Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36324 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Silva Dwi Rahmizani; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi, Dien Anshari; Penguji: Hadi Partomo, Firy Triyanti, , H. Kadiyo
Abstrak: Gangguan mental merupakan salah satu tantangan kesehatan global dikarenakan prevalensi yang tinggi dan penderitaan berat yang ditanggung oleh individu, keluarga, komunitas, dan negara. Prevalensi gangguan mental emosional tertinggi di Jawa Barat adalah Kota Bogor sebesar 28,1%. Perlu dilakukan langkah pencegahan agar kesehatan mental masyarakat tetap terjaga. Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendekatan yaitu dengan literasi kesehatan mental. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran literasi kesehatan mental dan determinannya pada remaja sekolah menengah atas/ sederajat di Kecamatan Bogor Utara tahun 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner online pada 382 siswa yang dipilih secara mutistage random sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019 di lima sekolah yang berada di kecamatan Bogor Utara. Hasil penelitan menunjukkan literasi kesehatan mental yang berada pada kategori tinggi baru mencapai 42,4%. Faktor yang berhubungan signifikan dengan literasi kesehatan mental pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, akses informasi dan pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling dominan terhadap literasi kesehatan mental (p=0,002, OR: 2,026). Perlu peningkatan intervensi preventif dan promotif seperti edukasi dan promosi terkait aspek pengetahuan, sikap, keyakinan dan isu-isu kesehatan mental guna meningkatkan literasi kesehatan mental yang lebih baik pada remaja sekolah khususnya siswa sekolah menengah atas/ sederajat
Read More
T-5642
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Trisni Handayani; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Dien Anshari, Pujiyanto; Sri Utami Rahayuningsing, Prianto Djatmiko
Abstrak: Latar belakang : Menurut WHO (2015) literasi kesehatan merupakan salah satu isu prioritas kesehatan di wilayah Uni Eropa yang berdampak pada outcome kesehatan. Sebuah studi komunitas pengungsi yang berasal dari Asia Tenggara di Amerika Serikat telah menemukan bahwa rendahnya pengguna layanan kesehatan karena kurangnya literasi kesehatan mental. Pentingnya meningkatkan literasi kesehatan mental, sesuai dengan rencana WHO karena kesehatan mental adalah komponen esensial dari ikatan (kohesi) sosial, produktivitas, kedamaian dan stabilitas lingkungan, yang berkontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi di masyarakat. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan mental dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa oleh ODMK di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor setelah variabel perancu dikendalikan. Metode : penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel adalah orang dengan masalah kejiwaan yang bertempat tinggal di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Jumlah Sampel 139 orang responden. Tekhnik pengambilan sampel adalah multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan Uji regresi logistik ganda untuk seleksi model untuk multivariat. Hasil : Nilai rata-rata literasi kesehatan mental sebesar 73,08. sebanyak 56,1% ODMK telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa. sebanyak 57,6% responden berumur ≥30 tahun dan 43,2% memiliki pendidikan tamat SMA. Terdapat 64,9% yang mempunyai literasi kesehaatan mental tinggi telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara literasi kesehatan mental dengan perilaku pemanfaatam pelayanan kesehatan jiwa pada ODMK di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor setelah variabel jenis kelamin dan ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa dikendalikan
Read More
T-5626
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oktari Raqil Saputri; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Ahmad Syafiq, Samsu Rian
