, koding yang terintegrasi, serta menu attachment prosedur / tindakan serta diagnosis yang terintegrasi antara perawatan pasien dengan resume medis. Saran bagi rumah sakit untuk menggunakan dan mengembangkan usulan prototipe, upaya perbaikan bagi unit casemix, melakukan sosialisasi mengenai syarat berkas klaim kepada unit terkait, sosialisasi syarat pengajuan klaim BPJS Kesehatan sesuai peraturan kementerian kesehatan dan panduan klinis kepada dokter, dan review berkala secara internal kepada dokter mengenai klaim pending.
The government collaborates with Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) through the National Health Insurance Program. Hospitals collaborate with BPJS in providing health services through submitting claims, payment for services, and document verification. Incomplete claim documents are considered as pending claims. Pending claims can disrupt revenue and financial processes. The majority of patients treated at Mampang Prapatan General Hospital, 90%, are BPJS participants. Pending claims in Mampang Prapatan General Hospital in 2022 reach 13.5% for inpatient care and 3.5% for outpatient care with pending of Rp1.190.594.300 for inpatient and Rp331.363.900 for outpatient. The aim of this research is to analyze the causes of pending claims and provide solutions in the form of innovations in preventing or reducing pending claims. This research is qualitative research with a case study approach. Data collection was carried out through in-depth interviews, observation and document review. The research results show that the number of pending claims in January - July 2023 was found in inpatient units at 13.3% and outpatient units at 2.3%. The total pending rate is IDR 780,096,800 for inpatient care and IDR 145,317,100 for outpatient care. Pending claims are caused by input and process factors. The input factors that cause pending claims include human factors, namely the absence of an internal verifier, internal coding which is not given to staff, and there are no policies and evaluations regarding pending claims. From the money factor, the hospital has not implemented remuneration and there are no rewards and punishments regarding filling out a medical resume correctly and appropriately as a basis for assessment. In terms of material factors, there is no policy regarding filling out electronic medical resumes, some hospital staff do not know the file requirements for submitting claims, and signatures for filling out medical resumes are not yet digital. In terms of method factors, only a few PPK and ICP are available, socialization of claim submission requirements and regular reviews of pending claim cases have not been carried out. Meanwhile, from the machine factor, it was found that several computers were still slow when using several applications. The causes of pending claims from process factors are dominated by incomplete supporting files and problems in coding. Prototype development using the design thinking approach in SIMRS has been done regarding to the claim submission process which consists of collecting files, filling in medical resumes, and coding by adding a digital file menu, integrated coding, and attachment menus in providing procedure and diagnosis integrated with medical resumes. Suggestions for hospital to use and develop the prototype, improve casemix unit, socialize recarding to the requirements in filling claim documents, and periodically held an internal review to doctors regarding to the pending claims
B-2416
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ferti Dwi Ekasari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Ede Surya Darmawan, Winarto, Indah Rachmawati
Abstrak:
Pelaksanaan akreditasi rumah sakit merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap rumah sakit yang melayani Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) merupakan salah satu standar akreditasi yang sangat penting di rumah sakit dan merupakan program yang baru berjalan di RSUD Cempaka Putih. Peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana kesiapan RSUD Cempaka Putih terhadap standar PMKP sesuai SNARS Edisi 1 sehingga tercipta budaya mutu dan keselamatan pasien. Jenis penelitian ini merupakan penelitian desktiptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan dan analisis data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan RSUD Cempaka Putih dalam pelaksanaan implementasi program PMKP baru sekitar 50%, masih diperlukan upaya perbaikan secara bertahap. Rencana aksi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan efiesiensi pelaksanaan program PMKP di RSUD Cempaka Putih antara lain dengan perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan kompetensi dan wawasan terhadap program PMKP, peningkatan kesadaran dan disiplin staf rumah sakit, resosialisasi komunikasi dan koordinasi program PMKP serta pemenuhan manajemen data yang terintegrasi.
The implementation of hospital accreditation is a government effort to improve the quality of service and safety of patients in hospitals and the requirements that must be met by each hospital serving the National Health Insurance Program (JKN). Quality and Patient Safety Improvement (PMKP) is one of the most important accreditation standards in hospitals and is a new program that runs in Cempaka Putih Hospital. The researcher felt that it was necessary to find out how prepared the Cempaka Putih Hospital was towards the PMKP standard in accordance with SNARS Issue 1 so as to create a quality and patient safety culture. This type of research is desktiptif research with quantitative and qualitative approaches. Collection and analysis of quantitative data using a questionnaire then continued with the collection and analysis of qualitative data with indepth interviews. The results showed that the readiness of Cempaka Putih Hospital in the implementation of the PMKP program was only around 50%, it still needed gradual improvement efforts. Action plans that can be taken to improve the efficiency of the PMKP program implementation at Cempaka Putih Hospital include improvements in facilities and infrastructure, increased competency and insight into PMKP programs, increased hospital staf awareness and discipline, communication and coordination of PMKP programs and fulfillment of an integrated data management.
Read More
The implementation of hospital accreditation is a government effort to improve the quality of service and safety of patients in hospitals and the requirements that must be met by each hospital serving the National Health Insurance Program (JKN). Quality and Patient Safety Improvement (PMKP) is one of the most important accreditation standards in hospitals and is a new program that runs in Cempaka Putih Hospital. The researcher felt that it was necessary to find out how prepared the Cempaka Putih Hospital was towards the PMKP standard in accordance with SNARS Issue 1 so as to create a quality and patient safety culture. This type of research is desktiptif research with quantitative and qualitative approaches. Collection and analysis of quantitative data using a questionnaire then continued with the collection and analysis of qualitative data with indepth interviews. The results showed that the readiness of Cempaka Putih Hospital in the implementation of the PMKP program was only around 50%, it still needed gradual improvement efforts. Action plans that can be taken to improve the efficiency of the PMKP program implementation at Cempaka Putih Hospital include improvements in facilities and infrastructure, increased competency and insight into PMKP programs, increased hospital staf awareness and discipline, communication and coordination of PMKP programs and fulfillment of an integrated data management.
B-2111
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