Abstrak: Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang dalam mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi kesehatan memiliki hubungan terhadap status kesehatan seseorang, termasuk kesehatan reproduksi, namun belum banyak penelitian yang mengeksplorasi bagaimana literasi kesehatan reproduksi dari wanita pekerja seks (WPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran literasi kesehatan reproduksi pada WPS di Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Penelitian kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional) ini mengambil data pada bulan November sampai Desember 2019 dengan menggunakan kuesioner cetak yang dibagikan kepada 242 WPS. Kuesioner terdiri dari instrumen Sexually Transmitted Diseases Knowledge Questionnaire (STD-KQ) yang mengukur pengetahuan akan infeksi menular seksual (IMS), instrumen European Health Literacy Survey Questionnaire (HLSEU-Q16) untuk mengukur literasi kesehatan, serta pertanyaan mengenai persepsi risiko tertular IMS, praktik pencegahan IMS, dan karakteristik WPS (usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, lama bekerja sebagai WPS, pekerjaan selain WPS, dan penghasilan bulanan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan IMS adalah 9,92 (SD=1,89; dari skala 24) dan rata-rata skor literasi kesehatan adalah 2,28 (SD=0,26; dari skala 4). Lebih dari separuh responden merasa tidak tahu atau tidak memiliki risiko terkena IMS (52%), sementara sebagian besar responden merasa kesulitan meminta pelanggan memakai kondom (59%) dan menolak pelanggan yang tidak mau memakai kondom (63%). Diperlukan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan IMS, literasi kesehatan, dan efikasi WPS dalam mencegah penularan IMS. Kata kunci: literasi kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual, wanita pekerja seks Health literacy is a person's ability to access, understand, assess and apply health information to make health decisions in daily life. Health literacy is associated with reproductive health outcomes; however, research around the reproductive health literacy among female sex workers (FSW) is lacking. This research aimed to explore the reproductive health literacy among FSWs in the District of Cilincing, Jakarta. Data for this cross-sectional study were collected from 242 FSWs using paper-based questionnaire in November-December 2019. The questionnaire consisted of the 16-item European Health Literacy Survey Questionnaire (HLS-EU-Q16) to measure health literacy, Sexually Transmitted Diseases Knowledge Questionnaire (STD-KQ) to measure knowledge of STDs, as well as questions to measure perceived risks of STDs, perceived efficacy of condom use, and sociodemographic variables (age, marital status, educational level, work hour as FSW, other jobs, and monthly income). The results indicated a low level of both health literacy (M=2.28, SD=0.26; on a scale 4) and knowledge of STDs (M=9.92, SD=1.82; on a scale 24) among respondents. More than half of them perceived unknown or no risk of STD exposures (52%), had difficulties to ask clients to use condom (59%) or to refuse clients who did not want to use condom (63%). Intervention tailored to improve reproductive health literacy among FSWs is recommended. Keywords: reproductive health literacy, female sex worker, STD
Read More
S-10348
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syauhari; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Ella Nurlaella Hadi, Triyanti, M. Edy Hariyanto, Elis Rohmawati
Abstrak: Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian balita diseluruh dunia dan sepertiga dari jumlah angka kematian balita disebabkan oleh ISPA. Hasil Riskesdas tahun 2018 ISPA dengan Pneumonia merupakan penyakit kedua terbesar setelah diare sebagai penyebab angka kematian balita. Prevalensi ISPA nasional menurut diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 4,4% pada semua kelompok umur dan prevalensi ISPA pada balita 7,8 %.Tujuan penelitian adalah diketahuinya Determinan Perilaku Pencegahan Infekti Saluran pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Bukit Harapan Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Tahun 2019.Desain studi cross sectional,ukuran sampel ditentukan dengan uji hipotesis dua proporsi,sampel 182 responden, metode pengambilan sampel dengan simple random sampling, metode pengumpulan data wawancara menggunakan kuesioner, uji yang digunakan chi square dan analisis regresi logistik ganda.Hasil penelitian sebanyak 64,3% ibu berperilaku baik dalam pencegahan ISPA, gambaran faktor Predisposisi pengetahuan ibu yang tinggi sebanyak 58,8%, sikap positif sebanyak 62,1%, pendidikan tinggi sebanyak 44%, proporsi ibu yang bekerja sebanyak 56%,umuribudiketahui 69,2% dewasa dan responden berpenghasilan tinggi 39,6%. Gambaran faktor pemungkin (akses fasilitas kesehatan)mudah sebanyak 56% dan gambaran faktor Penguat (dukungan keluarga)sebanyak 62,6% ibu yang mendapatkan dukungan keluarga cukup.Penelitian ini membuktikan bahwan umur ibu (p value=0,001 OR= 0,671, 95% CI 2,647-42,593),dukungan keluarga(p value=0,027 OR=5,171,95% CI 1,206-22,175) dan akses fasilitas kesehatan ibu (p value=0,027 OR=4,808, 95% CI 1,194-19,366) berhubungan dengan perilaku pencegahan ISPA, sedangkan pengetahuan, sikap dan pekerjaan sebagai variabel konfounding.Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita adalah umur ibu (p value=0,001, OR = 10,617 95%CI = 2,647-42,593)
ARI is one the causes of under five morbidity and mortality throughout the world and one third of the number of under five mortality is a caused by ARI. The results of the Riskesdas in 2018 ARI with Pneumonia were the second largest disease after diarrhea was the cause of various under five mortality. The national prevalence of ARI according to the diagnosis of health personnel 4,4% in all age groups and the prevalence of ARI for infants is 7,8%. The aim of te study was to determine the determinans of ARI preventive behavior in Bukit Harapan Health center area of the North Bengkulu Regency years 2019. Cross sectional study design, the sample size is determined by two proportion test, sampel of 182 respondent, the method of sampling is simple random sampling, methods of collecting interview data using questionnaire, the test used chi square and multiple logistic regression analysis. The resulth of the study were 63,4% of mother behaving well in the prevention of ARI, a description of the predisposing factor in hight obuosity knowladge as much as 44%, the proportion of working mothers as much as 56%, age of the mothers known 69,2%, adults and high income respondents 39,6%. The description of enebling factors (accses to healt facilities) is easy as much as 56% and the description of reinforcement factor (family support) 62,6% of mother who have enough family support.This study proves that age of the mother (p value=0,001 OR= 0,671, 95% CI 2,647-42,593), family support (p value=0,027 OR=5,171, 95% CI 1,206-22,175) and access to health facilities (p value=0,027 OR=4,808, 95% CI 1,194- 19,366) are related to behavioral prevention of ARI, while knowledge, attitudes and work are counfounding variables. The most dominant factor associated whit ARI prevention behavior in infants is the age of the mother (p value 0,001,OR 10,95% CI= 2,647-42,593)
Read More
T-5522
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulita Sirinti Pongtambing; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Rita Damayanti, Dadan Erwandi, Ida Leida M., Sudirman Nasir
Abstrak:
Meningkatnya prevalensi gangguan mental di kalangan anak muda di Indonesia mengindikasikan pentingnya upaya memperbaiki literasi kesehatan mental di kalangan anak muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan sosial yang berkaitan dengan literasi kesehatan mental pada mahasiswa Universitas Hasanuddin. Penelitian ini menggunakan data dari Studi Literasi Kesehatan 2019 yang menggunakan desain potong lintang. Pengukuran literasi kesehatan mental dilakukan dengan menggunakan instrumen Mental Health Literacy Scale (MHLS) yang telah di adaptasi ke konteks Indonesia. Hasil pada penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata kesehatan mental yang relatif rendah (M=59,60 dengan skala 0-100). Analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, status pacaran, dan rumpun ilmu merupakan determinan yang berasosiasi signifikan dengan MHLS. Adapun hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental lebih rendah pada mahasiswa laki-laki, mahasiswa yang menolak menjawab suku, dan mahasiswa yang tergolong dalam rumpun ilmu sains dan teknologi. Hasil ini menyarankan intervensi kesehatan mental pada kelompok mahasiswa tersebut melalui edukasi dan call center kesehatan mental.

The prevalence of mental disorders among young adults in Indonesia has increased, indicating the importance of improving mental health literacy among them. This study aimed to determine the social determinants and mental health literacy among first year undergraduate students of Universitas Hasanuddin, South Sulawesi, Indonesia. Data for this study came from the Indonesia Health Literacy Study 2019, a cross-sectional online survey of undergraduate students from four public universities in four provinces of Indonesia. Mental health literacy was measured using the Mental Health Literacy Scale (MHLS) which had been adapted into Indonesia context. The results showed that respondents had relatively low mental health literacy (M=59,60 on a scale of 0-100). Bivariate analysis showed that gender, relationship status, and scientific clusters were associated with MHLS. Multivariate analysis showed that mental health literacy was lower among male students, students who refused to reveal their ethnic identities, and students of science-tech cluster. Interventions through mental health education and mental health call center are recommended to improve mental health literacy, especially among these undergraduate students of Universitas Hasanuddin.

Read More
T-5915
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wa Ode Sri Andriani; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Dian Ayubi, Ahmad Syafiq, Ruslan Majid, Fikki Prasetya
Abstrak: Literasi gizi fungsional menjadi keterampilan dasar dan penting yang dibutuhkan seseorang dan promosi kesehatan di era penyakit akibat masalah gizi semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan sosial dan literasi gizi fungsional pada mahasiswa S1 reguler tahun pertama di Universitas Halu Oleo. Disain penelitian menggunakan disain cross sectional, penelitian ini mengambil data dari Studi Literasi Kesehatan 2019 di Universitas Halu Oleo, Provinsi Sulawesi Tenggara (n=359). Pengukuran literasi gizi dilakukan menggunakan instrumen The Newest Vital Sign (NVS) berisi 6 pertanyaan mengenai label gizi yang telah diadaptasi. Analisis menggunakan regresi linier berganda dengan literasi gizi fungsional sebagai variabel dependen dan determinan sosial seperti jenis kelamin, suku, status tempat tinggal, uang saku, akses layanan kesehatan, dan akses informasi kesehatan sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi gizi fungsional mahasiswa kurang memadai (M=2,47; SD=1,285). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan hubungan signifikan antara skor literasi gizi fungsional dengan determinan sosial jenis kelamin (β=0,30, p=0,019). Hasil ini mengindikasikan hubungan yang lemah antara determinan sosial dan literasi gizi fungsional pada mahasiswa. Dan diperlukan upaya pengembangan edukasi terkait label gizi guna membantu mahasiswa dalam meningkatkan literasi gizi fungsional
Functional nutiriton literacy is a basic and important skill that a person needs and health promotion in an era of disease due to nutritional problems is increasing. This study aims to determine the associated between social determinants and functional nutrition literacy in first-year regular undergraduate students at Halu Oleo University. This research using cross-sectional, that takes data from Health Literacy Study 2019 at Halu Oleo University, Southeast Sulawesi Province (n=359). The measuremenet of nutritional literacy was carried out using The Newest Vital Sign (NVS), containing 6 questions regarding adapted nutrition labels. The analysis used multiple linier regressin, with functional nutrition literacy as the dependent variable and social determinants such as gender, ethnicity, residence status, pocket money, access to health services, and access to health information as independent variables. The results showed that the functional nutrition literacy level of the students was inadequate (M=2,47; SD=1,285). The results of multiple linear regression analysis showed a significant relationship between functional nutrition literacy scores and social determinantas, gender (β=0,30, p=0,019). These results indicate a weak relationship between social determinants and functional nutrition literacy. And efforts are needed to develop education related to nutrition labels to assist students to improve functional nutritional literacy
Read More
T-6032
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Verlina Yohana Kawangung; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Helda, Rusmawati Silaban
S-5477
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yoslien Sopamena; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Tri Krianto, Ahmad Syafiq, Christiana R. Titaley, Ety Yuni Ristanti
Abstrak: Literasi gizi merupakan salah satu prediktor penyakit tidak menular, namun belum banyak penelitian yang menilai kemampuan literasi gizi masyarakat, termasuk pada kelompok masyarakat berpendidikan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara determinan sosial dan literasi gizi pada mahasiswa program sarjana di Universitas Pattimura angkatan 2018 dengan menggunakan data sekunder Studi Literasi Kesehatan 2019. Enam determinan yang diukur yaitu jenis kelamin, uang saku mingguan, status tempat tinggal, suku, partisipasi sosial dan program pendidikan. Tingkat literasi gizi diukur menggunakan kuesioner The Newest Vital Signs. Analisa deskriptif terdiri dari frekuensi untuk variabel kategorik dan mean, median, varian untuk variabel numerik. Uji non-parametrik Mann-Whitney dilakukan untuk mencari hubungan antar variabel dan regresi liner multivariabel untuk mencari variabel yang paling berpengaruh. Dari 382 partisipan, lebih banyak yang memiliki tingkat literasi yang tidak adekuat dibanding yang adekuat (54,7% vs 45,3%). Adapun rerata skor literasi gizi seluruh partisipan adalah 2,31 (SD=1,30) dari skala 6. Untuk determinan sosialnya, hanya keragaman suku yang diketahui memiliki hubungan yang signifikan dengan skor literasi gizi. Penelitian lanjutan disarankan untuk mengeksplorasi determinan lain yang berkaitan dengan literasi gizi.
Nutrition literacy is one of the predictors of non-comunicable diseases; however, research around nutrition literacy assessment is lacking in Indonesia, including among its welleducated population. This study aimed to examine the determinants of nutrition literacy among first year undergraduate students of the University of Pattimura, Maluku. Using data derived from the Health Literacy Study 2019, six determinants of nutrition literacy (i.e., sex, weekly expenditure, living place status, perceived ethnic diversity, social participation and education programs) were analyzed. Nutrition literacy was measured using the adapted 6-item Newest Vital Signs. Descriptive statistic of frequency, mean and median was used to describe each of the main variables. The non-parametric MannWhitney was performed to examine the association between independent and dependent variables. Linear regression linear was used to analyze association between independent variables and nutriton literacy. Of the 382 participants, the average score of nutrition literacy was 2,31 (SD=1,30), with more than half of them have inadequate nutrition literacy (54,7%) compare to those who have adequate nutrition literacy (45,3%). Perceived ethnic diversity was the only social determinant that significantly associates with nutrition literacy. Future research exploring association of other social determinants to nutrition literacy is recommended
Read More
T-5987
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Fitria Chandra; Pembimbing: Ella Nurlaela Hadi; Penguji: Hadi Pratomo, tiyur Febrina Pohan
Abstrak: Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa dimasa mendatang. Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan yang sangat pesat, baik dalam ukuran maupun bentuk tubuh, disertai dengan aktifnya hormon-hormon seksual dan matangnya organ-organ reproduksi. Perubahan ini secara biologis menimbulkan dorongan seksual yang besar dalam diri remaja, ditambah lagi godaan yang datang dari luar, baik dari teman sebaya atau orang disekitar serta arus informasi bernuansa pornografi yang seringkali remaja melakukan aktivitas seksual yang tidak terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja di sekolah menengah kejuruan swasta X2 di Kota Depok.
 
 
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian Rapid Assesment Procedure (RAP) dan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dalam pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku seksual yang dilakukan siswa/siswi saat pacaran adalah pegangan tangan, membelai, pelukan, ciuman dan meraba atau menyentuh bagian sensitif. Adanya pengaruh pengetahuan, sikap, nilai dan lingkungan (teman sebaya) terhadap perilaku seksual siswa/siswi pada penelitian ini. Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik dari sekolah, Dinas Kesehatan (dalam program PKPR) dan LSM yang bergerak dibidang kesehatan reproduksi dalam pelayanan kesehatan remaja (pemberian informasi kesehatan reproduksi) agar remaja (siswa/siswi) memiliki pengetahuan, sikap dan dapat berperilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.
 

Adolescent is a significant of human resource asset as the continuity of the next generation in the future. Phisically, adolescent period is marked the rapid changes, either in size or the body shape. In line with the activity of the sexual hormones and the maturity of reproduction organs. This changing, biologically causes the biggest sexual urge on the adolescent period, and as it supported by the external influences, either from their peers or people around them as well as the information that has porn characteristic that make adolescent do uncontrolable sexual activity. The purpose of the research is to know the image of adolescent sexual behavior in private Vocational High School X2 in Depok 2012.
 
 
The method that is applied for the research is qualitative with Rapid Assesment Procedure (RAP) desain and applied the indepth interview as the data collection. The result of the research shown the sexual behavior that was done by the students is holding hands, flattering, hugging, kissing and groping or touching the sensitive area. The influences of knowledge, attitude, value and environment (peers) toward the sexual behavior of the students on this research. The intensive monitoring from all aspects either from school or Public Health Services (in PKPR program) and Non Goverment Organization that handles reproductive health in giving service to adolescent health (giving information about reproductive health) in order to broaden their knowledge, attitude, and can be responsible of their reproductive health.
Read More
S-7349
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widyarsih Oktaviana; Pembimbing: Anwar Hassan; Penguji: Zarfiel Tafal, Bonita Merlina
S-6882
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive